Di antara sekian banyak lafadz doa yang sering dilafalkan umat Islam, kata “Robbana” mungkin termasuk yang paling akrab di telinga. Ia muncul dalam bacaan salat, zikir harian, bahkan hafalan anak-anak. Namun, kedekatan ini sering kali menipu: lafadz yang terasa sederhana justru menyimpan kedalaman makna yang jarang disadari.
Robbana bukan sekadar pembuka doa. Ia adalah bentuk seruan penuh ketundukan seorang hamba kepada Rabb-nya. Ia mengandung pengakuan, permohonan, harapan, dan totalitas ketergantungan dalam satu kata. Ketika lafadz ini disebut, sejatinya seorang Muslim sedang menegaskan identitasnya: bahwa ia hanyalah makhluk yang bergantung penuh pada pemelihara dan pengatur alam semesta.
Bukan kebetulan jika lafadz ini menjadi ciri khas banyak doa dalam Al-Qur’an. Allah sendiri mengajarkan doa-doa terbaik kepada hamba-Nya, dan banyak di antaranya dimulai dengan kata yang sama: Robbana. Dari sinilah muncul urgensi untuk tidak hanya menghafalnya, tapi memahami, menghayati, dan mengamalkannya dengan sadar.
Artikel ini akan menelaah lebih dalam tentang makna lafadz Robbana — mulai dari asal katanya, penggunaannya dalam Al-Qur’an, klasifikasi doa-doanya, hingga bagaimana kita bisa mengintegrasikannya dalam hidup sehari-hari. Sebab doa yang dipahami akan lebih kuat menghunjam ke hati dibanding sekadar lafal hafalan kosong.
Asal Kata dan Struktur Bahasa “Robbana”
Lafadz “Robbana” berasal dari akar kata Arab رَبَّ (rabb) yang berarti Tuhan, pemelihara, atau pengatur. Bentuk dasarnya adalah “Rabbi” (رَبِّي) yang berarti “Tuhanku”. Dalam struktur doa, kata ini kemudian dimodifikasi menjadi “Robbana” (رَبَّنَا) untuk menunjukkan bentuk jamak yang mencakup permohonan kolektif: “Tuhan kami”.
Secara tata bahasa Arab (nahwu), “Robbana” adalah bentuk munada (kata yang dipanggil) dengan huruf nida’ (يا) yang dihilangkan. Status i’rab-nya adalah manṣub karena merupakan munada dengan penyandaran, dan kata “na” berfungsi sebagai ḍamīr muttashil (kata ganti terikat) dalam posisi majrūr bi al-iḍāfah — artinya: “Tuhan milik kami” atau “Pemelihara kami”.
رَبَّنا” منادى بياء النداء المحذوفة منصوب وهو مضاف ونا في محل جر بالإضافة”
Dengan memahami akar kata ini, kita tidak hanya tahu bahwa “Robbana” berarti “wahai Tuhan kami”, tetapi juga menghayati bahwa kita sedang memanggil dengan rendah hati, dalam posisi tunduk penuh, sambil menyandarkan diri kepada Rabb semesta alam.
“Robbana” dalam Al-Qur’an: Pola, Tema, dan Kuantitas
Al-Qur’an mencatat lebih dari 40 doa yang diawali dengan lafadz “Robbana”. Fakta ini bukan kebetulan. Ia menunjukkan bahwa lafadz ini memiliki posisi penting dalam spiritualitas Qur’ani — sebagai bentuk permohonan langsung kepada Allah dengan adab dan pengakuan posisi kehambaan.
Jika dicermati, doa-doa ini terbagi dalam beberapa tema utama:
- Permohonan hidayah dan penjagaan iman, seperti dalam Ali Imran:8: “Rabbana la tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana”
- Permintaan rahmat dan ampunan, seperti dalam Al-A’raf:23: “Rabbana ẓalamna anfusana…”
- Permohonan kebaikan dunia dan akhirat, seperti dalam Al-Baqarah:201: “Rabbana atina fid-dunya hasanah…”
- Doa untuk keluarga dan keturunan, seperti dalam Al-Furqan:74: “Rabbana hablana min azwajina…”
- Permintaan keselamatan dari api neraka, seperti dalam Ali Imran:16 dan doa lainnya.
Pola umum dari doa-doa ini adalah: menyebut Rabb terlebih dahulu, baru kemudian menyampaikan permintaan. Ini mencerminkan adab spiritual yang sangat halus: seorang hamba mengokohkan relasinya terlebih dahulu, baru mengutarakan hajatnya. Tidak asal meminta, tapi meminta dalam kerangka kepatuhan dan pengakuan terhadap rububiyah Allah.
Contoh Doa-Doa Berawal Robbana dalam Al-Qur’an
Berikut beberapa contoh doa dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran dan Surah Al-Furqan yang diawali dengan lafadz “Robbana”, lengkap dengan transliterasi dan makna ringkasnya. Ini bisa dijadikan bahan hafalan yang tidak sekadar lisan, tapi juga pemahaman:
- Ali Imran:8
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Robbana la tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana wahab lana min ladunka rahmah innaka antal wahhab
Artinya: “Wahai Tuhan kami, jangan Engkau condongkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi.” - Al-Furqan:74
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqina imama
Artinya: “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan yang menjadi penyejuk mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Lafadz “Robbana” dalam Surah Al-Baqarah
Surah Al-Baqarah mencatat sejumlah doa yang diawali lafadz “Robbana”. Doa-doa ini mencerminkan dimensi iman, penghambaan, dan permohonan dari para Nabi dan orang beriman. Berikut lima di antaranya:
- Al-Baqarah:127
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Robbanā taqabbal minnā, innaka anta as-Samī‘ul-‘Alīm
Artinya: Wahai Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
- Al-Baqarah:128
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ ۖ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Robbanā waj‘alnā muslimaini laka wa min dzurriyyatinā ummatan muslimatal laka, wa arinā manāsikanā wa tub ‘alainā, innaka anta at-Tawwābur-Raḥīm
Artinya: Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami berserah diri kepada-Mu, dan (jadikan) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara ibadah kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
- Al-Baqarah:201
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Robbanā ātinā fid-dunyā ḥasanah wa fil-ākhirati ḥasanah wa qinā ‘ażāban-nār
Artinya: Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.
- Al-Baqarah:250
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Robbanā afrigh ‘alainā ṣabran wa ṡabbit aqdāmanā wanṣurnā ‘alal-qawmil-kāfirīn
Artinya: Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.
- Al-Baqarah:286
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Robbanā lā tu’ākhidznā in nasīnā aw akhṭa’nā. Robbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣran kamā ḥamaltahū ‘alallażīna min qablina. Robbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā waghfir lanā warḥamnā. Anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qawmil-kāfirīn
Artinya: Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau telah bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Perbandingan Robbana dan Allahumma
Dalam banyak doa, kita jumpai lafadz seperti “Robbana” dan “Allahumma”. Keduanya sama-sama sah, digunakan oleh para nabi dan umat Muslim sepanjang sejarah. Namun, masing-masing membawa nuansa dan konteks penggunaan yang berbeda. Mengenalnya lebih dalam akan menambah pemahaman kita dalam memilih dan mengucapkan doa dengan lebih sadar.
“Robbana” adalah seruan yang bermakna: “Wahai Tuhan kami”. Ia muncul terutama dalam Al-Qur’an, diucapkan oleh para nabi dan orang-orang beriman dalam permohonan yang bersifat kolektif dan prinsipil — hidayah, perlindungan, pengampunan, keluarga saleh, dan keselamatan akhirat. Lafadz ini menegaskan posisi Allah sebagai Rabb — pemelihara dan pengatur, dan posisi manusia sebagai hamba yang tunduk dan berharap. Bentuk jamak “-na” menunjukkan keterlibatan umat, bukan hanya individu.
Sementara itu, “Allahumma” memiliki makna: “Ya Allah”. Kata ini lebih sering ditemukan dalam hadis dan doa-doa yang bersifat pribadi. Ia bernuansa penuh penghayatan dan penghambaan, dengan tekanan pada keagungan nama Allah. Contohnya, doa istikharah dan banyak munajat Nabi ﷺ dimulai dengan “Allahumma”.
Keduanya tidak saling menafikan. Justru, memahami kapan dan dalam konteks apa kita menggunakan “Robbana” atau “Allahumma” menunjukkan kedalaman adab dalam berdoa. Ketika seorang Muslim meminta hal besar yang mencakup umat atau keluarga, ia bisa membuka dengan “Robbana”. Namun saat memohon hal yang sangat personal dan lembut, “Allahumma” sering kali lebih tepat secara rasa.
Variasi Penulisan dan Bacaan “ربنا” dalam Al-Qur’an
Secara tulisan, lafadz ربنا dalam mushaf selalu ditulis dalam bentuk yang sama: ر ب ن ا. Namun secara bacaan, ia bisa dibaca dalam tiga bentuk tergantung konteks dan i’rab:
- Rabbana (رَبَّنَا) – bentuk paling umum, munada manṣub, sebagai seruan langsung: “Wahai Tuhan kami”
- Rabbina (رَبِّنَا) – muncul dalam rangkaian idhafah, biasanya setelah huruf jarr: “Tuhan kami” (tanpa bentuk seruan)
- Rabbuna (رَبُّنَا) – bentuk marfu’, biasanya sebagai mubtada atau khabar: “Tuhan kami (adalah)…”, digunakan dalam kalimat pernyataan
Perbedaan ini bukan variasi tulisan, tapi variasi i’rab (struktur gramatikal) sesuai kedudukannya dalam kalimat. Banyak pembaca awam menyangka itu lafadz yang berbeda, padahal semuanya merujuk pada kata yang sama — Rabb — dalam struktur dan fungsi yang berbeda.
Oleh karena itu, memahami gramatika dasar sangat membantu dalam tadabbur, agar kita tidak hanya membaca, tetapi juga mencerna maksud setiap doa secara lebih mendalam.
Di balik satu lafadz “Robbana”, terbentang ajaran besar tentang posisi manusia sebagai makhluk yang lemah namun punya kehormatan — karena mampu berseru langsung kepada Rabb-nya. Setiap kali lafadz ini terucap, seharusnya ada kesadaran bahwa kita sedang menyambungkan diri pada Allah, menyatakan kebutuhan, menggantungkan harap, dan mengakui kekuasaan-Nya.
Artikel ini bukan untuk sekadar memperkaya informasi linguistik, tapi untuk membuka ruang kesadaran bahwa berdoa bukan rutinitas mekanis. Ia adalah ibadah jiwa. Mulailah dengan memahami lafadz “Robbana” dalam hati, sebelum mengucapkannya dengan lisan.
Karena setiap lafadz yang dipahami, akan lebih dekat menuju ijabah daripada seruan yang kosong makna.