Amil-amil yang Masuk Kepada Mubtada’ dan Khabar

Dalam ilmu nahwu, salah satu bahasan penting adalah tentang mubtada’ dan khabar. Dalam konstruksi dasar mubtada’ dan khabar (jumlah ismiyyah), keduanya dibaca rafa’ (marfū). Namun, dalam perkembangan struktur kalimat dalam bahasa Arab, terdapat unsur-unsur tambahan yang disebut ‘awāmil (amil-amil) yang masuk dan mempengaruhi ‘irab dari mubtada’ dan khabar.

Bab ini membahas jenis-jenis faktor tersebut yang secara khusus dikenal sebagai ‘awāmil nawāsikh al-ibtidā’ (nasikh atau yang membatalkan/merusak struktur ‘irab asal mubtada’–khabar).

Awamil Perusak Mubtada’ dan Khabar

Bab tentang باب العوامل التي تدخل على المبتدأ والخبر al-‘awāmil allatī tadkhulu ‘ala al-mubtada’ wa al-khabar menguraikan jenis-jenis unsur gramatikal yang dapat mempengaruhi status ‘irab dalam kalimat nominal bahasa Arab.

Unsur-unsur ini, yang disebut nawāsikh, secara harfiah berarti “pembatal” atau “penghapus”, karena mereka masuk ke dalam jumlah ismiyah dan mengubah peran atau bentuk dari mubtada’ dan khabar. Para ulama nahwu membagi nawāsikh ini menjadi tiga kelompok utama, masing-masing dengan dampak gramatikal (‘irab) yang khas.

كان وأخواتها

Kelompok pertama terdiri dari ‘awamil yang merafa’-kan mubtada’ (tetap marfū‘) tetapi menjadikan khabar sebagai manshūb (dibaca nashab). Termasuk dalam kelompok ini adalah kāna dan saudara-saudaranya (kāna wa akhawātuhā), huruf-huruf yang menyerupai laysa, serta af‘āl al-muqārabah أفعال المقاربة (kata kerja pendekatan seperti kāda, ‘asā, dan lainnya).

إن وأخواتها

Kelompok kedua adalah lafadz-lafadz yang menjadikan mubtada’ sebagai manshūb dan khabar sebagai marfū‘. Amil yang paling dikenal adalah inna dan saudara-saudaranya, serta yang berfungsi menafikan jenis (lā li-nafy al-jins).

ظن وأخواتها

Adapun kelompok ketiga terdiri dari ‘amil yang menjadikan baik mubtada’ maupun khabar sebagai manshūb. Dalam hal ini, struktur kalimat berubah menjadi bentuk fi‘liyah karena yang masuk adalah fi‘il seperti ẓanna, ḥasiba, dan sejenisnya, yang membutuhkan dua objek (dua ma’ful bih).

Dengan memahami ketiga jenis nawāsikh ini, pembelajar nahwu dapat mengenali perubahan bentuk ‘irab dalam kalimat dan memahami maksud serta susunan logis kalimat secara lebih tepat.