Arti Murojaah dalam Bahasa Arab: Makna, Akar Kata, dan Penggunaanya

Murojaah adalah salah satu istilah yang sangat akrab di telinga santri dan penghafal Al-Qur’an. Dalam dunia pendidikan Islam, terutama di pesantren-pesantren nusantara, kata ini memiliki nilai spiritual dan intelektual yang tinggi. Tapi, tahukah kamu dari mana sebenarnya istilah ini berasal dan apa makna sesungguhnya dalam bahasa Arab?

Asal Usul dan Makna Murojaah

Secara bahasa, murojaah (مُرَاجَعَة) berasal dari akar kata ر ج ع (ra-ja-‘a), yang artinya “kembali”, “mengulang”, atau “meninjau kembali”. Bentuk fi’il (kata kerja) dasarnya adalah: رَاجَعَ raaja’a yang artinya: kembali kepada sesuatu, mengulang, memeriksa ulang, meninjau, atau berkonsultasi kembali. Beberapa penggunaan kata ini dalam bahasa Arab klasik meliputi:
    • راجع المدرّسُ الدرسَ: sang guru mengulang pelajaran.
    • راجع المصحِّحُ تجربةَ الطبع: editor memeriksa ulang hasil cetakan.
    • راجع الطالبُ معلوماتِه: pelajar meninjau kembali ilmunya.
Dengan demikian, murojaah sebagai mashdar (kata benda verbal) yang artinya proses mengulang kembali pelajaran, meninjau ulang informasi, atau memastikan kembali hafalan atau pemahaman.

Penggunaan Kata Muroja’ah

Dalam konteks dunia pesantren Indonesia, murojaah lebih sering digunakan untuk merujuk pada kegiatan mengulang hafalan, khususnya hafalan Al-Qur’an. Namun penggunaannya tidak terbatas pada itu saja. Istilah ini juga digunakan dalam:
    • Pengulangan materi kajian kitab kuning
    • Pembacaan ulang pelajaran nahwu dan sharaf
    • Diskusi ilmiah antara santri dengan gurunya (tafaqquh)
Contoh penggunaan murojaah di pesantren:Sebelum setor hafalan besok, malam ini kita murojaah dulu satu juz bareng di musholla. Atau: “Murojaah bareng itu penting supaya hafalan nggak luntur. Tradisi ini sudah menjadi bagian penting dari metode pendidikan Islam di Nusantara, mencerminkan kesinambungan antara hafalan dan pemahaman yang mendalam.

Dimensi Bahasa dan Filosofi Murojaah

Kalau kita selami lebih dalam, kata murojaah dalam bahasa Arab juga digunakan untuk:
    • Meninjau ulang keputusan (dalam hukum dan fikih)
    • Memeriksa kembali naskah (dalam dunia penerbitan)
    • Mengembalikan seseorang kepada suatu urusan (seperti dalam pernikahan: راجع زوجته)
Hal ini menunjukkan bahwa konsep “kembali” dalam murojaah bukan sekadar fisik, tapi juga intelektual dan spiritual. Dalam pesantren, filosofi ini menjadi kunci: mengulang bukan karena lupa, tapi karena ingin memastikan kedalaman dan ketepatan ilmu. Dalam bahasa Arab, ini serupa dengan راجع نفسه – ia meninjau kembali dirinya sendiri, sebuah bentuk introspeksi ilmiah dan batiniah.

Pentingnya Murojaah dalam Proses Belajar

Berikut beberapa alasan kenapa murojaah sangat penting:
  • Menjaga hafalan: Hafalan tanpa murojaah akan cepat hilang, sebagaimana dikatakan dalam pepatah Arab: الحفظُ في التكرارِ كالحديدِ في النارِ “Hafalan itu seperti besi di atas api – ia harus ditempa terus-menerus.”
  • Meningkatkan pemahaman: Mengulang pelajaran membuat kita menemukan makna yang lebih dalam.
  • Melatih disiplin: Murojaah adalah ibadah ilmiah yang membutuhkan komitmen.
  • Memperkuat sanad keilmuan: Dalam tradisi Islam, seorang santri tidak hanya menghafal, tapi juga memahami, memurojaah, lalu mentransmisikan kepada generasi berikutnya.

Ringkasnya murojaah artinya pengulangan. Bagi kalangan santri, murojaah bukan sekadar kegiatan teknis, tapi bagian dari gaya hidup ilmiah. Ia adalah pengingat bahwa ilmu itu harus dijaga, diulang, dan ditumbuhkan terus-menerus. Sama seperti shalat yang dilakukan berulang setiap hari, murojaah juga menjadi ibadah akal dan hati yang menjaga cahaya ilmu tetap menyala.