Kematian bukanlah akhir segalanya. Dalam ajaran Islam, kehidupan di alam barzakh—alam setelah kematian dan sebelum kebangkitan—menjadi babak baru yang tak kalah penting. Salah satu fase penting di alam ini adalah sesi pertanyaan dari dua malaikat: Munkar dan Nakir.
Mereka datang bukan untuk menyapa, tapi untuk menguji: sejauh mana seseorang membawa iman dan amal dari kehidupannya di dunia. Artikel ini akan mengulas urutan pertanyaan di alam kubur, bahasa komunikasi malaikat, serta bagaimana mereka mampu bertugas kepada jutaan manusia dalam waktu bersamaan. Semua terangkum dalam uraian yang disarikan dari berbagai sumber klasik.
Detik-Detik Setelah Dikuburkan
Ketika seseorang telah dikuburkan dan orang-orang terdekat meninggalkan makam, mulailah kehidupan alam kubur. Dalam sunyi dan gelapnya liang lahat, dua malaikat—Munkar dan Nakir—mendatangi si mayit. Mereka membangunkannya dalam posisi duduk dan mulai mengajukan serangkaian pertanyaan.
Berdasarkan riwayat dan penjelasan ulama seperti Syekh M. Nawawi Al-Bantani, enam pertanyaan utama yang diajukan malaikat di alam kubur adalah:
-
Siapa Tuhanmu? (Man rabbuka?)
-
Apa agamamu? (Ma dinuka?)
-
Siapa nabimu? (Man nabiyyuka?)
-
Apa kitabmu? (Ma kitabuka?)
-
Di mana kiblatmu? (Aina qiblatuka?)
-
Siapa saudaramu? (Man ikhwanuka?)
Pertanyaan-pertanyaan ini bukan hanya untuk dihafal. Jawaban tidak diberikan berdasarkan kemampuan mengingat, tetapi berdasarkan amal perbuatan selama hidup. Mereka yang menjalankan perintah agama dengan penuh keimanan akan diberi taufik untuk menjawab dengan benar. Sedangkan mereka yang hidup jauh dari nilai-nilai Islam akan kebingungan bahkan tidak mampu menjawab sama sekali.
Bahasa Malaikat Bertanya di Alam Kubur
Salah satu pertanyaan menarik yang sering muncul sejak kecil adalah: “Bahasa apa yang digunakan malaikat saat bertanya?” Apakah bahasa Arab karena Al-Qur’an berbahasa Arab? Atau bahasa masing-masing manusia?
Syekh M. Nawawi Al-Bantani dalam Syarah Nuruz Zhalam ‘ala Aqidatil Awam menjawab bahwa malaikat akan menggunakan bahasa yang digunakan si mayit semasa hidupnya. Mereka tidak bertanya dalam bahasa asing, melainkan dalam bahasa ibu yang telah menjadi bagian dari keseharian si mayit di dunia.
Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dipahami dengan jelas oleh si mayit, terlepas dari bangsa dan bahasanya. Kuncinya bukan pada kosakata, tetapi pada iman dan amal yang sesuai dengan ajaran Islam.
Bagaimana Malaikat Menangani Banyak Orang Sekaligus?
Fakta bahwa ribuan orang meninggal setiap hari di berbagai belahan dunia menimbulkan pertanyaan logis: bagaimana malaikat bisa menginterogasi semuanya dalam waktu yang bersamaan?
Menurut Syekh Nawawi, tidak ada hambatan bagi malaikat untuk menjalankan tugas itu. Bahkan jika sejumlah orang meninggal pada waktu yang sama di tempat berbeda, semuanya akan mendapatkan pertanyaan dari malaikat di saat yang sama. Tidak ada yang luput atau tertunda.
Imam Al-Qurthubi juga menambahkan bahwa bisa jadi kedua malaikat tersebut memiliki postur tubuh yang luar biasa besar, sehingga mampu “menjangkau” banyak manusia sekaligus. Di sisi lain, Imam As-Suyuthi berpendapat bahwa Munkar dan Nakir tidak bekerja sendiri, tetapi dibantu oleh sejumlah malaikat lain yang ditugaskan secara khusus, mirip seperti malaikat pencatat amal.
Apa yang Terjadi Bila Seseorang Beriman?
Bagi orang yang beriman dan saleh, jawaban akan keluar dengan lancar. Dalam uraian Syekh Nawawi disebutkan bahwa si mayit yang beriman akan menjawab:
“Tuhanku adalah Allah yang Esa, Islam adalah agamaku, Muhammad adalah nabiku, Ka’bah kiblatku, orang beriman saudaraku, Al-Qur’an pedomanku, sunnah nabi adalah jalanku…”
Setelah menjawab dengan benar, kedua malaikat itu akan berkata, “Engkau benar. Tidurlah sebagaimana tidurnya pengantin, yang hanya dibangunkan oleh orang yang paling dicintainya.” Istilah “tidur pengantin” menggambarkan kenyamanan dan ketenangan dalam alam kubur, menunggu hari kebangkitan.
Lalu, Apa yang Terjadi Bila Seseorang Tidak Beriman?
Sebaliknya, mereka yang hidup dalam kekufuran atau kemunafikan akan merasa gelisah, ketakutan, dan bingung. Ketika ditanya tentang Nabi Muhammad, mereka hanya bisa menjawab, “Aku tidak tahu… aku tidak tahu…”
Dalam hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, kondisi ini disebutkan sebagai salah satu bentuk siksa batin di alam kubur: ketidakmampuan menjawab pertanyaan karena tidak adanya keyakinan yang benar saat hidup di dunia.
Penutup: Bukan Soal Hafalan, Tapi Keimanan
Pertanyaan di alam kubur bukanlah ujian teori yang bisa dihafalkan dari buku. Ia adalah ujian refleksi dari kehidupan: apakah benar kita telah hidup sebagai hamba Allah? Apakah ibadah yang kita lakukan selama ini dilakukan dengan hati?
Artikel ini mengingatkan bahwa persiapan terbaik untuk menghadapi pertanyaan malaikat bukanlah menghafal jawaban, tetapi menghidupkan jawaban itu dalam keseharian kita—dengan iman, amal saleh, dan cinta pada Allah dan Rasul-Nya.