Pembahasan mengenai tanwin dalam konteks Nahwu dan Tajwid menjadi penting. Tanwin, dalam bentuk fathatain, dhommatain, atau kasratain, dikaji secara mendalam dalam kedua disiplin ilmu tersebut.
Dalam Nahwu, tanwin dianalisis dari aspek hakikatnya dan fungsinya. Sementara itu, Ilmu Tajwid memfokuskan pada cara membacanya ketika ia berada dalam keadaan tertentu.
Secara etimologis, tanwin merujuk pada pelafadzan akhir kalimah dengan nun sukun. Konsep ini lebih terkait dengan penerapan dalam Ilmu Tajwid karena melibatkan aspek bunyi bacaan.
Tanwin dalam Nahwu merupakan sebagian dari tanda tanda isim. Tidak hanya sebatas itu, ia dari fungsinya bisa bermacam-macam sesuai pembagian dengan penamaannya. Materi tanwin yang akan dibahas ini tentu dari sudut pandang Ilmu Nahwu.
Pengertian Tanwin
Apa itu tanwin? pengertian tanwin adalah huruf nun sukun/mati tambahan pada akhir kalimah isim yang tampak dalam pelafadzan, tidak terlihat wujudnya secara tulisan dan bukan untuk faidah taukid. Jadi tanwin artinya nun sukun tambahan yang hanya terdengar ketika dibaca saja.
Contoh tanwin pada lafazd: زَيْدٌ ini dalam tulisannya tidak terdapat nun sukun, tapi ketika dibaca/dilafadzkan nun itu tampak/terasa kehadirannya; zaidun seolah-olah tertulis زَيْدُنْ.
Yang dimaksud dengan ‘bukan untuk faidah taukid’ ini adalah tanwin yang terdapat dalam tulisan kalimah fi’il seperti قِفًا yang merupakan pengganti dari nun huruf taukid ketika waqaf. Fiil dengan tanwin ini asalnya adalah قِفَنْ. Jadi قِفًا bukan isim tapi tetap kalimah fiil amar dengan nun taukid.
Pembagian Tanwin
Tanwin terbagi menjadi empat, yaitu:
- Tamkin
- Tankir
- Iwadh
- Muqabalah
Namun ada pendapat lain, bahwa tanwin terbagi menjadi 3, sebagaimana disebutkan kecuali muqabalah.
Tanwin Tamkin
Pengertian tamkin ini adalah tanwin yang bertemu kalimah isim yang mu’rob dan munsharif selain tanwinnya jamak muannats salim. Sehingga nama lain dari tamkin ini adalah tanwin sharfi.
Mu’rob adalah isim yang dapat menerima pengiroban. Sementara yang dimaksud munsharif adalah isim yang dapat menerima tanwin.
Fungsi dari تَنْوِيْنُ التَّمْكِيْن ini adalah sebagai petunjuk bahwa kalimah tersebut bukan dari golongan mabni dan bukan kalimah fi’il. Tamkin ini bisa berada pada isim makrifat dan nakirah. Contoh tanwin tamkin seperti رَجُلٌ dan كتَابٌ.
Tanwin Tankir
تَنْوِيْنُ التَّنْكِيْر adalah tanwin yang bertemu dengan isim-isim yang mabni seperti isim fiil dan isim alam yang berakhiran waih (وَيْه). Fungsinya sebagai pembeda antara isim yang nakirah dengan yang makrifat yang semuanya berhukum mabni.
Tandanya jika ditanwin, maka isim mabni itu berhukum nakirah, contoh مررتُ بِسِيْبَوَيْهٍ Saya berjalan bertemu Sibawaih (semua orang dengan nama ini), dikasrah dengan tanwin(Sibawaihin). Jika tanpa tanwin (Sibawaihi) maka merujuk pada Imam Sibawaih, sehingga berlaku makrifat.
Contoh isim fi’il dengan tanwin tamkin ini seperti صَهْ artinya diamlah! Jika tanpa tanwin maka maksudnya perintah diam dari tema yang dibicarakan(makrifat). Sementara isim fiil dengan tanwin, misalnya صَهٍ (shahin) maksudnya perintah diam dari segala bentuk pembicaraan(nakirah)
Tanwin Iwadh
Iwadh artinya pengganti. Jadi arti تَنْوِيْنُ العِوَض adalah tanwin yang menjadi pengganti. Ia bisa menggantikan huruf, mufrod atau jumlah yang ketiganya dibuang kemudian digantikan tanwin untuk menunjukkan pembuangan tersebut.
Berikut pembagian tanwin beserta contoh dan artinya:
Iwadh min Harfi
Artinya pengganti huruf. Iwadh harfi ini adalah tanwin yang berada pada isim-isim manqush yang ghairu sharfi dalam keadaan marfu dan majrur. Contoh isim manqush adalah جَوَارِى artinya para gadis.
Isim manqush ini ketika marfu’ dan majrur huruf ya’ dibuang kemudian digantikan tanwin iwadh sebagai pengganti huruf ya’ yang dibuang menjadiهَؤُلآءِ جَوَارٍ yang mana aslinya جَوَارِيٌ.
Perlakuan pembuangan kemudian diganti ini hanya jika dibaca rafa’ dan jar. Manakala dibaca nashab, maka ya’ tersebut tidak dibuang dan dibaca nashab tanpa tanwin.
Iwadh min Mufrad
Atau disebut iwadh min ismi adalah tanwin yang bersama كُلّ, بَعْضُ, أيّ dimana tanwin dalam lafazd-lafadz tersebut menggantikan mudhaf ilaih yang dibuang. Seperti contoh tanwin dalam al Quran dan artinya:
وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَىٰ
Surah al Hadid ayat 57 artinya:… Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. وَكُلًّا asalnya adalah وَكُلَّ فَرِيقَيْنِ fariqaini dibuang dan diganti tanwin. Karena fariqainai mufrod(lawan jumlah) maka disebut iwadh min mufrad.
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ
Surah al Baqarah ayat 253 artinya: Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Lafazh بَعْضٍ asalanya بَعْضهمْ.
أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ
Surah al Isra’ ayat 110 artinya: Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna. أَيًّا asalnya أَيّ هَذَيْنِ.
Iwadh min Jumlah
Tanwin iwad jumlah ini adalah tanwin yang berada pada إذْ, keberadaannya menggantikan jumlah setelah idz yang dibuang. Contoh iwadh min jumlah dalam Surah Waqiah tepatnya ayat 83-84 :
فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ
Artinya: Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat. Lafadz حِينَئِذٍ asalnya حينَ إذْ بلغت الروحُ الحلقوم. Jumlah yang dibuang berupa jumlah fi’liyah kemudian digantikan tanwin.
Tanwin Muqabalah
تَنْوِيْنُ مُقَابَلة adalah tanwin pembanding yang terdapat dalam jama’ muannats salim, seperti مُؤْمِنَاتٌ. Penanwinan dalam jamak salim yang muannats tersebut sebagai pengimbang hurun nun (tambahan) yang terdapat pada jamak mudzakkar salaim. Contoh jamak mudzakkar salim seperti مُؤْمِنُوْنَ mu’minuuna artinya orang-orang mukmin.
Itulah materi tentang tanwin dalam perspektif ilmu Nahwu. Sedikit tambahan, bahwa kalimah yang menerima ال tidak dapat menerima tanwin. 2 hal ini tidak bisa terjadi dalam satu kalimah.