Rahasia Ayat Ihdinas Siratal Mustaqim

Ayat ihdinas siratal mustaqim adalah bagian keenam dalam surah al Fatihah. Ia berada di ujung dari permulaan sebuah surah, yaitu ayat 6. Meskipun ada perbedaan pandangan terkait status Bismillah sebagai bagian ayatnya,

Dalam Surah al Fatihah ayat ke-6, terdapat dua konsep yang penting yaitu hidayah dan taufik yang sering kita dengar, baik dalam ceramah maupun nasihat-nasihat islami. Nah seperti apa penjelasannya, nahwu.id mencoba mengungkap arti surah al Fatihah khususnya ayat 6; ihdinas siratal mustaqim.

Ihdinas Siratal Mustaqim Arab dan Artinya

Ihdinas Siratal Mustaqim Arab dan Artinya

Sebelum mengkaji lebih dalam, ada baiknya mengetahui tulisan ihdinas siratal mustaqim Arab berikut artinya. Dalam Quran, ihdinas siratal mustaqim Arab tertulis:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Sementara dalam kebanyakan terjemah, ihdinas siratal mustaqim artinya Tunjukkanlah / Bimbinglah kami ke jalan yang lurus. Ada dua poin penting yang kita kaji, yaitu kata ihdina dan siratal mustaqim.

Konsep Hidayah dalam Ihdinas Siratal Mustaqim

Hidayah artinya petunjuk atau bimbingan dalam bahasa Arab. Hidayah adalah salah satu konsep utama dalam agama Islam yang mengajarkan tentang cara Allah membimbing manusia dalam menjalani kehidupan.

Keutamaan Surah al Fatihah

Islam membagi hidayah menjadi empat macam, khusunya dalam konteks ayat ihdinas siratal mustaqim. Berikut keempat jenis hidayah.

Hidayah Naluri (Garizah)

Pertama-tama, mari kita bahas tentang hidayah naluri. Ini adalah semacam “insting” alami yang dimiliki manusia dan juga binatang. Anda bisa membayangkan naluri ini sebagai panduan bawaan dari Allah yang membantu makhluk hidup untuk bertahan hidup dan menjalani kehidupan.

Lahul Fatihah

Contohnya, saat seorang bayi lapar, dia merasa lapar dan menangis. Inilah naluri “ingin mempertahankan hidup” yang sudah ada sejak lahir. Naluri ini juga mencakup keinginan tahu, dorongan untuk bermain, dan banyak lagi. Penting untuk diingat bahwa meskipun naluri ini berasal dari Allah, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengarahkannya ke hal-hal yang baik.

Hidayah Pancaindra

Sekarang, mari kita pindah ke hidayah pancaindra. Ini adalah tentang bagaimana indra-indra seperti mata, telinga, hidung, dan perabaan membantu manusia memahami dunia sekitarnya.

Bayangkan jika kita tidak memiliki mata, kita tidak bisa melihat cahaya dan warna-warni indah di sekeliling kita.

Pancaindra ini seperti jendela yang membuka dunia untuk kita dan memungkinkan kita memahami realitas yang ada di sekitar kita. Indra-indra ini juga membantu akal kita tumbuh dan berkembang.

Hidayah Akal

Selanjutnya, mari kita jelajahi hidayah akal. Ini adalah tentang peran akal dalam membimbing manusia menuju pemahaman yang lebih dalam dan rasional.

Dengan akal, kita dapat menghubungkan sebab-akibat, memahami hubungan antara yang konkret dan abstrak, dan merenungkan aspek-aspek kehidupan yang lebih mendalam.

Akal ini adalah “cemerlang” yang membantu kita memahami dunia dengan cara yang lebih mendalam dan bijaksana. Melalui akal, sunatullah dapat dimengerti.

Hidayah Agama

Terakhir, mari kita berbicara tentang hidayah agama. Dalam konteks Islam, agama adalah sumber petunjuk dan bimbingan bagi manusia. Agama membawa aqidah (keyakinan), hukum, etika, dan pedoman hidup yang membantu kita dalam menjalani kehidupan dengan baik.

Ini adalah panduan yang membantu kita membuat keputusan yang bijaksana, berinteraksi dengan orang lain dengan etika yang baik, dan menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang dihormati.

Korelasi Hidayah dengan Taufik

Meskipun manusia telah diberi hidayah dalam bentuk naluri, pancaindra, akal, dan agama, ini belum cukup. Manusia masih membutuhkan bimbingan langsung dari Allah dalam bentuk taufik, inilah yang dimaksud dengan ihdinas siratal mustaqim.

Jadi, adalah tugas nabi untuk menunjukkan jalan yang benar (hakikat hidayah) dan hak Allah untuk memberikan taufik agar manusia berhasil menempuh jalan tersebut. Jalan yang lurus yang dimaksud ayat ihdinas siratal mustaqim adalah panduan aqidah, hukum, peraturan, akhlak, dan pelajaran agama yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.