Nadhom: Cara Asyik Namun Menakutkan?

Nadhom

Nadhom atau nadzom, tertulis arab النَّظْمُ merupakan salah satu istilah yang acapkali digunakan oleh umat Islam. Mereka mempergunakan istilah ini untuk banyak hal, khususnya nadhom digunakan untuk media dakwah.

Selain sebagai piranti dakwah, isitilah nadhom ini juga dekat dengan dunia pendidikan islam, terlebih dalam pendidikan di Madrasah, Ma’had Aly dan tentu pondok pesantren.

Hampir semua ponpes di Indonesia, bahkan di belahan dunia memakai metode nadzom ini untuk merujuk pada suatu cara pembelajaran. Sebuah cara belajar yang diyakini ampuh dalam menghasilkan tujuan-tujuan pendidikan.

Begitu masifnya istilah ini, sehingga patut untuk diketahui, apa itu nadhom, seperti apa contoh dan penggunaan nadhom yang efektif dan baik?

Pengertian Nadhom

Dari perspektif bahasa, nadhom ini terdiri dari huruf ن ظ م yang terangkai menjadi نَظْمُ. Kata ini berbentuk mashdar, dari pentashrifan fiil madhi nadzoma:

‌نَظَمَ يَنْظِمُ نَظْمًا ونِظامًا، فَهُوَ نَاظِمٌ

Dalam Kamus Tajul ‘Arus, makna nadzom adalah:

النَّظْمُ: التَّأْلِيفُ وَضَمُّ شَيْءٍ إِلَى شَيْءٍ آخَرَ، وكُلُّ شَيْء قَرنْتَه بِآخَرَ فقد نَظَمْتَه

Penyusunan dan penggabungan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Setiap sesuatu yang Anda kaitkan dengan lainnya, itu berarti anda ber-nadhom.

Arti nadhom, dalam kebanyakan kamus bahasa Arab, tidak jauh beda dengan apa yang ditawarkan Taj al Arus di atas. Beberapa di antaranya menambahi dengan keterangan ‘dalam susunan yang runtut’.

Nadhom Versi Pesantren

Dalam pesantren, arti nadhom tidak jauh berbeda dengan makna harfiahnya yang telah disebutkan di atas. Di lembaga pendidikan ini, nadhom dimaknai sebagai rangkaian kalimah yang memperhatikan rima atau qofiyah dengan gaya penyusunan mengikuti pola-pola syair Arab.

Mudahnya, definisi nadzom adalah bait-bait syair yang padat akan kandungan materi. Bisa jadi, dia berbahasa Arab bisa juga berbahasa Jawa (dan Sunda). Namun nadzom berbahasa Arab lah yang paling dominan dalam kurikulum pesantren.

Unsur serasi dan padat arti menjadi nilai utama dari sebuah nadhom. Nilai-nilai ini sering dijumpai dalam mukaddimah nadhom, manakala Kyai Nadhim,  begitu istilah pesantren menyebut pengarang atau penyusun kitab, memulai memperkenalkan nadhom karanganya kepada calon pembacanya.

Sebut saja dalam mukaddimah nadzom Alfiyah ibnu malik, Imam Malik mengungkapkan kelebihan dan keunggulan nadzomnya dengan bait:

تُقَرِّبُ الأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوجَزِ – وَتَبْسُطُ البَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ

Lafazh mujaz dan taqrib ini mewakili tema utama nadhom. Mujaz atau ijaz artinya singkat padat; penuturannya ringkas namun syarat akan kandungan. Sementara taqrib artinya mendekatkan, maksudnya keberadaan nadhom memudahkan maksud pembelajaran dalam fan ilmu tersebut. Istilah taqrib ini juga ada dalam nadhom al Imrithi:

نَظَمْتُهَانَظْمًا بَدِيْعًا مُقْتَدِى – بِاْلاَصْلِ فِى تَقْرِيْبِهِ لِلْمُبْتَدِى

Dan mungkin banyak lagi penggunaan istilah ini atau yang bersinonim dengannya di beberapa nadhom yang berbeda.

Kelebihan Kalam Nadhom dari Kalam Natsar

Jika kalam nadhom adalah ungkapan berbentuk syair yang biasa juga di sebaut bait, maka ia berkebalikan dengan kalam natsar. Kalam natsar adalah ungkapan berbentuk narasi. Contoh kalam natsar seperti tulisan yang Kamu baca ini.

kalam natsar

Masing-masing bentuk, baik nadhom dan prosa, memiliki keunggulan dan kelemahan. Salah satu keunggulan kalam nadhom sudah dijelaskan di atas; singkat padat dan tentu enak untuk didendangkan karena berupa syair berpola.

Pola yang dimaksud adalah pola-pola syair Arab sebagaimana yang diatur dalam Ilmu Arudh dan Qofiyah, salah satu pola yang populer adalah bahar rojaz. Dengan berpola, maka nadhom dapat didendangkan dengan berbagi jenis model selama masih dalam naungan bahar.

Seperti fenomena viral saat ini. Banyak nadhom dilantunkan bahkan didendangkan dengan mengcover lagu-lagu tertentu. Tapi jujur, aransemen lagu dangdut dan India lah yang populer digunakan. Mereka jika dipadukan layaknya soulmate.

Kekhasan nadhom yang enak didendangkan ini akan semakin asyik jika diiringi instrumen musik. Jangan Kamu berpikiran alat-alat musik modern, para pelajar, khususnya santri merasa enjoy dan happy dengan alat musik seadanya seperti ember, wajan, cibuk/gayung yang ditabuh.

Jika tidak ditemui instrumen musik, dengan tangan kosong pun mereka masih bisa menciptakan bunyi-bunyian sebagai pengiring nadhom, seperti dengan cara bertepuk tangan, sajadah yang dilipat kemudian ditabuh dlsb. Tapi sejauh ini belum ditemukan music beatbox sebagai pengiring nadhom. Bagaimana jadinya, ya?

nadzhoman

Kolaborasi cantik ini biasanya dilakukan secara massal. Kegiatan penadhoman ini juga diistilahkan sebagai takroran, tikroran, lalaran, nadzaman atau yang lainnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan harian sebelum pelajaran dan juga mingguan. Tujuan kegiatan itu adalah pengulangan materi nadhom agar lebih mengendap dalam hafalan.

Meskipun cara nadzaman dengan iringan music ini tidak sepenuhnya diterima atau mungkin dibatasi intrumen dan aransemennya, namun tidak dipungkiri bahwa cara ini mengasyikkan dan memorable.

Nadhom dalam Pendidikan di Pesantren

Siapa yang pernah nyantri pasti pernah ‘bermasalah’ dengan nadhom. Tidak jarang, ia jadi momok sebagian santri, terlebih di tingkat Tsanawiyah/Wustha atau Aliyah/Ulya. Mungkin Kamu salah satunya.

Biasanya di level itu, para santri diwajibkan menghafal ratusan, bahkan ribuan nadhom. Entah hafalan itu sebagai syarat kelululsan, penilaian atau sekedar ‘setoran’ harian. Intinya wajib hafal. Jika tidak, takziran sudah menantinya.

Bahkan di salah satu pondok pesantren terbesar di Indonesia; Ponpes Lirboyo, Kang dan Mbak Santri dalam pembelajaran sehari-hari, mereka menyetorkan hafalan nadhom berikut qauluhu-nya sebelum pelajaran dimulai. Semua itu menggunakan bahasa Arab.

Jadi, nadhom dalam dunia pesantren, khususnya santri, itu laksana makanan pokok. Dia (dapat) dipastikan ada. Tanpa nadhom seakan kepesantrenanya belum ‘kenyang’.

Namun tahukah, kamu? Bahwa ternyata nadhom ini juga menjadi

Masalah Nadhom

Permasalahan nadhom dalam penggambaran di atas sebenarnya bukan timbul dari nadhom itu sendiri. Melainkan dari kewajiban menghafalnya, yang tentu tidak setiap santri (selalu) siap dengan hal ini; konsistensi menghafal.

Ditambah lagi, adanya tuntutan (biasanya di akhir tahun pembelajaran) untuk mempertanggungkanjawabkan hasil hafalannya menjadikan nadhom sebagai mimpi buruk. Tujuan nadhom yang memudahkan menjadi kontraproduktif dengan kenyataan bahwa ia dianggap masalah bagi sebagian pelajar. (Bersambung ke) Cara Menguasai Nadhom dan Contoh Nadhom

  • Nadhom Alfiyah Ibnu Malik
  • Nadhom Aqidatul Awam
  • Nadhom Asmaul Husna
  • Nadhom Alala
  • Nadhom Imrithi
  • Nadhom Maqsud
  • Nadhom Tuhfatul athfal
  • Nadhom Hidayatus Shibyan
  • Nadhom Awamil