Mengenal Isim Jamid dan Isim Musytaq dalam Nahwu

Dalam ilmu nahwu, pembahasan tentang isim (kata benda) tidak hanya sebatas perannya dalam jumlah isimiyyah atau kedudukannya sebagai mubtada’ atau khabar. Isim juga diklasifikasikan dari segi asal-usul pembentukannya menjadi dua jenis besar, yaitu: isim Jamid (kata benda statis) dan isim musytaq (kata benda turunan).

Pengertian Isim Jamid

Isim Jāmid (الاسم الجامد) adalah isim (kata benda) yang tidak diambil dari fi‘il (kata kerja) ataupun dari masdar (kata dasar) mana pun. Artinya, bentuk katanya bersifat asli atau dasar, bukan hasil dari proses derivasi atau pencabangan kata (dalam istilah nahwu: tashrīf). Ia bukan merupakan bentuk turunan dari kata lain, melainkan berdiri sendiri sebagai satuan leksikal yang ditetapkan begitu saja dalam bahasa.

Dengan kata lain, isim jāmid adalah kata benda yang tidak diturunkan dari kata lain, melainkan langsung digunakan oleh penutur bahasa Arab untuk menyebut suatu benda atau suatu makna. Uniknya, isim jāmid — khususnya yang berupa masdar atau isim ma‘nā — justru bisa menjadi asal atau sumber bagi pembentukan kata-kata lain seperti isim fā‘il (pelaku), isim maf‘ūl (yang dikenai perbuatan), atau fi‘il (kata kerja) itu sendiri.

Pembagian Isim Jāmid

Isim jāmid terbagi menjadi dua jenis berdasarkan maknanya:

  1. Isim Dzāt (اسم ذات) — yaitu isim yang menunjukkan benda konkret atau sesuatu yang bisa ditangkap oleh pancaindra. Dalam bahasa Indonesia, ini setara dengan “kata benda nyata”.
    Contoh:

    • قلم (pena)

    • جبل (gunung)

    • قمر (bulan)
      Kata-kata ini tidak berasal dari kata kerja apa pun. Tidak ada fi‘il “qalama” yang artinya “menjadi pena”, misalnya.

  2. Isim Ma‘nā (اسم معنى) — yaitu isim yang menunjukkan makna abstrak, tidak bisa disentuh atau dilihat secara fisik, dan tidak terikat waktu.
    Dalam bahasa Indonesia, ini setara dengan “kata benda abstrak”. Umumnya berupa masdar yang kelak menjadi dasar bagi pembentukan kata turunan.
    Contoh:

    • العِلم (ilmu)

    • الصبر (kesabaran)

    • الاجتهاد (kesungguhan)
      Dari kata العِلم misalnya, bisa diturunkan kata seperti:

    • عالِم (orang berilmu)

    • معلوم (yang diketahui)

    • تعلّم (belajar)

Jadi Isim Jamid yang berupa:

Isim dzāt → tidak bisa dijadikan dasar musytaq (kecuali dalam bentuk yang sangat terbatas)

Isim ma‘nā → bisa melahirkan banyak bentuk turunan (musytaqât)

Pengertian Isim Musytaq

Isim Musytaq (الاسم المشتق) adalah kata benda turunan yang diambil dari fi‘il (kata kerja) atau dari masdar (kata dasar), dan mengandung makna fi‘il serta menunjukkan keterkaitan dengan pelaku, objek, sifat, atau unsur-unsur lain dari fi‘il tersebut. Dalam ilmu nahwu, ia disebut musytaq karena merupakan “cabang” (far‘) yang diambil dari “asal” (aṣl) berupa masdar atau fi‘il.

Dengan kata lain, isim musytaq adalah hasil dari proses tashrīf (pembentukan kata) terhadap fi‘il atau masdar, dan maknanya berkaitan erat dengan makna asal kata tersebut.

Ciri-Ciri Isim Musytaq

  1. Diambil dari fi‘il atau masdar.

  2. Menunjukkan makna fi‘il (yakni aktivitas atau keadaan).

  3. Mengandung unsur keterkaitan seperti siapa pelakunya, apa yang dikenai, bagaimana sifatnya, kapan atau di mana terjadi, dan sebagainya.

Jenis-Jenis Isim Musytaq

Dalam ilmu nahwu dan sharaf, isim musytaq dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan fungsi dan makna turunannya. Berikut ini penjelasan tiap jenis, lengkap dengan padanan dalam bahasa Indonesia dan contohnya:

1. Ism Fā‘il (اسم الفاعل)

Artinya: Kata benda pelaku
Fungsi: Menunjukkan orang (atau sesuatu) yang melakukan suatu perbuatan.
Contoh:

  • Dari fi‘il نصر (menolong) → ناصِر (penolong)

  • Dari كتب (menulis) → كاتِب (penulis)

  • Dari ذهب (pergi) → ذاهب (orang yang pergi)

Cara Pembentukan:

  • Untuk fi‘il tsulāthī mujarrad (tiga huruf): diambil dari bentuk fi‘il mudhāri‘ dan diberi pola فَاعِل.

  • Untuk fi‘il ghairu tsulāthī: ubah ke mudhāri‘, lalu ganti huruf mudhāri‘ menjadi mīm berharakat ḍammah, dan kasrah sebelum huruf terakhir.
    Misal:

    • أخرج → mudhāri‘: يُخرج → isim fā‘il: مُخرِج

    • استقبليستقبلمُستقبِل

2. Ism Maf‘ūl (اسم المفعول)

Artinya: Kata benda objek (yang dikenai perbuatan)
Fungsi: Menunjukkan objek atau sesuatu yang menerima perbuatan.
Contoh:

  • Dari نصر (menolong) → مَنصور (yang ditolong)

  • Dari ضرب (memukul) → مضروب (yang dipukul)

  • Dari أكل (memakan) → مأكول (yang dimakan)

Cara Pembentukan:

  • Dari fi‘il tsulāthī: pola مَفعُول

  • Dari fi‘il ghairu tsulāthī: seperti isim fā‘il, tetapi dengan fatḥah sebelum huruf terakhir.
    Misal:

    • أخرج → mudhāri‘: يُخرجمُخرَج

    • ابتلعمُبتلَع

3. Ṣifah Musyabbahah (الصفة المشبهة بالفعل)

Artinya: Kata sifat tetap
Fungsi: Menunjukkan sifat yang menetap dan terus-menerus pada suatu dzat.
Contoh:

  • جميل (indah), حسن (baik), قبيح (buruk), شجاع (berani)

Ciri:

  • Memiliki pola khusus seperti فعيل، فعيل، فَعِل، فَعول، فَعَل، فِعال

  • Tidak mengandung waktu, tidak menunjukkan perbuatan sesaat.

4. Ism Tafdīl (اسم التفضيل)

Artinya: Kata perbandingan (lebih dari…)
Fungsi: Menunjukkan perbandingan antara dua hal yang memiliki sifat yang sama, tapi dengan tingkat berbeda.
Contoh:

  • أكبر (lebih besar), أفضل (lebih baik), أسرع (lebih cepat)

Pola: أفعل

5. Ism Zamān dan Ism Makān (اسم الزمان والمكان)

Artinya: Kata benda waktu & tempat
Fungsi: Menunjukkan waktu atau tempat terjadinya suatu perbuatan.
Contoh:

  • مَكتَب (tempat menulis), مَوعِد (waktu janji), مَسجِد (tempat sujud)

Pola:

  • Dari fi‘il tsulāthī: مَفعَل / مَفعِل tergantung huruf tengah mudhāri‘

  • Dari fi‘il ghairu tsulāthī: sama seperti bentuk isim maf‘ūl

6. Ism Ālah (اسم الآلة)

Artinya: Kata benda alat
Fungsi: Menunjukkan alat atau sarana yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Contoh:

  • مِنشار (gergaji), مِبراة (peruncing pensil), مِفتاح (kunci)

Pola:
Umumnya memiliki bentuk:

  • مِفعَل (مِفتاح)

  • مِفعلة (مِبراة)

  • مِفعال (مِنشار)

  • Kadang juga فاعول، فعّالة dll.

Kesimpulan

Berikut kesimpulan dalam bentuk tabel antara Isim Jamid dan Isim Musytaq dari berbagai aspek.

Aspek Isim Jāmid (الاسم الجامد) Isim Musytaq (الاسم المشتق)
Pengertian Isim yang tidak diambil dari fi‘il atau masdar lain. Isim yang diambil dari fi‘il atau masdar, dan mengandung makna perbuatan.
Asal-usul Merupakan asal (أصل) atau bentuk dasar dari kata. Merupakan turunan (فرع) dari kata lain (biasanya masdar atau fi‘il).
Derivasi (tashrīf) Tidak dapat diturunkan dari kata lain. Hasil dari proses tashrīf terhadap kata kerja atau masdar.
Contoh نصر (pertolongan), حجر (batu), قمر (bulan), أسد (singa) ناصر (penolong), منصور (yang ditolong), جميل (indah), مُخرِج (yang mengeluarkan)
Makna Dapat berupa makna dzat (bendawi) atau makna ma‘nawi. Selalu berkaitan dengan makna fi‘il (aktivitas atau keadaan).
Jenis utama 1. Ism Dzāt (اسم ذات): benda konkret
2. Ism Ma‘nā (اسم معنى): makna abstrak
1. Ism Fā‘il
2. Ism Maf‘ūl
3. Ṣifah Musyabbahah
4. Ism Tafdīl
5. Ism Zamān
6. Ism Makān
7. Ism Ālah
Contoh Ism Dzāt قَلَم (pena), جَبَل (gunung), كَلب (anjing), نَجم (bintang) Tidak termasuk dalam musytaq
Contoh Ism Ma‘nā الصبر (kesabaran), الإيمان (iman), العلم (ilmu) Dapat menjadi sumber untuk isim musytaq
Kemungkinan menjadi sumber derivasi Ya, khususnya untuk isim ma‘nā (masdar). Contoh: نصر → ناصر Tidak, karena isim musytaq bukan sumber asal, melainkan hasil turunan.
Hubungan dengan fi‘il Tidak memiliki hubungan langsung dengan fi‘il tertentu Berhubungan erat dengan fi‘il, baik dalam bentuk maupun makna
Ketergantungan makna Berdiri sendiri secara makna Maknanya bergantung pada fi‘il yang menjadi sumbernya

Isim musytaq adalah kata benda turunan, diambil dari fi‘il atau masdar, dan mengandung makna perbuatan serta hubungan dengan pelaku, objek, atau unsur lain dari perbuatan tersebut.

Keduanya adalah bagian penting dalam sistem pembentukan kata dalam bahasa Arab yang sangat kaya, dan saling melengkapi dalam penggunaan kalimat.