Idhafah adalah penyandaran dengan mengirakan huruf jar. Ia, jika ditinjau dari huruf jar yang diperkirakan keberadaannya (muqaddarah), terbagi menjadi empat jenis: Lamiyyah, Bayaniyyah, Ẓarfiyyah, dan Tasybīhiyyah (لاميّة، وبيانية، وظرفية، وتشبيهية).
Penamaan keempat jenis idhafah ini didasarkan pada huruf jar yang tersirat di antara kata yang disandarkan (al-muḍāf) dan kata yang menjadi sandaran (al-muḍāf ilayh). Huruf-huruf jar tersebut tidak tampak secara lafaz, tetapi hadir secara makna, dan itulah yang menjadi dasar klasifikasi masing-masing bentuk iḍāfah ini.
Seperti apa pengertian dari keempat jenis idhafah ini? Mari kita pelajari.
Iḍāfah Lāmiyyah (إضافة لامية)
Iḍāfah lāmiyyah adalah bentuk iḍāfah (penyandaran) yang secara makna mengandung huruf jar “lām” (لِـ) yang tidak disebutkan secara eksplisit (muqaddarah), tetapi dipahami dalam hubungan semantis antara dua kata. Jenis iḍāfah ini umumnya menunjukkan:
-
al-milk (الملك): kepemilikan
-
al-ikhtishāṣ (الاختصاص): kekhususan atau keterkaitan istimewa
Keduanya sama-sama menyatakan adanya hubungan erat antara kata pertama (al-muḍāf) dan kata kedua (al-muḍāf ilayh), yang sepadan dengan penggunaan “milik” atau “khusus untuk” dalam bahasa Indonesia.
Contoh-Contoh
-
الملك (kepemilikan):
هذا حصانُ عليٍّ
Ini adalah kuda milik Ali.
Di sini, kata حصان disandarkan kepada علي dalam bentuk iḍāfah, dan maknanya secara tersirat adalah حصانٌ لعليٍّ — “seekor kuda milik Ali”. -
الاختصاص (kekhususan/keterkaitan):
أخذتُ بلجامِ الفرسِ
Aku memegang kendali kuda itu.
Kalimat ini secara makna mengandung بلجامٍ للفرس — “kendali yang khusus bagi kuda itu”, meskipun tidak dimaksudkan sebagai ‘kepemilikan’, tetapi sebagai keterkaitan fungsional yang eksklusif.
Ciri-Ciri dan Cara Mengetahui Iḍāfah Lāmiyyah
Agar bisa mengenali iḍāfah lamiyyah secara logis, berikut adalah ciri-cirinya:
-
Maknanya dapat dikembalikan ke huruf لِـ (lām):
-
Jika kamu bisa menyisipkan lām di antara kedua unsur iḍāfah dan maknanya tetap benar atau lebih jelas, itu pertanda bahwa iḍāfah tersebut adalah lamiyyah.
Contoh: بابُ المسجدِ → بابٌ للمسجدِ (pintu milik/khusus masjid).
-
-
Mufīd li al-milk aw al-ikhtishāṣ (bermakna kepemilikan atau kekhususan):
-
Coba tanyakan: apakah kata pertama “milik” atau “khusus” untuk kata kedua?
Jika ya, maka termasuk iḍāfah lamiyyah.
-
-
Tidak menunjuk pada bagian dari keseluruhan (berbeda dengan iḍāfah bayaniyyah), karena lamiyyah bukan tentang jenis, bahan, atau bagian, tapi tentang keterkaitan atau hak.
-
Makna bisa dinyatakan dengan jelas tanpa menimbulkan kontradiksi jika dikembalikan ke konstruksi preposisional (الاسم المجرور بـ لِـ):
-
هذا مفتاحُ السيارةِ → هذا مفتاحٌ للسيارةِ
-
Catatan Penting
-
Kata benda konkret maupun abstrak bisa digunakan dalam iḍāfah lamiyyah:
حبُّ اللهِ (cinta kepada Allah) → حبٌّ للهِ
Ini bukan kepemilikan secara harfiah, melainkan menunjukkan arah hubungan atau kekhususan. -
Bisa digunakan dalam konteks metaforis atau perluasan makna:
كتابُ الطالبِ (buku milik/khusus untuk murid) bisa berarti buku pelajaran yang digunakan oleh murid, bukan semata-mata ia memilikinya secara fisik.
Iḍāfah Bayāniyyah (إضافة بيانية)
Iḍāfah bayāniyyah adalah jenis penyandaran dalam bahasa Arab yang secara makna mengandung huruf jar “min” (مِنْ) secara tersembunyi (muqaddarah). Iḍāfah ini dinamakan bayāniyyah karena al-muḍāf ilayh (kata kedua) menjelaskan atau menyatakan jenis atau unsur dari al-muḍāf (kata pertama).
Dengan kata lain, al-muḍāf ilayh adalah jins (جنس) atau materi penyusun dari al-muḍāf, sehingga keduanya memiliki hubungan “bagian-dari-keseluruhan”.
Contoh-Contoh
-
هذا بابُ خشبٍ
Ini adalah pintu dari kayu.
Di sini, خشب adalah jenis atau bahan dari باب (pintu). Makna yang tersirat:
هذا بابٌ من خشبٍ -
ذاك سِوارُ ذهبٍ
Itu adalah gelang dari emas.
ذاك سوارٌ من ذهبٍ -
هذه أثوابُ صوفٍ
Ini adalah baju dari wol.
هذه أثوابٌ من صوفٍ
Pada semua contoh di atas, hubungan antara dua kata bukan kepemilikan (seperti dalam iḍāfah lāmiyyah), melainkan penjelasan tentang jenis atau asal bahan dari sesuatu.
Ciri-Ciri dan Cara Mengenali Iḍāfah Bayāniyyah
Agar tidak tertukar dengan jenis iḍāfah lainnya, berikut ini adalah ciri logis iḍāfah bayāniyyah:
-
Makna dapat dikembalikan kepada “مِن” (min):
-
Jika kamu bisa menyisipkan kata “min” di antara dua kata iḍāfah tanpa mengubah makna dasarnya, dan hasilnya masih logis, maka itu pertanda iḍāfah bayāniyyah.
سِوارُ ذهبٍ → سوارٌ من ذهبٍ
-
-
Menyatakan bagian dari keseluruhan (جزء من كل):
-
Al-muḍāf adalah bagian yang berasal dari al-muḍāf ilayh (bukan benda yang memiliki atau memiliki hubungan fungsional, tapi unsur atau bahan pembentuknya).
-
-
Hubungan antara keduanya dapat diubah menjadi kalimat isytihād (penjelasan langsung) dan tetap benar secara gramatikal dan makna:
-
Misalnya:
هذا البابُ خشبٌ
هذا السوارُ ذهبٌ
هذه الأثوابُ صوفٌ
Kalimat-kalimat ini sah secara bahasa dan tetap menyampaikan makna yang benar.
-
-
Biasa digunakan pada nama-nama benda yang berasal dari bahan tertentu atau bagian dari kelompok:
-
كأسُ زُجاجٍ (gelas dari kaca)
-
صحنُ نحاسٍ (piring dari tembaga)
-
Iḍāfah Ẓarfiyyah (الإضافة الظرفية)
Iḍāfah ẓarfiyyah adalah jenis penyandaran dalam bahasa Arab yang secara makna mengandung huruf jar “fī” (في) secara tersembunyi (muqaddarah). Dinamakan ẓarfiyyah karena hubungan antara al-muḍāf dan al-muḍāf ilayh adalah hubungan tempat atau waktu (ẓarf), baik secara konkret maupun abstrak.
Dengan kata lain, al-muḍāf ilayh berfungsi sebagai wadah temporal atau spasial bagi al-muḍāf, seolah-olah berada di dalamnya.
Contoh-Contoh
-
سَهَرُ الليلِ مُضنٍ
Bergadang di malam hari itu melelahkan.
Makna yang tersirat:
السَّهَرُ في الليلِ مُضنٍ
Malam (اللَّيل) di sini adalah ẓarf zamān (keterangan waktu) bagi aktivitas begadang (السهر). -
قُعودُ الدارِ مُخمِلٌ
Duduk-duduk di rumah membuat malas.
القعودُ في الدارِ مُخمِلٌ
Rumah (الدَّار) berfungsi sebagai ẓarf makān (tempat) bagi aktivitas duduk (القعود). -
كان فلانٌ رفيقَ المدرسةِ، وإلفَ الصّبا، وصديقَ الأيامِ الغابرة
Si Fulan adalah teman sekolah, teman masa muda, dan sahabat hari-hari lampau.
Dalam semua frasa tersebut, al-muḍāf ilayh (sekolah, masa muda, hari-hari lampau) adalah wadah tempat atau waktu dari hubungan pertemanan yang dibangun. -
قوله تعالى: {يا صاحبَي السّجنِ}
Wahai dua sahabat penjara.
صاحبَي السّجنِ → صاحِبَي في السّجنِ
Maknanya: keduanya adalah sahabat di dalam penjara (ẓarf makān).
Ciri-Ciri dan Cara Mengenali Iḍāfah Ẓarfiyyah
Agar tidak tertukar dengan jenis iḍāfah lainnya, berikut ciri logis dan tanda-tandanya:
-
Dapat dikembalikan ke makna “في”:
-
Jika kamu bisa menyisipkan huruf jar fī (di) antara dua kata dan hasilnya masih logis secara makna, besar kemungkinan itu iḍāfah ẓarfiyyah.
قعودُ الدارِ = قعودٌ في الدارِ
-
-
Al-muḍāf ilayh berperan sebagai ẓarf (wadah):
-
Entah sebagai keterangan waktu (ẓarf zamān) atau tempat (ẓarf makān) bagi aktivitas atau keberadaan yang dinisbatkan padanya.
-
-
Kalimatnya masih bisa dipahami secara alami dengan pola: [aktivitas atau peran] + di + [tempat/waktu]:
-
رفيق المدرسة → teman di sekolah
-
صديق الأيام الغابرة → sahabat pada hari-hari yang telah lalu
-
Iḍāfah Tasybīhiyyah (الإضافة التشبيهيّة)
Iḍāfah tasybīhiyyah adalah jenis penyandaran yang secara makna mengandung huruf jar “ك” (كاف التشبيه) yang menunjukkan makna perumpamaan atau metafora.
Dalam struktur ini, yang disandarkan (al-muḍāf) adalah sesuatu yang sedang diserupakan (al-musybah), sedangkan yang disandari (al-muḍāf ilayh) adalah pembandingnya (al-musybah bih).
Dengan kata lain, iḍāfah tasybīhiyyah adalah cara bahasa Arab menyampaikan tasybīh (perumpamaan) secara indah dan halus tanpa menggunakan harfiyah “كـ” (seperti).
Contoh-Contoh
-
انتثرَ لُؤْلُؤُ الدَّمعِ على وَردِ الخُدودِ
Butir-butir air mata berjatuhan di atas mawar pipi.
→ اللؤلؤُ (mutiara) disandarkan kepada الدمع (air mata)
→ Maknanya: air mata itu seperti mutiara
→ Takdirnya: انتثرَ اللؤلؤُ كالدّمعِ -
ذَهَبُ الأَصيلِ على لُجَيْنِ الْمَاءِ
Emas senja berkilauan di atas perak air.
→ ذهب الأصيل adalah tasybīh bagi cahaya keemasan matahari senja
→ لُجين الماء (perak air) adalah tasybīh untuk permukaan air yang memantulkan kilau
→ Hubungan ini menyampaikan kesan visual metaforis yang sangat kuat.
Ciri-Ciri dan Cara Mengenali Iḍāfah Tasybīhiyyah
Berikut beberapa indikator logis untuk mengenali jenis ini:
-
Mengandung Makna Perumpamaan:
-
Jika dua unsur dalam iḍāfah memiliki relasi metaforis, di mana yang satu diserupakan dengan yang lain secara makna dan bukan secara hakikat, maka itu tasybīhiyyah.
لؤلؤ الدمع → air mata tidak benar-benar mutiara, tapi menyerupainya.
-
-
Dapat disisipkan huruf “كـ” (seperti):
-
Kalimat tetap bermakna jika kamu sisipkan huruf ك di tengah:
لؤلؤ الدمع → كأنّ الدمع لؤلؤٌ atau كالدّمعِ لؤلؤٌ
-
-
Tidak mengindikasikan kepemilikan, jenis, tempat, atau waktu:
-
Maka ia bukan lamiyyah, bayaniyyah, ataupun ẓarfiyyah, tapi semata-mata tasybīh (gaya bahasa perbandingan).
-
-
Sering muncul dalam konteks sastra dan puisi:
-
Karena jenis iḍāfah ini sangat sarat gaya bahasa dan imajinasi visual.
-
Kesimpulan
Aspek | Iḍāfah Lamiyyah | Iḍāfah Bayaniyyah | Iḍāfah Ẓarfiyyah | Iḍāfah Tasybīhiyyah |
---|---|---|---|---|
Huruf jar tersirat | لـ | من | في | كـ |
Makna utama | Kepemilikan / Kekhususan | Jenis / Unsur | Tempat / Waktu | Perumpamaan |
Contoh | حصانُ عليٍّ | بابُ خشبٍ | رفيقُ المدرسةِ | لؤلؤُ الدمعِ |
Ciri utama | Bisa disisipkan “لـ” | Bisa disisipkan “من” | Bisa disisipkan “في” | Bisa disisipkan “كـ” |
Gaya bahasa | Objektif | Objektif | Naratif | Metaforis / Estetik |