Khataman Al-Qur’an: Doa, Keutamaan, Tata Cara, dan Tradisi Ulama Salaf

Menyelesaikan bacaan 30 juz Al-Qur’an adalah pencapaian yang luar biasa bagi seorang Muslim. Ini bukan hanya bukti kesungguhan dalam berinteraksi dengan kitab suci, tetapi juga momen penuh keberkahan dan nilai yang tinggi.

Terlebih lagi, setelah mengkhatamkan Al-Qur’an, sangat dianjurkan untuk memanjatkan doa. Bukan sekadar pelengkap, melainkan waktu emas karena termasuk waktu yang sangat mustajab untuk memohon kepada Allah.

Keutamaan Berdoa Setelah Khatam Al-Qur’an

Sejumlah riwayat menegaskan keagungan momen ini:

📌 Turunnya rahmat Allah
“Jika Al-Qur’an dikhatamkan, maka rahmat Allah turun.”
(HR at-Thabrani dan Ibnu Abi Syaibah)

📌 Diaminkan ribuan malaikat
“Siapa yang berdoa setelah mengkhatamkan Al-Qur’an, maka 4.000 malaikat akan mengaminkan doanya.”
(HR ad-Darimy)

📌 Dimintakan ampun oleh puluhan ribu malaikat
“Setelah khatam, 60.000 malaikat memohonkan ampunan untuknya.”
(HR ad-Dailamy)

Bahkan Imam Nawawi dalam al-Tibyan menekankan bahwa berdoa setelah menyelesaikan Al-Qur’an adalah bagian dari sunnah yang penuh keutamaan. Para salaf terdahulu memuliakan waktu ini dengan khusyuk, karena sadar bahwa keberkahan dan rahmat Allah tengah tercurah deras.

Adab dan Tata Cara Khataman Al-Qur’an

Menghatamkan Al-Qur’an bukan hanya soal menyelesaikan bacaan, tapi juga tentang bagaimana kita memuliakan momen itu. Para ulama dan salafus shalih memberi teladan tentang adab dan kebiasaan yang bisa kita tiru.

Memilih Waktu yang Ideal

Waktu khataman punya pengaruh besar terhadap suasana hati dan kekhusyukan. Beberapa waktu yang sering dipilih oleh para ulama adalah:

  • Pagi hari, terutama setelah shalat sunnah fajar—saat pikiran masih jernih dan hati belum sibuk dengan urusan dunia.

  • Malam hari, khususnya setelah shalat ba’diyah maghrib—suasana lebih tenang, cocok untuk merenungi ayat-ayat yang telah dibaca.

  • Hari Jumat, baik siang maupun malam, adalah waktu yang sangat dianjurkan karena penuh keutamaan dan keberkahan.

Berpuasa di Hari Khataman

Sebagian ulama salaf memiliki kebiasaan berpuasa di hari mereka mengkhatamkan Al-Qur’an. Misalnya, Thalhah bin Mushrif dan Habib bin Abi Tsabit memilih berpuasa sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat menyelesaikan tilawah. Asal tidak bertepatan dengan hari-hari yang diharamkan untuk puasa, amalan ini sangat dianjurkan.

Khataman Secara Berjamaah

Khataman juga bisa menjadi ajang berkumpul dan menguatkan ukhuwah. Ini bukan inovasi baru, tapi tradisi yang sudah lama dilakukan oleh para sahabat:

  • Anas bin Malik biasa mengumpulkan keluarganya setiap kali selesai khatam, lalu mereka berdoa bersama memohon keberkahan.

  • Ibnu Abbas bahkan mengutus seseorang untuk mencari majelis khataman agar ia bisa hadir dan ikut berdoa bersama mereka.

Maka, baik dilakukan sendiri atau bersama-sama, khataman Al-Qur’an tetap bisa menjadi momen istimewa—asal dilakukan dengan niat yang lurus dan hati yang penuh syukur.

Susunan Kegiatan Acara Khotmil Qur’an

Berikut adalah susunan kegiatan yang umum dilakukan dalam prosesi khataman Al-Qur’an, baik secara pribadi maupun berjamaah:

Rangkaian Bacaan (Umum/Individu):

  1. Membuka dengan tawasul, sebagai bentuk tabarruk kepada para nabi, ulama, dan orang-orang saleh.

  2. Membaca 22 surat terakhir dalam Juzamma yang mulai dari ad-Duha hingga an-Nas (Qs. 114).

  3. Dilanjutkan dengan membaca Surah al-Fatihah dan lima ayat pertama dari Surah al-Baqarah—sebagai simbol memulai kembali bacaan Al-Qur’an.

  4. Ditutup dengan doa khatmul Qur’an.

Jika Dilakukan Secara Berjamaah:

  • Pembukaan acara, bisa berupa tahlilan atau lantunan tilawah.

  • Pembacaan Al-Qur’an 30 juz, dibagi kepada peserta untuk dibaca secara kolektif atau perorangan.

  • Mau’izah hasanah, yakni nasihat atau tausiyah singkat untuk memetik hikmah dari Al-Qur’an.

  • Pembacaan doa khatmul Qur’an, dipimpin oleh tokoh agama atau yang ditunjuk.

  • Diakhiri dengan ramah tamah, dan jika memungkinkan, disertai pembagian santunan kepada yang membutuhkan.

Susunan ini bisa disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing, selama tetap menjaga adab serta niat ikhlas dalam menghidupkan syiar Al-Qur’an.

Melanjutkan Bacaan Setelah Khatam

Mengapa Membaca Al-Baqarah Setelah An-Nas Saat Khataman?

Di banyak majelis khataman, ada kebiasaan membaca Surah Al-Fatihah dan lima ayat pertama dari Surah Al-Baqarah setelah selesai membaca Surah An-Nas. Seolah-olah, proses khataman tidak ditutup di akhir mushaf, tapi langsung disambung dengan awal bacaan baru. Apakah ini sekadar tradisi atau ada dasar dari ulama?

Anjuran Ulama: Lanjut dari Awal Setelah Khatam

Tradisi ini ternyata dianjurkan oleh sejumlah ulama. Tujuannya sederhana: agar seseorang langsung menyambung bacaan ke awal mushaf, menandai niat untuk terus menjaga hubungan dengan Al-Qur’an. Imam al-Suyuthi dan Imam an-Nawawi menyebut dalam kitab mereka (al-Itqan dan al-Tibyan) bahwa memulai kembali setelah khatam adalah amalan yang dicintai para ulama salaf.

Imam al-Zarkasyi bahkan menjelaskan detailnya: setelah membaca Surah An-Nas, disunnahkan membaca Surah Al-Fatihah dan lima ayat awal dari Surah Al-Baqarah, sampai ayat “Ulaaika ‘alaa hudam mir rabbihim…” (QS. Al-Baqarah: 5).

Dasar Hadis dan Penjelasan Ulama

Tradisi membaca Surah Al-Fatihah dan beberapa ayat awal Surah Al-Baqarah setelah menyelesaikan bacaan Surah An-Nas dalam prosesi khataman Al-Qur’an bukanlah sekadar kebiasaan masyarakat, melainkan memiliki dasar dari praktik Nabi ﷺ dan penjelasan para ulama.

1. Praktik Nabi ﷺ dan Para Sahabat

Dalam riwayat dari sahabat Ubay bin Ka’ab, disebutkan bahwa Nabi ﷺ setelah membaca Surah An-Nas, beliau melanjutkan dengan membaca Surah Al-Fatihah dan ayat-ayat awal dari Surah Al-Baqarah. Ini menunjukkan adanya kebiasaan untuk menyambung kembali bacaan ke awal mushaf sebagai pertanda kesiapan memulai khataman yang baru.

2. Hadis Tentang “Mengulang dari Awal”

Dasar yang menguatkan amalan ini adalah hadis yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, di mana Nabi ﷺ bersabda ketika ditanya tentang amalan yang paling dicintai Allah:

“Yang sampai di akhir, lalu kembali lagi ke awal.”
(HR. At-Tirmidzi)

Ketika ditanya maksudnya, beliau menjelaskan: orang yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir, dan setiap kali selesai, ia segera memulainya lagi.

3. Penjelasan Para Ulama

  • Imam al-Mubarakfuri dalam Tuhfat al-Ahwadzi menyebut bahwa ahli Qur’an di Makkah mengamalkan hadis ini dengan membaca Surah Al-Fatihah dan lima ayat pertama Surah Al-Baqarah setelah An-Nas saat khataman.

  • Imam al-Jazari dalam al-Nasyr fi al-Qira’at al-‘Asyr juga mencatat riwayat dari Ubay bin Ka’ab dan menegaskan bahwa kebiasaan memulai ulang bacaan setelah khatam telah diamalkan oleh banyak ulama sepanjang sejarah.

4. Perbedaan Pendapat

Walaupun dianjurkan oleh sebagian besar ulama, sebagian kalangan menilai bahwa riwayat yang dijadikan dasar tidak cukup kuat untuk dijadikan pegangan wajib. Bahkan ada yang melarang tambahan bacaan tersebut karena dianggap tidak memiliki landasan yang pasti.

Doa Setelah Hatam Al-Quran

Setelah menyelesaikan bacaan 30 juz, momen berikutnya yang tak kalah penting adalah menutupnya dengan doa. Inilah saat yang telah dinanti—waktu yang penuh keberkahan, di mana langit seakan terbuka untuk menerima setiap permohonan. Para ulama menyebutnya sebagai waktu mustajab; maka sangat dianjurkan untuk memanjatkan doa yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat.

Berikut ini adalah contoh teks doa setelah hatam Quran yang biasa dibaca setelah khatam Al-Qur’an. Anda bisa membacanya sendiri, bersama keluarga, atau dipimpin oleh imam jika dilakukan secara berjamaah.

Khataman Qur’an Secara Virtual

Siapa bilang khataman Al-Qur’an hanya bisa dilakukan di masjid atau majelis besar? Di era digital seperti sekarang, momen khataman tetap bisa terasa khusyuk—meski hanya lewat layar ponsel atau laptop.

Banyak orang kini memilih khataman daring, apalagi saat terpisah jarak atau dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk berkumpul. Ada yang menggunakan Zoom, Google Meet, hingga siaran langsung di YouTube. Bahkan, sebagian hanya mengandalkan grup WhatsApp atau Telegram, membagi bacaan per juz, lalu menyelesaikannya bersama.

Meskipun dilakukan secara virtual, adab tetap harus dijaga. Usahakan dalam keadaan suci dan berwudhu, berpakaian sopan, dan menjaga sikap selama acara berlangsung. Saat doa khataman dibacakan, minimalkan gangguan—matikan notifikasi, hindari percakapan lain, dan hadirkan hati sepenuhnya.

Khataman Kolektif: Apakah Tetap Bernilai?

Pertanyaan yang kerap muncul: apakah membaca Al-Qur’an secara kolektif—di mana setiap orang membaca satu atau beberapa juz—juga dihitung sebagai khataman?

Jawabannya, iya. Meski mungkin tidak setara dengan membaca keseluruhan mushaf sendiri dari awal hingga akhir, pahala dan keutamaannya tetap besar. Apalagi jika dilakukan dengan:

  • Niat yang tulus dan bersama-sama

  • Bacaan yang tertib dan terjaga

  • Ditutup dengan doa bersama yang penuh kekhusyukan

Khataman kolektif bukan soal membagi tugas, tapi berbagi semangat. Ketika niatnya adalah mencari keberkahan dari kalam Allah, maka meski dilakukan berjauhan, insyaAllah tetap dicatat sebagai amal yang agung.

Tips & Target Waktu Khataman Al-Qur’an

Bagi sebagian orang, menyelesaikan 30 juz Al-Qur’an terasa berat. Padahal, dengan pembagian waktu yang tepat dan konsistensi harian, khataman bisa terasa jauh lebih ringan. Kuncinya adalah memilih target yang sesuai kemampuan dan kesibukan masing-masing.

Berikut beberapa opsi target waktu khataman yang bisa Anda pilih:

Target Waktu Target Harian Durasi Total
1 bulan 1 juz per hari 30 hari
10 hari 3 juz per hari 10 hari
1 minggu ±4,3 juz per hari 7 hari
Selama Ramadhan 1 juz per hari 1 kali khatam dalam sebulan

Tips praktis agar konsisten:

  • Bagi bacaan menjadi tiga waktu: pagi, siang, malam

  • Gunakan mushaf atau aplikasi dengan fitur penanda harian

  • Buat pengingat harian sebagai penyemangat

Tak masalah jika kadang tertunda—yang penting tetap melanjutkan. Ingat, Allah menilai kesungguhan dan ketulusan, bukan hanya kecepatan

Penutup

Mengkhatamkan Al-Qur’an bukan semata menyelesaikan 30 juz bacaan, tapi juga meneguhkan ikatan dengan firman Allah. Dan doa setelah khatam? Itulah waktu terbaik untuk berharap dan memohon kepada-Nya: untuk kebaikan dunia, keberkahan hidup, dan keselamatan akhirat.

Sebagaimana nasihat para ulama:

“Sebaik-baik amal adalah memulai Al-Qur’an dan menyelesaikannya, lalu memulainya kembali.”