Alif Ithlaq dalam Bahasa Arab

Pernahkah kamu mendengar bait syair Arab yang mengalir indah, seakan nadanya memanjang lembut di akhir? Salah satu rahasia keindahan itu adalah penggunaan Alif Ithlaq (ألف الإطلاق).

Kalau diumpamakan, Alif Ithlaq itu seperti senandung nada panjang saat kita mengakhiri sebuah nadham atau syi’ir. Bukan huruf penting dalam arti makna, tapi membuat suara lebih merdu dan lezat didengar. Mari kita kenali lebih dekat.

Huruf Iṭlāq dan Macamnya

Sebelum memahami Alif Iṭlāq secara khusus, perlu diketahui bahwa dalam syair Arab, terdapat konsep Huruf Iṭlāq (حروف الإطلاق). Huruf iṭlāq adalah huruf tambahan yang mengikuti huruf rawī (الحرف الذي تبنى عليه القافية), yaitu huruf utama dalam qafiyah atau akhiran bait.

Tujuannya adalah untuk memperpanjang suara, membuat irama akhir bait lebih hidup dan tidak mati pada sukun. Huruf-huruf iṭlāq yang dikenal dalam tradisi syair Arab adalah:

  • Alif (ا) untuk fathah.

  • Waw (و) untuk dhammah.

  • Ya’ (ي) untuk kasrah.

  • Tambahan: Hā’ Washl (هاء الوصل) untuk mengisi kekosongan suara.

Harakat Rawī Huruf Iṭlāq Contoh
Fathah ( ـَ ) Alif (ا) أصابا
Ḍammah ( ـُ ) Waw (و) يصيبو
Kasrah ( ـِ ) Ya’ (ي) لم يصبي
(Tambahan) Hā’ Washl (هاء الوصل) إذا النَّدى لم يجد له صديها

Dengan penggunaan huruf-huruf ini, bait syair menjadi lebih indah didengar dan mudah dilagukan.

Bayangkan kita sedang mendendangkan lagu. Saat hendak mengakhiri nada, kita tidak langsung memotong suara, tetapi memperpanjang sedikit dengan “aaa” atau “ooo”. Nah, di syair Arab, huruf-huruf ini melakukan fungsi seperti itu.

Nah, di antara semua huruf iṭlāq itu, Alif adalah yang paling sering kita temui, terutama saat akhir bait berharakat fathah. Agar lebih jelas, mari kita dalami bersama apa itu sebenarnya Alif Iṭlāq dan bagaimana keindahannya membentuk irama syair Arab

Pengertian Alif Ithlaq

Alif Ithlaq khusus dipakai saat akhir kata berharakat fathah (bunyi “a”). Dengan menambahkan alif, suara menjadi lebih panjang dan mengalir.

Alif Ithlaq adalah huruf alif yang ditambahkan pada akhir qafiyah (akhir dari bagian bait syair) yang sebelumnya berharakat fathah (bunyi “a”) yang tujuannya untuk memperpanjang suara akhir, melengkapkan bunyi sehingga menciptakan irama yang lebih mengalir dan memberi kesan suara yang lebih harmonis dalam syair atau nadham. Alif Ithlaq itu statusnya huruf tambahan.

Contoh alif ithlaq dari syair Jarrīr:

أقلي اللوم عاذلَ والعتابا

وقولي إن أصبت لقد أصابا

Kata العتاب ditambah ألف menjadi العتابا, supaya akhir bait terasa ringan dan panjang — cocok untuk dinyanyikan atau dilagukan.

Kalau tanpa alif, seperti kita berhenti mendadak saat besyi’ir, kurang enak didengar.

Alif Ithlaq dalam Disiplin Ilmu Bahasa Arab

  1. Ilmu Nahwu: Bukan Bagian I’rab

Dalam kajian nahwu, Alif Iṭlāq tidak memiliki tempat dalam i’rab. Ia tidak dianggap sebagai bagian dari struktur gramatikal kalimat. Artinya, meskipun kata di akhir bait memiliki tambahan alif, posisi i’rabnya tetap sesuai aslinya, seakan-akan alif itu tidak ada.

  1. Ilmu Balaghah: Memperindah Akhir Kata

Dalam balaghah, Alif Iṭlāq berfungsi untuk تحسين الفاصلة (memperindah akhiran kalimat) dan إشباع الصوت (memenuhi suara akhir). Dengan adanya huruf ini, akhir bait terasa lebih halus dan selaras, memberikan efek estetis tambahan yang memperkaya cita rasa bahasa.

  1. Ilmu Arudh

Dalam ilmu arudh, Alif Iṭlāq sangat berkaitan dengan القافية المطلقة. Qafiyah muthlaqah adalah qafiyah yang berakhir dengan huruf rawī yang disusul huruf iṭlāq, sehingga iramanya tidak mati.

Bentuk ini sangat dominan dalam syair Arab klasik. Penelitian oleh Dr. Ibrahim Anis menunjukkan bahwa sekitar 90% syair Arab menggunakan pola qafiyah muthlaqah, yang memperlihatkan pentingnya huruf iṭlāq, termasuk alif.

Dalam pembacaan syair Arab, terdapat tiga cara mengolah qafiyah muthlaqah:

  • Membaca dengan huruf iṭlāq (seperti alif) secara penuh.

  • Mengganti huruf iṭlāq dengan nun sakinah.

  • Membaca dengan menahan suara pada rawī (seperti qafiyah muqayyadah).

Meskipun ada variasi ini, penggunaan Alif Iṭlāq tetap menjadi cara yang paling populer dan lazim.

  1. Kedaruratan Syair: Kelonggaran Khusus Penyair

Penambahan Alif Iṭlāq dianggap sebagai bagian dari الضرورة الشعرية. Yakni, kebolehan khusus dalam syair untuk melakukan sesuatu yang pada asalnya tidak diperbolehkan dalam bahasa prosa biasa.

Menurut ulama seperti As-Sirafi, penambahan huruf ini:

  • Diperbolehkan hanya di akhir bait.

  • Tidak boleh terjadi di tengah-tengah kalimat (حشو الكلام).

  • Tetap dikategorikan sebagai bentuk الضرورة, meskipun banyak terjadi karena alasan keindahan syair.

Contoh Alif Ithlaq di Alfiyah Ibnu Malik

Menariknya, penerapan Alif Ithlaq ini cukup banyak muncul dalam karya monumental Alfiyah Ibnu Malik sebuah nadham dalam bidang nahwu yang sangat populer. Dalam beberapa baitnya, Ibnu Malik menambahkan alif iṭlāq karena tuntutan irama syair. Berikut beberapa contohnya:

  1. Dalam bab المعرب والمبني:

ومُعربُ الأسماء ما قد سَلمِا
من شَبَه الحرف كأرضٍ وسُما

Asalnya adalah “سَلِم” dan “سُمِي”، namun ditambah alif untuk keindahan akhir bait.

  1. Dalam bab الأفعال:

وفعلُ أمرٍ ومُضِيٍّ بُنيا
وأعربوا مضارعاً إن عَريا

Asalnya “بُنِيَ” dan “عَرِيَ”، kemudian ditambahkan alif.

  1. Dalam bab النكرة والمعرفة:

في الباقيات واضطراراً خففا
مني وعني بعض من قد سلفا

Kata “سلفا” berasal dari “سَلَفَ”.

  1. Dalam bab الابتداء:

والأصل في الأخبار أن تُؤخَّرا
وجوزوا التقديم إذ لا ضررا

Di sini, “ضررا” berasal dari “ضَرَر”.

  1. Dalam bab كان وأخواتها:

ككان ظل بات أضحى أصبحا
أمسى وصار ليس زال برحا

Asal kata “أصبح” dan “برح” ditambah alif untuk pelaguan. dan masih banyak lagi. Jika berkenan, kamu bisa merujuk kitab

كتاب الضرورة الشعرية ومفهومها لدى النحويين دراسة على ألفية بن مالك

[إبراهيم بن صالح الحندود]

Semua contoh ini menunjukkan bagaimana Alif Iṭlāq digunakan dengan sadar oleh Ibnu Malik untuk menjaga irama dan keteraturan bait nadhamnya, meski itu melibatkan bentuk “penyimpangan terkontrol” dari kaidah asal.


Alif Ithlaq itu seperti napas panjang yang membuat syair Arab terasa hidup dan mengalir. Ia bukan bagian makna kalimat, tapi bagian dari seni. Tanpa Alif Iṭlāq, syair bisa terasa berat atau kaku di telinga.

Makanya, para penyair besar, termasuk Ibnu Malik dalam Alfiyah-nya, memanfaatkan Alif Ithlaq untuk menjaga keindahan, keseimbangan, dan nyanyian syair Arab.