Sebab Turunnya Surat Al-Masad (Qs Al-Lahab atau Tabbat)

Surat Al-Masad (juga dikenal sebagai Surat Al-Lahab) merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang secara langsung mengutuk Abu Lahab, paman Nabi Muhammad ﷺ, atas sikap permusuhannya terhadap dakwah Islam.

Surat ini turun setelah peristiwa dakwah terang-terangan yang dilakukan Nabi di Bukit Shafa. Artikel ini akan membahas konteks sejarah turunnya surat tersebut, reaksi Abu Lahab, serta dampaknya terhadap dakwah Islam.

Perintah Dakwah Terang-Terangan

Nabi Muhammad ﷺ diperintahkan untuk menyampaikan risalah Islam secara terbuka, dimulai dari kerabat terdekatnya. Allah ﷻ berfirman:

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)

Menindaklanjuti perintah ini, Nabi ﷺ naik ke Bukit Shafa dan memanggil suku-suku Quraisy, termasuk Bani Hasyim, Bani Abdul Muthalib, dan Bani Manaf, untuk berkumpul.

Seruan ini menarik perhatian penduduk Makkah. Mereka bergegas datang, sementara yang tidak bisa hadir mengirim utusan untuk mencari tahu apa yang ingin disampaikan oleh Muhammad ﷺ.

Ketika mereka telah berkumpul, Nabi ﷺ bertanya kepada mereka dengan sebuah analogi:

أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا بِالْوَادِي تُرِيدُ أَنْ تُغِيرَ عَلَيْكُمْ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ؟

“Bagaimana menurut kalian, jika aku memberi tahu kalian bahwa ada pasukan berkuda di balik bukit ini yang siap menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?”

Para hadirin, termasuk Abu Lahab, menjawab dengan penuh keyakinan:

نَعَمْ، مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ إِلَّا صِدْقًا

“Ya, kami percaya! Kami tidak pernah mendapati engkau berdusta.”

Setelah mendapatkan pengakuan atas kejujurannya, Nabi ﷺ melanjutkan dengan peringatan yang serius:

فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ

“Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan bagi kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”

Namun, mendengar hal ini, Abu Lahab justru merespons dengan kasar dan penuh ejekan. Ia berkata dengan nada marah:

تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ، أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟

“Celakalah engkau sepanjang hari ini! Apakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?”

Karena penolakannya yang keras terhadap dakwah Nabi ﷺ, Allah ﷻ menurunkan Surah Al-Masad, yang mengutuk Abu Lahab secara langsung. (QS. Al-Masad: 1-5)

Peristiwa di Bukit Shafa ini menjadi awal dari dakwah Islam yang terbuka. Sejak saat itu, Rasulullah ﷺ terus menyampaikan ajaran Islam, meskipun menghadapi banyak tantangan dari kaumnya sendiri.

Reaksi Abu Lahab dan Turunnya Surat Al-Masad

Mendengar pernyataan Nabi, Abu Lahab justru menanggapinya dengan kasar dan penuh penghinaan تَبًّا لَكَ Tabban laka (Celakalah engkau)…

Perkataan Abu Lahab ini mencerminkan penolakannya yang keras terhadap dakwah Islam. Tidak hanya menolak, ia juga berupaya menghalangi orang-orang untuk menerima ajaran Nabi. Sebagai respons atas penghinaan ini, Allah menurunkan Surat Al-Masad.

Turunnya ayat ini menjadi bukti nyata penolakan Allah terhadap sikap Abu Lahab. Selain itu, istrinya, Ummu Jamil, juga disebut dalam surat ini karena turut serta dalam permusuhan terhadap Nabi Muhammad ﷺ.

Makna Peristiwa Dakwah ini

Peristiwa di Bukit Shafa ini menjadi titik balik dalam sejarah Islam. Dari sinilah dakwah Islam mulai dilakukan secara terbuka, meskipun mendapat tantangan besar. Beberapa poin penting yang bisa diambil dari kisah ini antara lain:

  1. Kejujuran Nabi diakui oleh kaumnya sendiri, tetapi mereka tetap menolak kebenaran Islam karena kepentingan duniawi.
  2. Abu Lahab adalah salah satu contoh musuh Islam yang paling keras, bahkan ia mendapat kutukan langsung dari Allah dalam Al-Qur’an.
  3. Dakwah Islam tidak hanya menghadapi perlawanan dari orang asing, tetapi juga dari keluarga terdekat Nabi sendiri.
  4. Kewajiban Rasulullah ﷺ hanyalah menyampaikan risalah, sementara hidayah berada di tangan Allah.

Meskipun mendapat perlawanan, dakwah Islam terus berkembang dan akhirnya mencapai kemenangan besar. Peristiwa ini mengajarkan bahwa perjuangan dalam menyampaikan kebenaran akan selalu menghadapi rintangan, tetapi keteguhan dan keyakinan kepada Allah akan membawa keberhasilan pada akhirnya.

Abu Lahab dalam Konteks Keturunan Quraisy

Abu Lahab, yang memiliki nama asli Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, adalah paman Nabi Muhammad ﷺ dan berasal dari Bani Hasyim, salah satu klan terhormat di Quraisy. Bani Hasyim dan Bani Muthalib merupakan dua cabang keturunan dari Abdu Manaf yang memiliki peran penting dalam kepemimpinan suku Quraisy, termasuk dalam mengurus Ka’bah dan melayani para jamaah haji.

Meskipun berasal dari keluarga yang sama dengan Nabi, Abu Lahab berbeda dari kebanyakan anggota Bani Hasyim lainnya, seperti Abu Thalib dan Abbas bin Abdul Muthalib, yang mendukung atau melindungi Nabi dalam dakwahnya. Sebaliknya, Abu Lahab justru menjadi salah satu penentang utama Islam.

Dampak dan Makna Turunnya Surat Al-Masad

Turunnya Surat Al-Masad menunjukkan ketegasan Allah terhadap orang-orang yang menentang Islam dengan permusuhan yang terang-terangan. Beberapa poin penting yang dapat disimpulkan dari peristiwa ini antara lain:

  1. Penolakan Abu Lahab terhadap Islam bukan sekadar sikap pribadi, tetapi juga simbol dari perlawanan keras Quraisy terhadap dakwah Nabi.
  2. Meskipun Nabi berasal dari keluarga Bani Hasyim, tidak semua anggotanya mendukung Islam.
  3. Surat ini menjadi salah satu bukti nubuat dalam Al-Qur’an, karena Abu Lahab meninggal dalam keadaan tetap kafir, sesuai dengan kutukan dalam surat tersebut.
  4. Dakwah Islam tetap berlanjut meskipun mendapat perlawanan dari orang-orang terdekat Nabi sendiri.

Kesimpulan

Turunnya Surat Al-Masad merupakan respons terhadap hinaan Abu Lahab kepada Nabi Muhammad ﷺ dalam peristiwa dakwah di Bukit Shafa. Peristiwa ini menandai awal dakwah Islam secara terbuka dan memperlihatkan bagaimana reaksi keras dari pihak Quraisy, khususnya dari Abu Lahab yang merupakan paman Nabi sendiri.

Kisah ini memberikan pelajaran bahwa dalam menyampaikan kebenaran, seorang pendakwah akan menghadapi berbagai tantangan, termasuk dari orang-orang terdekatnya. Namun, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, tugas seorang Rasul hanyalah menyampaikan risalah, sedangkan hidayah berada di tangan Allah.