I’rab Ayat At-Taubah 105 dalam Latin

Ayat ini turun sebagai teguran sekaligus motivasi spiritual bagi kaum mukmin. Setelah peristiwa Tabuk, Allah memerintahkan Nabi untuk menyeru umat agar tetap beramal dan memperbaiki niat. Pesannya sangat kuat: setiap amal manusia tidak tersembunyi dari pengawasan Allah, Rasul-Nya, dan kaum beriman. Inilah ayat yang menegakkan kesadaran moral dan tanggung jawab amal.

Secara nahwu dan sharaf, ayat ini menarik karena memiliki konstruksi yang pernah disebut pada ayat ke-94 dari surah yang sama. Struktur fa-sayarallāhu ‘amalakum kembali muncul dengan pola i‘rab yang serupa, sehingga para ahli nahwu menjadikannya contoh ideal untuk memahami hubungan antarjumlah dan fungsi harf seperti fa serta sin pada fi‘il mudhari‘.

Dalam analisis berikut, kita akan melihat bagaimana perintah i‘malū dan pengawasan ilahi dalam kalimat ini terwujud melalui struktur i‘rab yang sangat rapi — menunjukkan bukan hanya keindahan bahasa, tetapi juga kedalaman makna tauhid yang terkandung di dalamnya.

Analisis I‘rab Ayat At-Taubah 105 dalam Latin

surat at taubah 105

Wa qul — huruf waw berfungsi isti’nafiyyah (pembuka kalimat baru).

Qul adalah fi‘l amr mabni ‘ala as-sukūn, namun dibaca dengan kasrah karena bertemu dua huruf sukun. Fa‘il-nya dhamir mustatir (tersamar) dengan takdir “anta”.

Jumlah fi‘liyah ini bersifat isti’nafiyyah (kalimat pembuka yang berdiri sendiri).

I‘malū — fi‘l amr mabni ‘ala hadzf an-nūn (terbuangnya huruf nun), karena termasuk af‘āl al-khamsah (lima bentuk fi‘l). Fa‘il-nya wawu jama‘ yang berarti “kalian”.

Jumlah fi‘liyah ini menjadi maqūl al-qawl, yakni isi dari perintah “qul”.

Fa-sayarā Allāhu ‘amalakum wa rasūluhu — fa di sini bisa bermakna ta‘līliyyah (penjelas sebab) atau penghubung bagi jawab syarth muqaddar (kalimat pengandaian tersembunyi: *in ta‘malū fa-sayarā…*).

Huruf sīn menandakan masa depan (huruf istiqbāl). Sayarā adalah fi‘l mudhāri‘ marfū‘ bi-dhammah muqaddarah.

Lafadz Allāhu sebagai fa‘il marfū‘, Frasa ‘amalakum maf‘ūl bih manshūb, dan kum adalah mudhāf ilayh.

Wa rasūluhu ma‘thūf ‘ala lafzh al-jalālah (marfū‘), dengan dhamir -hu sebagai mudhāf ilayh.

Wa-l-mu’minūn — huruf waw ‘āthifah, sedangkan al-mu’minūn ma‘thūf ‘ala lafzh al-jalālah, marfū‘ dengan waw sebagai tanda raf‘ karena jam‘ mudhakkar sālim.

Wa saturraddūna ilā ‘ālimil-ghaib wa-s-syahādahwa adalah huruf isti’nāf atau ‘athaf, saturraddūna fi‘l mudhāri‘ majhūl (bentuk pasif) mabni ‘ala dhāhir rafa‘ dengan nūn tatsniyah dihapuskan. Fa‘il-nya adalah dhamir mustatir takdirnya antum. Ilā harf jar; ‘ālimil-ghaib isim majrūr dengan kasrah sebagai mudhāf ilayh. Wa-s-syahādah ma‘thūf ‘ala al-ghaib majrūr dengan kasrah.

Fa-yunabbi’ukum bimā kuntum ta‘malūn — fa sebagai penghubung (ta‘līl atau tarjīh sebab akibat). Yunabbi’ukum fi‘l mudhāri‘ marfū‘ bi-dhammah, fa‘il-nya dhamir mustatir (takdirnya huwa, kembali kepada Allāh). Kum sebagai maf‘ūl bih, dan bimā jar wa majrūr muta‘alliq dengan yunabbi’ukum. Kuntum fi‘l kāna, dengan tā’ sebagai isim kāna, dan ta‘malūn fi‘l mudhāri‘ marfū‘ bi-thubūt an-nūn (tetapnya huruf nun), sebagai khabar kāna.

Dalam ayat at-Taubah 105 ini, struktur i‘rab memiliki pola yang sama dengan Surat A-Taubah ayat 94 sebelumnya.

  • Wa sayarā — waw ‘āthifah, sīn harf istiqbāl, yarā fi‘l mudhāri‘ marfū‘ bi-dhammah muqaddarah.
  • Allāhu fa‘il marfū‘, ‘amalakum maf‘ūl bih manshūb, kum mudhāf ilayh.
  • Wa rasūluhu ma‘thūf ‘ala lafzh al-jalālah marfū‘, -hu mudhāf ilayh.
  • Thumma turaddūna fi‘l mudhāri‘ mabni lil-majhūl, marfū‘ bi-thubūt an-nūn, waw nā’ib fa‘il.
  • Ilā ‘ālimil-ghaib wa-s-syahādah jar majrūr, muta‘alliq dengan turaddūn.
  • Fa-yunabbi’ukum bimā kuntum ta‘malūn — serupa seperti struktur pada ayat 105.

Demikian analisis Surah At-Taubah ayat 105 dari kajian nahwu-sharaf. Ayat ini bukan sekadar menampilkan keindahan susunan bahasa Arab, tetapi juga menanamkan nilai islami yang dalam: bahwa amal perbuatan manusia selalu berada dalam pengawasan Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin.

Dengan memahami struktur nahwiyahnya, kita bisa melihat betapa sempurnanya keseimbangan antara bentuk bahasa dan pesan ilahi. Keindahan ini mengajak kita untuk tidak hanya membaca Al-Qur’an, tetapi juga mendalami maknanya dari sisi bahasa, agar setiap ayat yang kita baca semakin menghidupkan hati. Maka, marilah terus belajar menyingkap rahasia gramatika Al-Qur’an, agar kita makin dekat dengan firman Allah, ‘Ālimul-ghaib wasy-syahādah.