Surah Al-Humazah Lengkap dengan Penjelasannya

Di antara potongan wahyu yang padat namun mengguncang batin adalah Surah Al-Humazah. Terletak pada urutan ke-104 dalam mushaf al-Qur’an, surah ini terdiri atas sembilan ayat pendek namun tajam — membedah sifat manusia yang kerap merendahkan sesama dan terjebak ilusi kekayaan dunia.

Dalam susunan kronologis wahyu, Qs. Al-Humazah tergolong makkiyah, yakni diturunkan di Makkah pada periode awal kenabian. Saat itu, tantangan dakwah Nabi ﷺ bukan hanya kekafiran terbuka, tapi juga ejekan halus, fitnah personal, dan penghinaan verbal dari kalangan elit Quraisy.

Nama “Al-Humazah” diambil dari lafadz ayat pertamanya. Namun para ulama juga menyebutnya dengan nama lain, seperti:

  • Wailu li kulli Humazah – sesuai pembukaannya yang keras dan menohok;
  • Al-Huthamah – mengacu pada sebutan neraka yang disebut di ayat-ayat akhirnya.

Menariknya, surah ini bukan sekadar potret sosial masyarakat jahiliah, melainkan juga refleksi lintas zaman. Gaya hidup penuh pamer, komentar penuh sindiran, serta penyembahan terhadap angka-angka harta, tetap relevan hingga hari ini. Itulah mengapa, mempelajari kandungan Surat Al-Humazah bukan hanya penting secara teologis, tapi juga mendesak secara moral dan sosial.

Data Ringkas dan Latar Turunnya Surah Al-Humazah

Surah Al-Humazah menempati urutan ke-104 dalam mushaf al-Qur’an dan tergolong dalam kelompok Makkiyah, yakni surah-surah yang diturunkan saat dakwah masih berlangsung di kota Makkah. Surah ini terdiri dari 9 ayat dan termasuk dalam Juz 30 atau Juz ‘Amma. Dalam susunan mushaf, ia terletak di antara Surah Al-‘Ashr (103) dan Surah Al-Fīl (105). Jika ditinjau dari kronologi wahyu, Al-Humazah merupakan surah ke-31 yang diwahyukan, datang setelah Surah Al-Qiyāmah dan sebelum Surah Al-Mursalāt.

Nama utamanya, Al-Humazah, diambil dari kata pada ayat pertama yang menunjuk pada perilaku mencemooh orang lain. Selain itu, surah ini juga dikenal dengan sebutan:

  • Wailu li kulli Humazah – sesuai dengan pembukaannya yang penuh ancaman;
  • Al-Huthamah – merujuk pada sebutan neraka yang muncul dalam ayat ke-4 dan 5.

Menurut riwayat dari Ibnu Abbas dan beberapa ahli tafsir, asbābun nuzūl dari surah ini berkaitan dengan teguran terhadap perilaku sejumlah tokoh Quraisy yang gemar mencaci Nabi Muhammad ﷺ. Di antara mereka disebutkan nama-nama seperti Walid bin Mughirah, Umayyah bin Khalaf, dan Akhnas bin Syariq — mereka dikenal sering menghina di hadapan Rasulullah dan menjelek-jelekkannya di belakang.

Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa teguran ini tidak hanya ditujukan pada individu tertentu, melainkan bersifat umum untuk siapa pun yang meniru karakter humazah (pengumpat) dan lumazah (pencela). Dengan demikian, pesan Qs. Al-Humazah tetap relevan melampaui ruang dan waktu.

Bacaan Lengkap Surah Al-Humazah

Setelah memahami latar turunnya dan karakter umum dari Surah Al-Humazah, penting bagi kita untuk menyimak secara utuh rangkaian ayat yang menjadi fondasi dari seluruh pembahasan ini. Meskipun hanya terdiri atas sembilan ayat pendek, surah ini mengandung pelajaran akidah, akhlak, dan peringatan ukhrawi yang amat dalam.

Surah Al-Humazah Arab

Surah Al-Humazah
Surah Al-Humazah Arab

Surah Al-Humazah Latin

Berikut teks latin dari Al Humazah sesuai standart Kemenag:

1. wailul likulli humazatil-lumazah(tin).

2. allażī jama‘a mālaw wa ‘addadah(ū).

3. yaḥsabu anna mālahū akhladah(ū).

4. kallā layumbażanna fil-ḥuṭamah(ti).

5. wa mā adrāka mal-ḥuṭamah(tu).

6. nārullāhil-mūqadah(tu).

7. allatī taṭṭali‘u ‘alal-af’idah(ti).

8. innahā ‘alaihim mu’ṣadah(tun).

9. fī ‘amadim mumaddadah(tin).

Terjemahan Surah Al-Humazah

Pahami arti ayat-ayat Surat ke-104 ini secara lengkap:

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, (1)

yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, (2)

dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya, (3)

sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. (4)

Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (5)

(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, (6)

yang (membakar) sampai ke hati. (7)

Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (8)

(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (9)

Dengan membaca surah ini secara lengkap, kita memiliki pijakan yang utuh sebelum memasuki penjelasan maknawi pada bagian tafsir. Sebab, memahami kandungan ayat tanpa pernah memperhatikan rangkaian lafalnya ibarat membedah tubuh tanpa mengetahui anatominya — bisa keliru arah dan potongannya. Maka mari lanjutkan dengan merenungi tafsir menyeluruh dari Qs. Al-Humazah.

Tafsir Ringkas Surah Al-Humazah

Surah Al-Humazah dimulai dengan ancaman keras dari Allah ﷻ kepada siapa pun yang mengembangkan kebiasaan mencela, menghina, dan menjatuhkan martabat orang lain — baik secara terang-terangan maupun diam-diam. Melalui susunan ayat yang pendek namun bernas, surah ini menyentuh penyakit sosial dan akhlak yang sangat relevan hingga hari ini.

Ayat 1–3: Lisan yang Melukai dan Obsesi Terhadap Dunia

Allah berfirman: “Wailun li kulli humazatin lumazah”celaka bagi setiap pengumpat dan pencela. Ancaman dengan kata wail bukan sekadar kutukan biasa, melainkan penanda kemurkaan ilahi yang amat berat. Tafsir Ibnu Katsir dan Al-Baghawi menyebut bahwa humazah adalah mereka yang mencaci orang lain di belakang, sedangkan lumazah mencela di hadapan langsung, baik melalui sindiran lisan maupun gestur merendahkan.

Pada ayat berikutnya, Allah mengecam orang yang mengumpulkan harta dan terus-menerus menghitungnya. Frasa “alladzī jama‘a mālan wa ‘addadah” menggambarkan obsesi menimbun kekayaan tanpa niat berinfak atau peduli terhadap nasib sesama. Mereka meyakini — sebagaimana ayat ketiga “yaḥsabu anna mālahu akhladah” — bahwa harta dapat menjamin keabadian dan keamanan hidup. Inilah bentuk kesombongan spiritual: mengira angka bisa menunda ajal.

Ayat 4–5: Neraka Huthamah, Pemusnah Segala Arogansi

Allah langsung mematahkan ilusi tersebut dengan kalimat: “Kallā, layunbadhanna fī al-ḥuṭamah”Sekali-kali tidak! Sungguh, dia akan dilemparkan ke dalam al-Huthamah. Penolakan “kallā” menegaskan bahwa anggapan harta sebagai pelindung adalah kebohongan mutlak. Kata al-Huthamah berasal dari akar ḥa-ṭā-mīm yang berarti menghancurkan tanpa sisa.

Allah lalu mengguncang psikologi pembaca dengan pertanyaan retoris: “Wa mā adrāka mā al-ḥuṭamah?”Dan tahukah kamu, apakah al-Huthamah itu?. Teknik ini umum dipakai dalam kalamullah untuk membangun ketegangan sebelum penjelasan dahsyat muncul di ayat berikutnya.

Ayat 6–9: Api Allah yang Membakar Hingga ke Jantung

Jawaban dari pertanyaan tadi mengguncang: “Nārullāhil-mūqadah”Api Allah yang dinyalakan. Ini bukan sembarang api. Tafsir Al-Munīr menegaskan bahwa nyala ini berasal langsung dari kehendak dan murka Allah ﷻ, bukan dari sumber biasa.

Ayat ketujuh menyatakan: “allatī taṭṭali‘u ‘ala al-af’idah” — api itu menembus hingga ke af’idah, yakni batin, hati, atau pusat rasa dan kesadaran manusia. Artinya, siksaan ini tidak hanya bersifat fisik, tapi juga mencabik secara emosional dan spiritual.

Penutup surah menegaskan bahwa neraka itu tertutup rapat atas mereka (“innahā ‘alaihim mu’sadah”) dan para pelakunya diikat di tiang-tiang panjang (“fī ‘amadin mumaddadah”). Ibnu Katsir menafsirkan ini sebagai bentuk penyiksaan tanpa celah keluar — mereka dikunci, dibelenggu, dan dibakar tanpa henti, tanpa opsi keselamatan.

Secara keseluruhan, Surah Al-Humazah adalah miniatur dari konsep keadilan Allah ﷻ terhadap kezaliman lisan dan kesombongan materi. Ia juga mengingatkan bahwa meskipun dosa ghibah, hinaan, atau hasad bersifat verbal dan tersembunyi, balasannya bisa lebih pedih dibanding dosa besar lain. Sebab penyakit hati sering kali lebih sulit diobati daripada maksiat kasat mata.

Kajian Mufradat dalam Surah Al-Humazah

Selain peringatan moral dan ancaman ukhrawi, Surah Al-Humazah juga mengandung muatan kebahasaan yang kaya. Masing-masing istilah utama di dalamnya bukan sekadar kata, tetapi mengandung muatan makna, gambaran psikologis, dan ancaman sosial yang tajam. Berikut penjabaran ringkas terhadap istilah kunci dalam surah ini berdasarkan akar katanya:

1. Humazah (هُمَزَة)

Berasal dari akar kata ha–mīm–zā (هـ-م-ز), yang berarti mengumpat, menggunjing, atau menusuk harga diri orang lain secara tersembunyi. Dalam tafsīr lughawī, istilah ini menggambarkan orang yang merendahkan orang lain dengan ucapan sarkastik atau komentar tajam yang menyakitkan namun terselubung. Biasanya dilakukan di belakang, melalui desas-desus atau hasutan.

2. Lumazah (لُمَزَة)

Berakar dari lām–mīm–zā (ل-م-ز), berarti mencela, menyindir, atau menghina secara terang-terangan. Bentuk ini lebih langsung, bisa lewat mimik, isyarat tubuh, atau sindiran verbal yang merendahkan secara frontal. Para mufassir klasik membedakan humazah sebagai ejekan di belakang, dan lumazah sebagai penghinaan di depan.

3. Al-Huthamah (ٱلْحُطَمَة)

Nama neraka ini berasal dari akar ḥa–ṭā–mīm (ح-ط-م) yang berarti menghancurkan atau meremukkan. Konsep ḥaṭm dalam bahasa Arab klasik digunakan untuk benda keras yang dihancurkan menjadi serpihan. Maka ketika Allah menamai neraka ini sebagai Al-Huthamah, maksudnya adalah azab yang menghancurkan keangkuhan, kebanggaan, dan jasad pelakunya secara total — fisik maupun batin.

4. Nārullāh al-Mūqadah (نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ)

Frasa ini berarti “api Allah yang dinyalakan”. Dalam struktur bahasa Arab, penambahan “Allah” pada kata nār menunjukkan bentuk kepemilikan dan kekhususan. Artinya, ini adalah api yang bukan berasal dari ciptaan biasa, melainkan nyala yang Allah nyalakan khusus sebagai bentuk murka dan azab-Nya. Kata al-mūqadah berasal dari w-q-d (و-ق-د), berarti menyalakan api dengan bahan bakar, menunjukkan bahwa siksaan ini bukan sekilas, tapi kontinu dan intensif.

5. Af’idah (الْأَفْئِدَةِ)

Jamā‘ dari kata fu’ād (فؤاد), yaitu inti hati atau pusat kesadaran dan rasa. Berbeda dari qalb yang bermakna hati secara umum, af’idah menunjukkan aspek batiniah yang lebih dalam: tempat bersemayamnya niat, rasa takut, keyakinan, dan rasa sakit spiritual. Maka ketika api itu dikatakan “menyentuh af’idah”, maknanya adalah penderitaan yang menembus dimensi psikis manusia — bukan sekadar tubuh, tapi jiwanya.

Kajian istilah dalam Surat Al-Humazah ini memperjelas bahwa setiap kata bukanlah penyusun biasa. Ia adalah serpihan makna yang menyatu membentuk lanskap ancaman dan peringatan dalam kalamullah. Tafsir kebahasaan seperti ini menjadi penting agar kita tidak sekadar membaca teks, tapi benar-benar memahami beban makna yang dikandungnya.

Hikmah dan Refleksi dari Surah Al-Humazah

Setelah memahami kandungan ayat dan istilah utama dalam Surah Al-Humazah, pertanyaan paling penting adalah: apa yang bisa kita bawa pulang dari pesan ilahi ini? Surah ini bukan sekadar peringatan bagi kaum Quraisy masa lalu — ia juga sindiran keras bagi setiap orang hari ini yang merasa aman dengan harta, merasa lebih tinggi dari sesama, dan menganggap ucapan sinis sebagai hal biasa.

1. Jaga Lisan, Kendalikan Jemari

Di era digital, ghibah dan hinaan tidak hanya lewat mulut. Jari-jari kita di media sosial bisa lebih tajam daripada lidah. Surah ini mengajarkan bahwa mencaci, menyindir, dan menertawakan orang lain — bahkan secara tidak langsung — adalah dosa yang berpotensi mengantarkan ke neraka. Maka, sebelum menulis komentar, membagikan sindiran, atau melontarkan kritik, tanyakan: “Apakah ini bentuk adil atau sekadar ejekan?”

2. Jangan Bangga pada Tabungan, Tapi Amalan

Allah tidak mengecam orang yang kaya. Yang dikecam adalah orang yang mengira hartanya bisa mengekalkan hidup. Surah ini menampar logika duniawi yang menuhankan saldo rekening dan mengabaikan amal. Maka yang perlu dikumpulkan bukan hanya harta, tapi juga kebaikan, sedekah, dan kontribusi nyata. Karena satu-satunya aset yang tidak bisa dicuri ajal adalah amal saleh.

3. Keangkuhan Akan Dihancurkan dengan Api

Nama neraka dalam surah ini adalah Al-Huthamah — si penghancur. Ini bukan sekadar gambaran panas, tapi simbol kehancuran atas kesombongan manusia. Apapun yang dibanggakan — status, jabatan, followers — akan remuk jika disertai sikap merendahkan orang lain. Surah ini mengingatkan: jangan terlalu tinggi memandang orang, sebab jatuhnya bisa langsung ke dasar api.

4. Harta Tak Menjamin Keselamatan

Banyak orang merasa aman karena punya harta. Bisa beli rumah, asuransi, bahkan pengacara. Tapi Surah Al-Humazah membalik asumsi ini. Di hadapan Allah, harta tidak bisa menyuap keselamatan. Yang menyelamatkan adalah hati yang bersih dan lisan yang terjaga. Ini bukan seruan hidup miskin, tapi seruan agar tidak diperbudak harta.

5. Neraka Bukan Sekadar Tempat Panas

Surah ini menggambarkan neraka bukan hanya dengan suhu, tapi juga rasa: api yang menembus hati, tertutup rapat, dan mengikat penghuninya. Ini peringatan bahwa siksa akhirat adalah kombinasi dari penderitaan fisik, psikologis, dan spiritual. Maka, tidak ada jalan lain: jaga akhlak, jaga mulut, jaga kesadaran akhirat.

Surat pendek ini menyimpan peringatan besar. Ia tidak menawarkan solusi teknis, tapi mengembalikan manusia pada akhlak dasar: jangan sombong, jangan hina orang lain, dan sadar bahwa hidup ini ujian. Maka bila kita ingin selamat dari api Huthamah, kunci utamanya bukan logika, tapi adab — adab kepada manusia dan adab kepada Rabb kita.

Penutup: Menjaga Hati, Menjaga Lisan

Surah Al-Humazah mengajarkan bahwa keburukan bukan selalu berasal dari perbuatan besar — bisa jadi ia bermula dari ejekan kecil, komentar remeh, atau rasa lebih yang tak disadari. Api yang disebut dalam surah ini bukan sekadar ancaman bagi kaum terdahulu, tapi peringatan abadi bagi siapa pun yang menyepelekan adab dan meremehkan sesama.

Semoga kita tergolong orang-orang yang menjaga lisan, merendahkan hati, dan tidak lalai dengan tipu daya dunia. Karena satu kalimat hina bisa menjadi sebab murka-Nya, dan satu doa tulus bisa menjadi sebab rahmat-Nya.

Jika Anda tertarik menggali tema serupa, silakan lanjutkan membaca kajian kami tentang surah Al-Qur’an yang menyediakan bacaan dan penjelasannya.