Surah An-Nas atau Nâs merupakan surah ke-114 dalam susunan mushaf Al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 6 ayat, berada di juz ke-30, dan menjadi penutup dari seluruh rangkaian 114 surah Al-Qur’an.
Dalam urutan mushaf, Surah An-Nas terletak setelah Surah Al-Falaq (ke-113). Kedua surah ini dikenal sebagai al-Mu‘awwidzatain karena sama-sama berisi doa perlindungan.
Dalam mushaf Kementerian Agama RI, Surah An-Nas tercantum pada halaman 604, sebagai surah terakhir yang menutup mushaf.
Nama “An-Nas” diambil dari kata berulang dalam surah ini, khususnya dari ayat pertama: Qul a’udzu bi rabbin-naas.
Para ulama menggolongkan An-Nas sebagai surah Makkiyah, meskipun sebagian riwayat menyebut kemungkinan turunnya di Madinah. Status Makkiyah tetap menjadi pendapat jumhur.
Kandungan utama Surah An-Nas berisi perintah untuk memohon perlindungan kepada Allah, Tuhan seluruh manusia, dari waswas yang mempengaruhi hati manusia, baik dari kalangan jin maupun manusia.
An-Naas & al-Mu‘awwidzatain
Dalam susunan wahyu kronologis, An-Nas termasuk kelompok surah yang turun pada fase akhir dakwah Nabi. Ia sering dipasangkan dengan Al-Falaq sebagai al-Mu‘awwidzatain — dua surah pendek yang Nabi Muhammad SAW ajarkan sebagai bacaan perlindungan diri.
Keduanya difungsikan langsung sebagai alat sederhana untuk menjaga hati dan akhlak: membentengi dari waswas, pengaruh negatif, dan gangguan batin — baik yang datang dari manusia maupun jin.
Surah An-Naas Arab, Latin dan Artinya

Setelah bacaan Arab kita menuju Surat an Nas dan artinya untuk lebih dekat dan memahami apa terjemahan dan makna-makna dari tiap ayatnya.
Surat An-Nas Ayat 1: Qul a’udzu bi rabbin-nas
- Qul = katakanlah
- a’udzu = aku berlindung
- bi = dengan / kepada
- rabb = Tuhan
- an-nas = manusia
Arti Surat An-Nas Ayat 1: Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia (Qs. an-Nâs [114]: 1).”
Surat An-Nas Ayat 2: Maliki n-nas
- Malik = penguasa / raja
- an-nas = manusia
Arti Surat An-Nas Ayat 2: Raja manusia (Qs. an-Nâs [114]: 2).
Surat An-Nas Ayat 3: Ilahi n-nas
- Ilah = sesembahan
- an-nas = manusia
Arti Surat An-Nas Ayat 3: Sembahan manusia (Qs. an-Nâs [114]: 3).
Surat An-Nas Ayat 4: Min sharri al-waswasil khannas
- Min = dari
- syarri = kejahatan
- al-waswasi = pembisik
- al-khannas = yang bersembunyi
Arti Surat An-Nas Ayat 4: dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi (Qs. an-Nâs [114]: 4).
Surat An-Nas Ayat 5: Alladhi yuwaswisu fi suduri n-nas
- Alladhi = yang
- yuwaswisu = membisikkan
- fi = ke dalam
- sudur = dada
- an-nas = manusia
Arti Surat An-Nas Ayat 5: yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (Qs. an-Nâs [114]: 5).
Surat An-Nas Ayat 6: Mina al-jinnati wa n-nas
- Min = dari
- al-jinnati = golongan jin
- wa = dan
- an-nas = manusia
Arti Surat An-Nas Ayat 6: dari (golongan) jin dan manusia (Qs. an-Nâs [114]: 6).
Tafsir Singkat Surah An-Naas
Inti dari Qs an-Nas yaitu meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan yang tidak terlihat. Tujuannya jelas, yaitu mengajak manusia bergantung kepada Allah ketika menghadapi waswas, dorongan negatif, dan keburukan yang bekerja secara halus.
Tafsir ringkas Surah an-Naas: manusia diarahkan untuk berlindung kepada Allah sebagai Rabb, Raja, dan Ilah yang mengatur seluruh urusan mereka. Perlindungan ini diminta dari bisikan setan yang muncul saat seseorang lengah dan melemah ketika seseorang ingat kepada Allah. Bisikan itu menargetkan hati dan dapat muncul melalui pengaruh jin maupun manusia.
Dari ayat-ayat ini terdapat beberapa manfaat praktis: penegasan sifat-sifat kesempurnaan Allah, pengakuan bahwa gangguan batin dan sihir itu nyata, dan bimbingan bahwa cara mengatasinya adalah dengan banyak mengingat Allah, memperkuat niat, serta membaca surah-surah perlindungan.
Ibrah dari Surah An-Naas
Ibrah atau pelajaran dari Surah An-Nas dapat dirangkum dalam beberapa poin sederhana dan langsung. Pertama, manusia diajak menyadari bahwa ancaman terbesar sering datang dari dalam diri berupa bisikan, ragu, dan dorongan yang melemahkan akhlak. Karena itu, penjagaan batin menjadi langkah penting dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, surah ini menanamkan kesadaran bahwa perlindungan yang efektif bukan dari ritual rumit, tetapi dari kedekatan dengan Allah. Mengakui-Nya sebagai Rabb, Raja, dan Ilah berarti menata ulang orientasi hati: siapa yang kita percayai, siapa yang kita patuhi, dan kepada siapa kita kembali ketika jiwa mulai goyah.
Ketiga, An-Nas mengingatkan bahwa pengaruh buruk bisa datang dari dua arah—manusia dan jin—sehingga kewaspadaan moral dan etika perlu dijaga. Ini menjadi latihan untuk membangun disiplin batin: memilih yang benar, menolak dorongan yang merusak, dan memelihara kesadaran diri.
Keempat, surah ini memberi pelajaran praktis bahwa menjaga zikir, membaca doa perlindungan, dan memperhatikan kebersihan hati adalah bagian dari ikhtiar yang realistis dan dapat dilakukan oleh siapa pun. Tidak berlebihan, tidak menyulitkan—cukup istiqomah.
Ibrah keseluruhan dari Surat Annas mengarah pada satu hal: kesehatan batin adalah bagian dari peradaban diri, dan An-Nas memberi kerangka sederhana untuk menjaganya.