Qs al Mulk Ayat 3: Tafsiran Tujuh Langit

Surah Al Mulk ayat 3 menyatakan bahwa Allah menciptakan tujuh lapisan langit yang saling bertumpuk dengan kesesuaian yang sempurna tanpa ada kekurangan atau kelemahan. Penciptaan samawaat ini merupakan terusan dari sifat Qadir Allah dalam ayat pertama al Mulk.

Tafsir dan tadabbur atas Surah Almulk ayat 3 ini tentu berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya, yaitu al Mulk ayat 2 tentang penciptaan kematian dan kehidupan dengan tujuannya.

Nah, sampai ayat ke-3 ini juga menarik dibahas, di mana melalui kekuasaannya, Allah menciptakan 7 langit dengan ketentuan dan kesesuaian yang sempurna. Karena dalam al Mulk ayat 3 ini ada beberapa tafsir ulama yang juga berkaitan dengan kandungan ayat tersebut.

Surah al Mulk ayat 3 dan Artinya

Qs al Mulk ayat 3 Arab
Qs al Mulk ayat 3 Arab dan Artinya

Al Mulk Latin ayat ke-3 berbunyi: Alladzii kholaqo sab’a samawating thibaaqam maa tara fii kholqir rhmaani ming tafaawut. Farji’il bashoro hal taroo ming futhuur. Ayat ini merupakan ayat ke-3 dari Surah Al-Mulk. Dalam terjemahan Kemenag, diartikan sebagai (Dia juga) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Tafsiran Tujuh Langit

Kandungan ayat ke-3 dari Surah al Mulk menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah menciptakan semuanya dengan seimbang dan teratur. Bahkan, dalam penciptaan Tuhan, tidak ada yang terlihat tidak seimbang atau tidak teratur. Bahkan, ayat ini mengajak manusia untuk terus memperhatikan penciptaan Tuhan dengan seksama, karena tidak ada yang tidak seimbang dalam penciptaan Tuhan.

Adapun makna dari sab’a samawatin thibaqan dapat berbeda-beda menurut pandangan ulama. Secara harfiah, ayat tersebut diartikan dengan tujuh langit yang berlapis. Namun, salah satu penafsiran yang umum adalah bahwa “7 langit” merujuk pada lapisan-lapisan alam semesta yang dijelaskan dalam ilmu astronomi. Lapisan-lapisan ini termasuk planet-planet yang mengelilingi Matahari, satelit-satelit alami, asteroid, komet, dan lain-lain.

Namun, ada juga yang memaknai “tujuh langit” sebagai simbolis untuk menyatakan kebesaran Tuhan dalam menciptakan segala sesuatu. Dalam hal ini, angka tujuh melambangkan kesempurnaan dan kelengkapan. Oleh karena itu, “tujuh langit” juga dapat dimaknai sebagai semua lapisan atau dimensi kehidupan yang diciptakan oleh Tuhan, baik fisik maupun metafisik.

Sebagian Ulama menafsirkan kata “thibaaqan” yang terdapat dalam surah al Mulk ayat 3 dengan ‘kesesuaian dan keserasian’. Artinya ketujuh langit bergerak dan beredar secara sangat serasi sehingga tidak terjadi tabrakan antara satu.

Namun, memang benar bahwa makna apa pun yang dikemukakan oleh para pakar melalui teori atau penemuan astronomi tidak selalu dapat dijadikan pegangan kebenaran absolut dalam konteks tafsir ayat-ayat Al-Qur’an. Sebab, ada banyak penafsiran dan teori yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan penafsiran tersebut dapat berubah seiring dengan berkembangnya pengetahuan manusia.

Kesimpulan dari Quran Surah al Mulk ayat 3 adalah Allah lah sang pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna. Dia menciptakan langit dan bumi dengan ketentuan dan kesesuaian yang sempurna tanpa adanya ketidakkonsistenan atau kecacatan.

Ayat 3 dari Surah Tabarok ini juga dikenal dengan ayat Kauniyah karena kandungannya tentang kebesaran Allah terkait alam semseta. Kita sebagai manusia wajib selalu mensyukuri dengan mengagungkan-Nya serta menjaga semaksimal mungkin apa yang Dia ciptakan sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya yang luar biasa ini.