Innama Buistu Liutammima Makarimal Akhlak

Hadis innama buistu liutammima makarimal akhlak adalah salah satu sabda Nabi Muhammad ﷺ yang paling ringkas namun paling komprehensif. Di dalamnya, Rasulullah ﷺ menyampaikan bahwa misi utama kerasulan beliau adalah menyempurnakan akhlak mulia. Ketika banyak orang mengira bahwa tujuan utama risalah adalah hukum, ibadah, atau peradaban, Nabi ﷺ justru menggarisbawahi fondasinya terlebih dahulu: akhlak.

Takhrij Hadis dan Variasi Redaksinya dalam Kitab-Kitab Hadis

Innama Buistu Liutammima Makarimal Akhlak

Hadis “innamā bu‘itstu li utammima makārimal akhlāq” termasuk hadits tentang akhlak yang paling dikenal—hadis yang sering dijadikan rujukan ketika membahas ajaran akhlak Nabi dan fondasi moral dalam Islam. Riwayat ini masyhur dan datang melalui beberapa jalur periwayatan yang saling menguatkan.

Para ulama hadis, sejak masa klasik sampai ulama kontemporer, menilai bahwa hadis ini berderajat hasan shahih karena banyaknya penguat (syawāhid) serta kuatnya kesesuaian maknanya dengan prinsip umum syariat mengenai pentingnya akhlak mulia dalam kehidupan seorang Muslim.

1. Riwayat Imam Malik dalam al-Muwaṭṭa’

Teksnya berbunyi:

بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ حُسْنَ الأَخْلَاقِ

Artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
Status: mursal shahih (diriwayatkan dari jalur tabi’in, namun kokoh menurut para ulama Malikiyah).

2. Riwayat Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad (no. 8952)

Riwayat dari Abu Hurairah, dengan lafaz innama buistu liutammima makarimal akhlak Arab:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلَاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
Status: Dinilai hasan oleh para ahli hadis, di antaranya: Al-Albani dan Syu’aib Al-Arna’uth.

3. Riwayat Al-Baihaqi dalam Syu‘abul Īmān (no. 7925)

Dengan lafaz yang lebih terkenal:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
Status: hasan li ghairihi (dikuatkan oleh banyak jalur).

4. Riwayat Al-Hakim dalam al-Mustadrak (2/670)

Menggunakan lafaz yang hampir sama:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَحَاسِنَ الأَخْلَاقِ

Artinya: “Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang indah.”
Status: Disahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi.

Meski Hadis ini diriwayatkan melalui beberapa jalur yang saling menguatkan. Semua redaksi berbeda hanya pada pilihan kata: makārim, maḥāsin, atau ḥusn, yang ketiganya bermakna “akhlak terbaik”.

Para ulama — seperti Ibn Abdil Barr, Al-Munawi, dan As-Sakhawi — menegaskan bahwa makna hadis itu mutawatir secara makna: misi utama Rasulullah ﷺ adalah akhlak.

Dengan demikian, hadis ini dapat dijadikan dasar pokok bahwa seluruh risalah Nabi ﷺ dalam ibadah, muamalah, hingga kehidupan sosial, bermuara pada penyempurnaan akhlak manusia.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, dan disahkan oleh banyak ulama hadis. Bila diterjemahkan, sabda tersebut berarti: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”

Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Selaras dengan Innama Buistu Liutammima Makarimal Akhlak

Hadis ini menegaskan misi Nabi ﷺ adalah menyempurnakan akhlak. Ayat-ayat Al-Qur’an pun banyak menekankan hal kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad Saw, diantaranya:

  • Surah Al-Qalam ayat 4: Menegaskan bahwa Nabi ﷺ memiliki akhlak yang agung dan menjadi teladan bagi umat manusia.
  • Surah Al-Ahzab ayat 21: Nabi ﷺ adalah suri teladan terbaik, sehingga umat Islam dianjurkan mengikuti perilaku dan akhlak beliau.
  • Surah Al-Imran ayat 159: Mengajarkan kelembutan, sikap lemah lembut, dan memaafkan—cerminan akhlak mulia Nabi ﷺ.
  • Surah Al-Furqan ayat 63: Menunjukkan akhlak hamba Allah yang paling baik: rendah hati, penuh kasih sayang, dan menjaga hubungan sosial.
  • Surah Al-Hujurat ayat 13: Mengajarkan keadilan dan menghargai sesama, menekankan persaudaraan dan akhlak universal.
  • Surah An-Nisa ayat 36: Memerintahkan berbuat baik kepada orang tua, keluarga, tetangga, dan seluruh makhluk, sesuai prinsip akhlak Nabi ﷺ.
  • Surah Al-Mumtahanah ayat 8–9: Menekankan kejujuran dan menjaga amanah, bagian penting dari akhlak mulia yang dibawa Nabi ﷺ.

Ayat-ayat tersebut mengindikasikan betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan, karena masyarakat yang berlandaskan akhlak terpuji akan terhindar dari permusuhan, kebencian, dan kerusakan sosial, persis seperti yang selalu dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

Menyempurnakan Akhlak Umat Manusia

Ketika Nabi ﷺ bersabda bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak, itu bukan berarti umat sebelumnya tidak punya akhlak sama sekali. Sejak dulu, setiap masyarakat sudah memiliki sebagian sifat baik—seperti keberanian, keramahan, kedermawanan, atau rasa hormat kepada tamu. Namun, banyak pula akhlak yang retak, bengkok, atau tertutup oleh kebiasaan buruk.

Karena itulah “menyempurnakan” di sini berarti membawa apa yang sudah ada menuju bentuk terbaiknya.

Islam tidak hanya mengatur shalat dan ibadah-ibadah besar; Islam membentuk karakter—bagaimana kita berkata, memperlakukan orang lain, menjaga sikap, hingga cara kita memperlakukan diri sendiri. Tanpa akhlak, ibadah tinggal gerakan kosong, dan ilmu tidak lagi menjadi petunjuk hidup.

Para ulama menjelaskan bahwa “menyempurnakan akhlak” mencakup tiga hal besar:

  • Menguatkan dan meluruskan sifat-sifat baik yang sudah dimiliki manusia sejak fitrahnya.
    Apa yang baik dibuat lebih jelas, lebih kokoh, dan lebih terarah.
  • Membersihkan sifat-sifat buruk yang merusak diri dan masyarakat.
    Dari sifat sombong, curang, sampai berlaku kasar—semuanya dibersihkan dan diarahkan.
  • Mengangkat standar akhlak manusia ke level yang paling tinggi.
    Tidak hanya “baik menurut manusia”, tetapi “baik menurut petunjuk langit”.

Dengan kata lain: Nabi ﷺ datang bukan membawa akhlak baru, tetapi membawa akhlak menuju puncaknya. Itulah yang membuat risalah beliau tetap relevan dari generasi ke generasi.

Kesaksian Para Sahabat tentang Akhlak Nabi Muhammad

Para sahabat, baik yang dekat maupun yang awalnya menjadi lawan, selalu mengakui bahwa Nabi Muhammad ﷺ memiliki akhlak paling sempurna. Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

“Sesungguhnya Allah meneliti hati para hamba, lalu menemukan hati Muhammad ﷺ sebagai yang terbaik, maka Dia memilihnya untuk membawa risalah.”

Hal ini menunjukkan bahwa Allah memilih Nabi bukan hanya karena keturunan atau posisi, tetapi karena kesempurnaan akhlaknya.

Contoh Kesempurnaan Akhlak Rasulullah SAW

Kesempurnaan akhlak beliau bukan sekadar wacana, tetapi tampak nyata dalam seluruh aspek kehidupan. Hadis-hadis sahih mencatat bahwa Nabi saw:

  • paling jujur dalam ucapan,
  • paling amanah dalam menjaga titipan,
  • paling luas kasih sayangnya,
  • paling penyabar saat diganggu,
  • paling lembut kepada anak-anak,
  • paling menghormati orang tua dan perempuan,
  • paling tegas dalam keadilan tanpa pandang bulu.

Semua itu menggambarkan bagaimana beliau bukan hanya mengajarkan akhlak, tetapi menjelmakan akhlak itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Hadis-Hadis Pendukung yang Menjelaskan Tingginya Posisi Akhlak

Berbagai hadis lain memperkuat pesan besar dalam hadis innama buistu liutammima makarimal akhlak di antaranya adalah:

  • “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari & Tirmidzi)
  • “Orang yang paling aku cintai adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari)
  • “Aku dan penanggung anak yatim di surga seperti ini…” — sambil merapatkan dua jarinya (HR. Bukhari)
  • “Barang siapa menutup aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya pada Hari Kiamat.” (HR. Bukhari)
  • “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Seluruh hadis ini menegaskan satu hal: akhlak adalah jalan utama menuju kecintaan Allah, kedekatan dengan Nabi ﷺ, dan keselamatan di akhirat.

Akhlak Sebagai Identitas Peradaban Islam

Peradaban Islam tidak hanya tumbuh karena kekuatan militer atau ekonomi, tetapi karena akhlak mulia para pemeluknya. Banyak wilayah masuk Islam bukan melalui perang, tetapi melalui perilaku jujur pedagang Muslim dan kelembutan ulama dakwah. Inilah buah dari misi Nabi ﷺ dalam menyempurnakan akhlak.

Bangsa yang ingin maju harus membangun akhlaknya. Sebab:

إنما الأمم الأخلاق ما بقيت

“Bangsa hanya akan tegak selama akhlaknya tegak.”

Dan bangsa yang kehilangan akhlaknya, akan hilang jati diri dan kehormatannya.


Hadis innama buistu liutammima makarimal akhlak ini bukan sekadar potongan sejarah atau kutipan yang dihafal, tetapi arah hidup bagi setiap Muslim hari ini. Di tengah dunia yang makin bising oleh pertengkaran, saling merendahkan, dan hilangnya rasa malu, pesan Nabi ﷺ tentang akhlak hadir seperti cahaya yang tidak pernah padam.

Kalau kita benar-benar ingin mengikuti jejak Rasulullah ﷺ, yang pertama harus kita benahi bukan banyaknya hafalan, bukan pakaian lahiriah, dan bukan hal-hal yang tampak dari luar. Yang paling utama justru akhlak: cara kita berbicara, memperlakukan orang lain, bersikap jujur, sabar, lembut, dan tidak menyakiti.

Inilah inti dari risalah beliau. Inilah yang membuat Islam tetap indah dan bertahan sepanjang zaman. Selama akhlak itu dijaga, cahaya rasulullah akan terus hidup dalam diri kita.