Kandungan Surat Ad-Dhuha Ayat 1-11

Kandungan Surat ad Dhuha ayat 1-11 mencakup banyak hal. Meskipun kandungan ini secara spesifik membicarakan Rasulullah, namun pesan surat Waduha ditujukan secara universal kepada umat Muhammad dan manusia pada umumnya.

surat ad dhuha
Surat ad Dhuha

Dalam kandungan Surat ad-Dhuha ada sumpah Allah, janji dan karunia-Nya. Selain itu di dalamnya disinggung bagaimana sikap terhadap sesama manusia dan ditutup dengan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.

Selain dikenal karena keutamaan surat ad Dhuha yang beragam. Sebelas ayat ad-Dhuha memiliki nilai kandungan yang relevan untuk kehidupan kita. Berikut isi kandungan surah ke-93 ini, mari kita bahas lebih rinci apa saja muatannya, ayat demi ayat.

Kandungan Surat ad Dhuha

Secara lebih detil, isi kandungan surat ad-Dhuha ayat 1-11 terbagi menjadi 10 poin penting. Keseluruhan dari tiap poin saling merajut menjadi intisari untuk bersikap lemah lembut terhadap sesama, terutama anak-anak yatim.

Ayat 1-2

Di awal surah, Allah bersumpah dengan waktu, baik saat matahari naik sepenggalahan (pagi hari) maupun saat malam yang sunyi. Sumpah ini menunjukkan keagungan dan kekuasaan Allah sebagai pencipta waktu dan alam semesta.

Surah ini turun saat pagi, sebagai jawaban atas keraguan kalangan ateis Mekah yang mengira Allah telah meninggalkan Rasulullah karena tidak ada wahyu baru. Surah ini menegaskan bahwa asumsi mereka salah besar, dan Allah tidak pernah meninggalkan atau melupakan Rasul Muhammad.

Ayat 3

Dalam ad-Dhuha ayat 3 menyatakan: Allah menjamin bahwa tidak adanya wahyu yang turun kepada Muhammad dalam beberapa hari bukanlah tanda bahwa Allah meninggalkan atau membenci Nabi. Musyrikin keliru mengira demikian. Sebaliknya, Tuhan yang telah memilih Muhammad sebagai nabi dan rasul tidak akan meninggalkan atau membencinya dalam tugas menyampaikan risalah.

Ayat 4

Allah menjanjikan kepada Muhammad bahwa akhirat lebih baik dari dunia ini, dengan kenikmatan yang abadi dibanding kehidupan sementara di dunia.

Ayat 5

Allah memberi kabar baik kepada Nabi Muhammad bahwa anugerah-Nya akan terus mengalir, termasuk wahyu yang memberikan petunjuk untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah juga berjanji untuk memenangkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad di atas semua agama lainnya, serta meningkatkan kedudukannya di antara manusia.

Ayat 6

Allah mengingatkan Nabi Muhammad dalam ayat 6 tentang nikmat-Nya. Meskipun Nabi Muhammad dibesarkan dalam keadaan yatim tanpa ayah, Allah menjaga, melindungi, dan membimbingnya.

Ayahnya meninggal saat masih dalam kandungan, namun Allah memeliharanya melalui kakeknya, Abdul Muththalib, dan setelah wafatnya Abdul Muththalib, Nabi Muhammad diurus oleh pamannya, Abu Thalib.

Meski diserang dan disakiti oleh orang-orang Quraisy, Abu Thalib terus membela dan melindunginya hingga wafat. Allah memberikan penggemblengan yang luar biasa, menjauhkan Nabi dari kejahatan dan memastikan bahwa keadaannya yang yatim tidak merusak akhlaknya.

Meskipun dikelilingi oleh lingkungan yang bisa merusak, Allah dengan cermat menjaga dan membimbing Nabi Muhammad sehingga beliau tumbuh menjadi pemuda jujur, terpercaya, dan bebas dari dosa orang-orang Jahiliah.

Ayat 7

Dalam ayat 7, Allah mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad awalnya tidak memahami syariat dan tidak mengetahui Al-Qur’an. Allah memberikan petunjuk kepadanya, menghadapi kebingungan Nabi terhadap kelemahan akidah dan perbuatan buruk bangsa Arab.

Mereka terpengaruh oleh adat istiadat yang salah dan terpecah-belah, menuju kehancuran karena membiarkan orang asing berkuasa. Meskipun umat-umat nabi lain juga dalam kondisi sulit, Allah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad, menjelaskan jalan untuk memperbaiki keadaan mereka melalui Al-Qur’an, yang dijadikan cahaya untuk memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya.

Ayat 8

Dalam ayat 8, pernyataan Allah bahwa Nabi Muhammad awalnya miskin, hanya memiliki sedikit harta warisan. Namun, Allah memberinya kekayaan melalui perdagangan harta milik Khadijah dan hibah dari Khadijah.

Ini menunjukkan bahwa Allah menjaga Nabi Muhammad sejak kecil, menjauhkannya dari kebingungan, dan memberinya kecukupan. Allah tidak akan meninggalkan Nabi Muhammad sepanjang hidupnya.

Ayat 9

Pada ayat 9, Allah meminta Nabi Muhammad mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, dan tidak menghina anak yatim. Sebaliknya, Nabi diminta mendidik mereka dengan baik, menanamkan akhlak yang mulia, agar mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna.

Hadis menyatakan bahwa kedudukan Nabi dan orang yang mengasuh anak yatim sangat dekat di surga. Allah telah melindungi Nabi dari kesengsaraan, dan sebagai ungkapan syukur, Nabi diminta memuliakan anak yatim.

Ayat 10

Dalam ayat 10, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk bersikap lembut terhadap orang yang meminta sesuatu, tidak menolak dengan kasar, dan memberi atau menolak dengan sopan. Ada pandangan bahwa “as-sa’il” dapat merujuk kepada orang yang meminta petunjuk, sehingga harus dilayani dengan lemah lembut sambil memenuhi permohonannya.

Ayat 11

Ayat terakhir Surah Ad-Dhuha, yaitu ayat 11, menekankan agar Nabi Muhammad terus memberikan kepada fakir dan miskin sambil bersyukur atas nikmat Allah. Menyebut-nyebut nikmat Allah tidak untuk membangga-banggakan diri, melainkan untuk bersyukur dan mendorong orang lain untuk bersyukur atas nikmat yang mereka terima.

Hadis mencatat bahwa tidak bersyukur kepada manusia berarti tidak bersyukur kepada Allah. Orang kikir sering menyembunyikan harta mereka sebagai alasan untuk tidak bersedekah, sementara orang dermawan dengan tulus menunjukkan pemberian mereka dengan syukur kepada Allah atas karunia yang diberikan-Nya.

Kesimpulan Surah ad Dhuha

Dengan demikian, keseluruhan Surat Ad-Dhuha mengandung pesan tentang keagungan Allah, keberlanjutan wahyu kepada Nabi Muhammad, janji kebaikan di dunia dan akhirat, dan tuntunan untuk bersyukur, sikap kasih sayang kepada anak yatim dan ramah terhadap sesama. Wallahu A’lam bis Showab.