Pelajari Surat Hud ayat 6 tentang jaminan rezeki dari Allah. Disertai teks Arab, terjemahan, tafsir, pelajaran hidup, dan refleksi yang menyentuh hati.
Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul di hati manusia adalah: “Apakah rezekiku akan cukup? Apakah Allah peduli dengan kebutuhanku?”
Surat Hūd ayat 6 hadir sebagai jawaban yang menenangkan:
bahwa setiap makhluk di bumi, sekecil apa pun, telah dijamin rezekinya oleh Allah. Bahkan sebelum ia dilahirkan, bahkan saat ia tersembunyi di tempat yang tak terlihat oleh mata manusia—Allah sudah mengetahuinya, mengatur rezekinya, dan menuliskannya dengan penuh hikmah.
Surat Hud ayat 6 ini merupakan undangan untuk merenung dan memperkuat keyakinan, bahwa hidup ini tidak berjalan secara acak. Bahwa di balik setiap langkah dan usaha kita, ada tangan Allah yang menyertai.
Surat Hud Ayat 6 Arab Latin & Arti

Berikut Surat Hud Ayat 6 dengan teks dalam huruf Arab, transliterasi Latin, dan artinya dalam Bahasa Indonesia. Semoga bisa menjadi bahan renungan, penguat hati, sekaligus pengingat akan luasnya kasih sayang Allah dalam setiap helaan napas kehidupan.
وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ
Wa mâ min dâbbatin fil-ardli illâ ‘alallâhi rizquhâ wa ya‘lamu mustaqarrahâ wa mustauda‘ahâ, kullun fî kitâbim mubîn.
Arti Surat Hud Ayat 6 Dan tiadalah sesuatupun dari makhluk-makhluk yang bergerak di bumi melainkan Allah jualah yang menanggung rezekinya dan mengetahui tempat kediamannya dan tempat ia disimpan. Semuanya itu tersurat di dalam Kitab (Lauh mahfuz) yang nyata (kepada malaikat-malaikat yang berkenaan). (Qs Hud Ayat 6)
Tafsir Tahlili Surat Hud Ayat 6
Menurut Kemenag dalam tafsir tahlili Qs Hud ayat 6 dijelaskan bahwa:
Binatang-binatang yang melata, yang hidup di bumi yang meliputi binatang yang merayap, merangkak, atau pun yang berjalan dengan kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh Allah.
Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya. Semuanya diatur Allah dengan hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian.
Jika tidak diatur demikian, mungkin pada suatu saat ada binatang yang berkembang-biak terlalu cepat, sehingga mengancam kelangsungan hidup binatang-binatang yang lain. Atau ada yang mati terlalu banyak, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan.
Jika ada sebagian binatang memangsa binatang lainnya, hal itu adalah dalam rangka keseimbangan alam, sehingga kehidupan yang harmonis selalu dapat dipertahankan.
Allah mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat persembunyiannya, bahkan ketika masih berada dalam perut induknya.
Pada kedua tempat itu, Allah senantiasa menjamin rezekinya.
Semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya di Lauḥ Maḥfūẓ, yang berisi semua perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah secara menyeluruh dan sempurna.
Pelajaran dari Qs Hud Ayat 6
Setidaknya ada beberapa pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik dari Surat Hud ayat 6 ini:
-
Jaminan Rezeki dari Allah: Siapa Saja yang Termasuk?
Ayat ini dimulai dengan kalimat universal: wa mā min dābbatin fī al-arḍ — “tidak ada satu pun makhluk melata di bumi.”
Ini mencakup seluruh makhluk hidup: manusia, hewan, serangga, hingga makhluk mikro yang nyaris tak terlihat. Selama mereka hidup di bumi dan bergerak, Allah telah menjamin rezekinya.
Kata “dābbah” dalam bahasa Arab merujuk pada segala sesuatu yang bergerak dan hidup di atas bumi, tidak terbatas pada hewan ternak saja.
Ini menunjukkan luasnya cakupan rahmat Allah, yang tidak pilih kasih. Bahkan seekor semut kecil di celah batu pun tidak luput dari perhatian dan jaminan-Nya.
-
Rezeki Dijamin, Tapi Bukan Berarti Pasif
Sebagian orang menyalahpahami ayat ini: “Kalau rezeki dijamin, kenapa harus bekerja keras?”
Jawabannya: rezeki dijamin, tapi disertai dengan usaha (ikhtiar). Allah memberi rezeki melalui jalan yang sesuai dengan sunnah-Nya, bukan secara ajaib tanpa sebab. Sebagaimana burung dijamin rezekinya, tapi ia tetap harus terbang pagi-pagi mencari makan (HR. Tirmidzi).
Dengan kata lain, Allah menjamin hasil, tapi memerintahkan usaha.
“Rezeki memang tertulis, tapi kitalah yang harus bergerak menjemputnya dengan cara yang halal dan sesuai dengan fitrah masing-masing makhluk.”
-
Tempat Tinggal dan Tempat Disimpan: Apa Maksudnya?
Allah juga menyatakan: “Dia mengetahui tempat tinggal dan tempat penyimpanannya.”
Para mufassir memberikan dua makna utama:
Tempat tinggal (mustaqarr): tempat makhluk hidup berada saat ini—baik di darat, laut, dalam tanah, atau tubuh induknya.
Tempat penyimpanan (mustawda‘): tempat makhluk berasal atau akan berakhir—misalnya janin dalam rahim atau jenazah dalam kubur.
Allah mengetahui semua ini secara rinci—posisi, waktu, siklus hidup, dan tujuan akhir dari setiap makhluk.
Artinya, kehidupan makhluk diatur dengan presisi ilahi, bukan acak atau sia-sia. Bahkan rezeki mereka pun diatur sesuai waktu, tempat, dan kebutuhan masing-masing.
-
Semuanya Sudah Tertulis di Lauḥ Maḥfūẓ
Ayat ini ditutup dengan pernyataan yang menggetarkan:
“Semuanya itu tertulis dalam Kitab yang nyata.”
Yang dimaksud adalah Lauh Maḥfūẓ: tempat Allah menuliskan segala takdir dan ketentuan. Ini bukan sekadar simbol ketuhanan, tapi penegasan bahwa seluruh sistem kehidupan berjalan sesuai rencana dan ilmu Allah yang sempurna.
Hal ini mengajarkan dua hal:
- Bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan.
- Bahwa rezeki setiap makhluk telah ditetapkan, dengan adil dan sesuai kebijaksanaan Allah.
Renungan dari QS Hūd:6
1. Jangan panik soal rezeki, tapi paniklah jika kita lalai menjemputnya dengan cara yang benar.
2. Allah tahu di mana kita berada, dalam kondisi apa pun—karena Dialah yang mengatur rezeki sesuai tempat dan keadaan kita.
3. Jangan iri pada rezeki orang lain—setiap makhluk punya jatahnya sendiri.
4. Jika Allah memperhatikan rezeki seekor serangga, apakah mungkin Dia melupakanmu?
5. Mengetahui bahwa semua sudah tertulis bukan membuat kita putus asa, tapi membuat kita tenang dan yakin bahwa tidak ada usaha yang sia-sia di sisi Allah.
Kaitkan dengan Ikhtiar dan Doa
Maka, meskipun rezeki sudah dijamin, ikhtiar dan doa tetap bagian penting dari kehidupan seorang mukmin. Kita memulai usaha dengan menggantungkan hati kepada Allah, dan salah satu caranya adalah melalui doa sebelum bekerja dan maknanya.
Rezeki Itu Pasti, Tinggal Kita Mau Jemput atau Tidak
QS Hūd:6 adalah ayat yang menguatkan hati siapa pun yang sedang cemas tentang masa depan dan rezeki. Allah sudah menjaminnya—bahkan sebelum kita lahir. Maka, jangan biarkan kegelisahan menghancurkan ketenangan kita.
Tugas kita:
- Menjemput rezeki dengan cara yang halal,
- Bersyukur dengan sepenuh hati,
- Dan yakin bahwa Allah tahu apa yang terbaik dan kapan yang terbaik.
“Rezeki kita tidak pernah terlambat. Kadang hanya tertunda, karena Allah sedang mendidik kita agar lebih siap menerimanya dengan syukur dan tanggung jawab.”