Doa Allahumma Sayyiban Naafi’an dan Sumber Haditsnya

Allahumma Sayyiban Naafi’an adalah salah satu doa yang diajarkan Rasulullah untuk dibaca ketika turun hujan. Dalam artikel ini, kita akan membahas lafaz lengkap doa Allahumma Sayyiban Naafi’an, mulai dari tulisan Arab, latin, arti, hingga hadits yang secara eksplisit menyebutkannya.


Dalam kehidupan sehari-hari, turunnya hujan sering kali dianggap sebagai fenomena alam biasa. Namun dalam pandangan Islam, hujan adalah salah satu tanda kebesaran Allah yang disambut dengan adab dan doa tertentu. Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah memandang turunnya air dari langit secara netral — justru beliau mengajarkan kepada umatnya adab berdoa saat hujan dengan ucapan Allahumma sayyiban naafi’an.

Lafal ini bukanlah sekadar harapan agar hujan membawa manfaat. Di baliknya terkandung ajaran pengakuan terhadap kuasa Allah, permohonan kebaikan, dan penyadaran bahwa hujan bisa membawa keberkahan, bisa juga membawa kerusakan — maka manusia diperintahkan untuk berdoa agar yang turun adalah hujan yang memberi maslahat.

Doa ini termasuk salah satu dari sekian banyak warisan Rasulullah ﷺ yang singkat namun menyentuh dimensi akidah, adab, dan etika lingkungan. Sebelum membahas redaksinya secara rinci, kita perlu menegaskan bahwa doa ini bersumber dari hadis sahih, bukan buatan atau tambahan ulama belakangan.

Doa Allahumma Sayyiban Naafi’an dan Artinya

Redaksi doa yang diajarkan Nabi ﷺ saat turun hujan sangat ringkas, namun terstruktur dengan makna yang dalam secara bahasa dan semantik. Berikut bentuk tulisan Arabnya yang sesuai dengan kaidah:

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

Secara transliterasi, kalimat ini bisa dituliskan dalam dua bentuk tergantung kebutuhan:

  • Transliterasi Akademik: Allāhumma ṣayyiban nāfiʿan
  • Transliterasi Umum: Allahumma sayyiban naafi’an

Keduanya valid jika digunakan sesuai konteksnya. Dalam kajian ilmiah, penggunaan huruf seperti (ṣād), ʿ (ain), dan tanda panjang (ā) menjadi penting agar pelafalan sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Sementara dalam kebutuhan dakwah umum atau tulisan populer, versi umum lebih mudah diingat dan dibaca oleh masyarakat awam.

Adapun arti dari doa ini adalah:

“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.”

Doa ini tidak hanya sekadar permintaan agar hujan datang, tetapi agar hujan tersebut membawa keberkahan, bukan kerusakan. Kata-kata ini mengandung kesadaran bahwa tidak semua hujan otomatis bermanfaat — karena itu, Nabi ﷺ mengajarkan kita untuk membatasi harapan hanya pada bentuk hujan yang membawa kebaikan.

Makna Kata Ṣayyiban dan Nāfiʿan?

Agar tidak sekadar membaca lafaz tanpa pemahaman, penting untuk membedah dua kata kunci dalam doa ini: ṣayyiban dan nāfiʿan.

Ṣayyiban (صَيِّبًا) berasal dari kata ṣabba (صبّ) yang berarti “mengalir deras”. Kata ini dalam konteks cuaca merujuk pada hujan yang deras, mengalir dari langit dengan volume yang besar. Bukan gerimis, bukan tetes ringan — tapi curah hujan yang deras, menyentuh bumi secara nyata.

Namun, kata ini juga mengandung konotasi positif. Hujan yang deras tidak berarti merusak, sebab dalam doa ini ia dipasangkan dengan kata berikutnya:

Nāfiʿan (نَافِعًا) adalah bentuk isim fā‘il dari kata nafaʿa (نفع), artinya memberi manfaat, faedah, atau kebaikan. Dengan demikian, makna lengkap dari gabungan keduanya adalah:

Hujan yang turun deras dari langit, namun bermanfaat, membawa kesuburan, menyuburkan tanaman, mengisi sungai dan sumur, bukan hujan yang menimbulkan banjir, longsor, atau kerusakan lainnya.

Inilah keindahan susunan kalimat doa yang diajarkan Nabi ﷺ. Dalam dua kata saja — ṣayyiban nāfiʿan — tersimpan perpaduan antara keagungan ciptaan Allah dan harapan manusia akan keberkahan. Hujan bisa deras, tetapi kita memohon agar ia bernilai maslahat.

Baca Juga: Doa Tolak Bala Lengkap Arab, Latin, dan Artinya

Sebagian ulama bahkan menyebut bahwa doa ini mencerminkan keseimbangan qadarullah (kehendak Allah) dan doa (ikhtiar manusia), bahwa kita tidak bisa menolak hujan, tetapi bisa berdoa agar hujan itu memberi kebaikan.

Hadis Allahumma Ṣayyiban Nāfiʿan

Doa Allahumma Sayyiban Naafi’an bukanlah karangan ulama belakangan atau sekadar budaya lokal. Redaksinya bersumber langsung dari hadis sahih yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi ﷺ, khususnya ‘Aisyah radhiyallāhu ‘anhā. Lafaz lengkapnya tercatat dalam beberapa kitab hadis dengan matan yang hampir serupa.

Salah satu riwayat terkuat tentang doa turun hujan ini adalah sebagai berikut:

عن عائشة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى المطر قال: اللهم صَيِّبًا نافعًا

— رواه البخاري

Hadis ini juga disebutkan dalam Sunan Abu Dawud, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah dengan redaksi yang sedikit berbeda, namun esensinya sama. Al-Albani menyatakan hadis ini sahih dalam Ṣaḥīḥ al-Adab al-Mufrad (no. 530).

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika Rasulullah ﷺ melihat awan yang tampak akan menurunkan hujan, beliau meninggalkan aktivitasnya sejenak, bahkan dalam salat, untuk mengamati perubahan langit. Jika hujan benar-benar turun, maka beliau berdoa:

اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

Ini menunjukkan bahwa doa tersebut bukan diucapkan setelah hujan reda, melainkan di saat turunnya hujan. Dalam fiqih adab, ini termasuk bentuk penghambaan: seorang Muslim tidak sekadar diam saat menyaksikan kuasa Allah, tetapi langsung meresponsnya dengan munajat.

Kandungan Allahumma Ṣayyiban Nafian

Dari segi struktur bahasa, redaksi “Allahumma ṣayyiban nāfiʿan” tergolong jawāmi‘ al-kalim — ungkapan singkat yang memuat makna luas. Di dalamnya tercermin beberapa nilai penting:

  1. Kesadaran akan ketergantungan manusia kepada rahmat Allah — bahkan pada peristiwa yang dianggap biasa seperti turunnya hujan.
  2. Pengakuan terhadap kemungkinan dua sisi dari hujan — bisa menjadi anugerah, bisa pula menjadi musibah. Maka doa ini mengarahkan agar yang datang adalah bentuk terbaiknya.
  3. Penerapan etika syukur — saat hujan bukan hanya diam atau mengeluh, tetapi aktif berterima kasih melalui doa.
  4. Penguatan tauhid — karena hanya Allah yang mampu menurunkan hujan dan menjadikannya bermanfaat. Lafal “Allahumma” adalah bentuk seruan doa yang menegaskan bahwa harapan hanya ditujukan kepada Allah.

Dengan demikian, doa ini bukan sekadar pelafalan, melainkan ekspresi iman, adab, dan syukur. Ia menjadi refleksi bahwa setiap hujan adalah peluang untuk menyambung hubungan antara langit dan hati seorang mukmin.

Dalam pengajaran hadis, redaksi pendek seperti ini sangat cocok untuk anak-anak dan remaja. Mereka bisa dengan mudah menghafal, mempraktikkan, dan memahami kandungan nilai yang diajarkan Nabi ﷺ — mulai dari kesadaran ekologis hingga ketaatan spiritual.

Variasi Latin Allahumma Ṣayyiban Nafiʿan dan Ketepatannya

Karena doa ini berasal dari bahasa Arab, penulisannya ke dalam aksara Latin sering kali menghasilkan beragam bentuk. Perbedaan ini umumnya disebabkan oleh ketidaksesuaian antara pelafalan Arab dengan ejaan Latin, atau karena keterbatasan akses pengguna terhadap transliterasi standar. Berikut adalah beberapa bentuk yang sering ditemui di media sosial, poster dakwah, atau bahkan dalam modul keislaman digital.

Varian Penulisan Catatan
allahuma sayiban nafian Tanpa penggandaan huruf y dan tanpa penggunaan huruf untuk mewakili ص. Ini bentuk yang umum digunakan, namun tidak mewakili pelafalan asli secara akurat.
allahuma shoyiban nafian Menggunakan sh untuk ص, yang sebenarnya merujuk pada huruf ش (syin). Ini menyebabkan pergeseran makna jika dimaknai fonetis.
allahuma shoyyiban nafian Sudah menggandakan y, namun tetap menggunakan sh untuk ص. Sebuah bentuk transisi antara ejaan umum dan semi-akurat.
allahuma soyyiban nafi an Cenderung mendekati pelafalan asli, tetapi kata kedua dipisah menjadi dua bagian (nafi dan an), sehingga makna bisa terpecah.
allahuma thoyyiban nafian Menggunakan th yang dalam transliterasi Arab mewakili ط (ṭā’), bukan ص (ṣād). Ini membuat ejaan terdengar berbeda dari makna aslinya.

Dari contoh-contoh di atas, kita bisa melihat bahwa penulisan Latin untuk lafal Arab sangat dipengaruhi oleh pemahaman huruf hijaiyah dan cara membacanya. Bentuk yang paling akurat sesuai kaidah transliterasi ilmiah adalah:

Allāhumma ṣayyiban nāfiʿan

Namun untuk kepentingan dakwah umum atau media populer, bentuk berikut juga lazim digunakan dan tetap bisa diterima:

Allahumma sayyiban naafi’an

Yang penting diperhatikan adalah konsistensi: menggandakan huruf y pada ṣayyiban, dan tidak menyalahartikan huruf ص sebagai syin (sh) atau ṭā’ (th). Penyampaian makna akan lebih tepat jika ejaan mendekati pengucapan asli dalam bahasa Arab.

Menjaga Sunnah di Tengah Hujan

Di antara banyak kesempatan ibadah harian yang sering luput dari perhatian adalah adab saat hujan turun. Doa singkat seperti “Allahumma ṣayyiban nāfiʿan” bukan sekadar pelafalan, tapi bagian dari keteladanan Rasulullah ﷺ yang penuh kesadaran, makna, dan tuntunan adab kepada Allah. Dengan memahami asal-usul, arti kata, serta redaksinya yang tepat, kita bukan hanya mengamalkan sunnah, tetapi juga menghidupkan warisan kenabian dalam keseharian.

Maka, saat tetesan hujan berikutnya membasahi bumi, jangan lewatkan untuk melafalkannya — dengan hati yang khusyuk, dengan pengucapan yang benar, dan dengan harapan akan curahan rahmat yang membawa kebaikan.