Jika pada permulaan Surat al Kafirun, orang-orang musyrik mengusulkan kompromi dalam beragama, pada akhir surat, yaitu al kafirun ayat 6 merupakan jawaban dari usulan mereka.
Tawaran saling bergantian dalam ibadah bukanlah sebuah solusi dari perbedaan keyakinan. Meskipun hal itu mengatasnamakan toleransi. Sikap toleransi yang demikian dianggap salah dan ditentang keras oleh Nabi.
Larangan keras ini tercermin dalam redaksi Surat al kafirun ayat 1-6. Pengulangan demi pengulangan dalam ayat mengindikasikan bahwa toleransi (jika harus menyebut seperti itu) dalam beragama memiliki batas. Pernyataan Qs al kafirun ayat 6 menjadi penutup sekaligus memberikan pernyataan sikap dan batas-batas dalam menjalankan agama masing-masing.
Al Kafirun Ayat 6
Surat al Kafirun ayat 6 arab dan latin tertulis:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Surat al Kafirun latin dari ayat ke-6 adalah: Lakum dînukum wa liya dîn, artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Dalam ayat ke-6 tersebut ada 2 jumlah, keduanya disebut jumlah ismiyah berupa tarkib mubtada’-khobar. Yaitu lakum dinukum artinya agamamu (khusus) bagimu dan waliya dini artinya dan agamaku (khusus) untukku.
Dalam ayat ke-6 tersebut, ada 2 jumlah, keduanya disebut jumlah ismiyah berupa tarkib mubtada’-khobar, yaitu “lakum dinukum” artinya agamamu (khusus) bagimu dan “waliya dini” artinya dan agamaku (khusus) untukku.
Makna ‘khusus’ ini didapatkan dari pembalikan tarkib, yaitu mendahulukan khabar dan mengakhirkan mubtada’. Istilah ini dikenal dengan khobar muqaddam (didahulukan) mubtada’ muakkhor (diakhirkan).
Dalam “Kitab Tafsir al-Wasiţ”, ayat 6 dari Surat al Kafirun seolah mengatakan bahwa masing-masing kelompok akan menerima balasan yang sesuai. Bagi mereka yang memilih kemusyrikan dan kekafiran, kelak akan mendapat balasan, demikian pula bagi Nabi. Semua akan dibalas oleh Allah Swt.
Kandungan Al Kafirun Ayat 6
Kandungan ayat 6 dari Surat al Kafirun menggambarkan bahwa toleransi memang diperlukan dalam hidup bermasyarakat, bahkan bernegara. Tujuan utamanya tentu terciptanya kedamaian dan ketentraman.
Namun, bukan berarti toleransi itu bisa masuk ke ruang-ruang privasi. Terlebih dengan bentuk-bentuk seperti yang dimuat dalam Surat al Kafirun; usulan toleransi dengan cara mencampuradukkan agama atau keyakinan
Kandungan al Kafirun ayat 6 ini menggambarkan hal itu. Yaitu berkompromi dalam hal akidah dan kepercayaan akan Tuhan yang mana itu tidak masuk akal. Ayat ini menegaskan dengan mempersilahkan mereka untuk menganut terhadap yang mereka yakini. Dan masing-masing bisa beribadah sesuai apa yang dianggap benar. Toh, pada akhirnya semua akan mendapat balasan. Wallahu a’lam bis shawab.