Athaf Nasaq dan 10 Huruf-huruf Athaf

Salah satu bagian penting dalam Nahwu yang perlu dipahami adalah athaf nasaq, yaitu jenis athaf yang menggunakan perantara huruf.

Athaf ini banyak dijumpai dan berperan penting dalam membentuk struktur kalimat yang runtut dan bermakna dalam bahasa Arab.

Bagaimana athaf nasaq ini berbeda dari athaf bayan, serta apa saja jenis-jenis huruf athaf yang digunakan? Mari kita kaji apa itu athaf nasaq, serta jenis huruf athaf nasaq yang digunakan untuk menyusun kalimat dengan makna yang tepat. Temukan penjelasan dan contoh-contohnya di situs nahwu id.

Pengertian Athaf Nasaq

Secara sederhana, “Athaf Nasaq” adalah jenis “athaf” (hubungan atau penghubung) yang menggunakan huruf sebagai perantara antara dua kata atau frasa yang dihubungkan.

Kata “nasaq” (النسق) sendiri berasal dari bentuk isim mashdar, tetapi memiliki makna seperti isim maf’ul (kata yang menunjukkan objek atau hal yang dikenai tindakan), yaitu “mansuq” (مَنْسُوْق) yang artinya “yang disusun”. Dengan begitu, athaf nasaq secara harfiah berarti “hubungan yang disusun”.

Dalam istilah tata bahasa Arab (nahwu), athaf nasaq adalah ketika ada dua kata atau frasa yang salah satunya mengikuti yang lain (tabi’), dan dihubungkan oleh salah satu huruf athaf.

Jadi, kata atau frasa tersebut saling terkait dengan perantara huruf penghubung, berbeda dengan jenis athaf lainnya, seperti athaf bayan, yang tidak membutuhkan perantara huruf athaf.

Pengertian Huruf Athaf

Huruf athaf adalah kumpulan huruf tertentu yang digunakan untuk menghubungkan antara ma’thuf (kata atau frasa yang mengikuti) dan ma’thuf alaih (kata atau frasa yang diikuti). Huruf-huruf ini bukan sembarang huruf, tetapi sudah ditentukan dalam aturan bahasa Arab oleh para ahli bahasa.

Pentingnya Menguasai Huruf Athaf

Untuk benar-benar memahami athaf nasaq, kita perlu mengenali dan menguasai berbagai jenis huruf athaf, baik dari segi jumlah, makna, maupun fungsi-fungsinya. Ada sekitar 10 huruf athaf, termasuk “wawu”, “fa'”, “tsumma”, dan lain-lain, yang masing-masing memiliki makna dan aturan penggunaan yang berbeda-beda yang akan dijelaskan pada bagian bawah.

Pembanding dengan Gramatika Lainnya

Sebagai perbandingan, dalam bahasa Inggris, konsep athaf ini bisa dihubungkan dengan penggunaan “coordinating conjunctions” seperti “and”, “but”, “or”, dan sebagainya. Misalnya, kata “and” dalam kalimat “Ali and Khalid came” setara dengan huruf wawu (و) dalam athaf nasaq bahasa Arab. Fungsinya adalah menghubungkan dua subjek tanpa menunjukkan urutan kedatangan.

Selain itu, penggunaan kata penghubung “but” dalam kalimat “Ali came, but Khalid did not” bisa dibandingkan dengan bal dalam bahasa Arab, yang juga menunjukkan kontras atau perbedaan.

Dengan memahami konsep ini, kita bisa melihat bahwa meskipun istilahnya berbeda, prinsip dasar penghubungan antara dua elemen dalam sebuah kalimat dengan bantuan kata atau huruf penghubung adalah hal yang umum di berbagai bahasa.

Contoh Huruf Athaf dan Artinya

Menyebutkan contoh athaf nasaq berarti sama dengan memberikan Contoh huruf-huruf athaf. Athaf nasaq memiliki huruf athaf sebanyak 9 huruf secara kesepakatan pakar Nahwu. Ada 1 huruf yang diperselisihkan keathafannya, yaitu imma. Jadi jumlah huruf athaf sebanyak 10 dengan mengikutkan imma di dalamnya.

Ke-10 huruf athaf itu adalah: wawu, fa’, tsumma, hatta, au, am, bal, laa, lakin dan imma.

الواو والفاءُ وثُمَّ وحتى وأَو وأَم وبَلْ ولا ولكنْ وإمَّا

Berikut huruf athaf beserta contoh kalimatnya dalam bentuk tabel gambar:

huruf athaf beserta contoh kalimatnya

Selain itu, ada contoh huruf athaf dalam al Quran dalam keterangan dan penjelasan athaf nasaq di bawah. Berikut penjelasan, makna dan arti 10 huruf athaf.

1. Wawu

Huruf wawu digunakan untuk menghubungkan ma’thuf dan ma’thuf alaih tanpa menunjukkan urutan atau jeda waktu antara keduanya. Dalam hal ini, wawu hanya menunjukkan bahwa kedua hal tersebut memiliki hukum yang sama, baik dalam makna maupun struktur kalimat (i’rob). Artinya, kedua subjek mendapatkan perlakuan yang sama tanpa ada keterangan urutan waktu.

Contoh kalimat dengan wawu:

جاءَ عليٌّ وَخَالدٌ
“Ali dan Khalid sudah datang.”

Dalam contoh ini, wawu hanya menghubungkan Ali dan Khalid tanpa menunjukkan siapa yang datang lebih dulu atau apakah kedatangan mereka terjadi bersamaan. Keduanya dianggap sama-sama datang, tetapi tidak ada penekanan pada urutan atau waktu kedatangan.

2. Fa’

Huruf fa’ digunakan untuk menunjukkan bahwa dua peristiwa terjadi secara berurutan (tartib), dengan jeda waktu yang sangat singkat (ta’qib). Jadi, fa’ menandakan bahwa setelah satu hal terjadi, hal berikutnya terjadi segera setelahnya tanpa penundaan.

Contoh kalimat dengan fa’:

جاء عَليّ فَسَعِيْدٌ
“Ali datang, lalu (segera) Sa’id datang.”

Dalam contoh ini, fa’ menunjukkan bahwa setelah Ali datang, Sa’id datang tak lama setelahnya. Urutannya jelas, dan jeda waktunya sangat singkat antara kedatangan Ali dan Sa’id.

3. Tsumma

Huruf tsumma digunakan untuk menunjukkan bahwa dua peristiwa terjadi secara berurutan (tartib), namun dengan jeda waktu yang cukup lama (tarakhi). Jadi, tsumma menandakan bahwa setelah satu hal terjadi, hal berikutnya terjadi setelah selang waktu yang cukup panjang.

Contoh kalimat dengan tsumma:

جاءَ عليٌّ ثمَّ سعيدٌ
“Ali datang, kemudian Sa’id (datang).”

Dalam contoh ini, tsumma menunjukkan bahwa Ali datang terlebih dahulu, kemudian setelah beberapa waktu yang cukup lama, barulah Sa’id datang. Perbedaannya dengan fa’ adalah jeda waktu di antara kedua peristiwa ini lebih panjang.

Huruf wawu, fa’, dan tsumma adalah yang paling sering digunakan dalam Al-Qur’an, dengan wawu paling sering muncul, diikuti oleh fa’ dan tsumma.

4. Hatta

Huruf hatta sebagai kata sambung (athaf) digunakan dengan syarat-syarat tertentu, seperti:

  • Kata yang dihubungkan (ma’thuf) harus berupa kata benda (isim dhahir).
  • Kata tersebut merupakan bagian dari kata yang dihubungkan sebelumnya, baik secara nyata (hakiki) atau kiasan (majazi).
  • Kata yang dihubungkan bisa lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya daripada kata sebelumnya.
  • Kata yang dihubungkan adalah kata tunggal (mufrad), bukan kalimat.

Contoh kalimat dengan hatta:

غَلَبَكَ النَّاسُ حَتَّى الصِّبْيَانُ
“Manusia mengalahkanmu, bahkan (sampai) anak kecil pun mengalahkanmu.”

Dalam contoh ini, hatta menegaskan bahwa bahkan sesuatu yang dianggap lebih kecil atau lemah (anak-anak) ikut serta dalam mengalahkanmu, melengkapi atau memperkuat informasi sebelumnya.

Selain sebagai huruf sambung, hatta juga bisa berfungsi sebagai kata depan (huruf jar) atau untuk memulai kalimat baru (huruf ibtida’), tergantung konteksnya.

5. Au

Huruf au berfungsi sebagai kata sambung yang memiliki beberapa makna, tergantung pada konteks kalimatnya. Jika au muncul setelah kalimat perintah (kalam thalab), maka ia memiliki beberapa faedah, yaitu:

  • Takhyir: memberikan pilihan, artinya kita harus memilih salah satu.
  • Ibahah: memberikan pembolehan, artinya kedua pilihan bisa dilakukan.
  • Idhrab: membalik atau mengubah hukum yang berlaku pada kalimat sebelumnya.

Contoh kalimat dengan au:

  1. تَزوَّجْ هنداً أو أختها
    “Nikahi Hindun atau saudarinya.”
    (Takhyir: Pilih salah satu, tidak bisa keduanya.)

  2. جَالِسِ العُلماءَ أو الزُهّادَ
    “Duduklah/Berkumpullah dengan para Ulama atau ahli zuhud.”
    (Ibahah: Bisa berkumpul dengan salah satu atau keduanya.)

  3. إذهبْ إلى دِمَشقَ، أو دَع ذلكَ
    “Pergilah ke Damaskus, atau jangan lakukan itu.”
    (Idhrab: Mengubah keputusan, seperti memberi opsi sebaliknya.)

Perbedaan antara takhyir dan ibahah:

  • Takhyir berarti kita harus memilih salah satu dari dua hal, tidak bisa keduanya.
  • Ibahah berarti kedua pilihan dapat dilakukan bersama-sama.

Jika au muncul setelah kalimat berita (kalam khobariy), maka ia memiliki faedah lain, seperti:

  • Syak (ragu-ragu): menunjukkan ketidakpastian.
  • Ibham (menyamarkan): menunjukkan sesuatu yang samar.
  • Taqsim (pembagian): menunjukkan pembagian.
  • Tafshil ba’dal ijmal (perincian setelah kesimpulan).
  • Idhrab: membalik makna sebelumnya.

6. Am

Am huruf athaf, أَمْ terbagi menjadi dua; muttashilah dan munqathi’ah. Yang dimaksud dengan muttashilah adalah lafazh setelahya bersambung dengan sebelumnya, dan keduanya bersekutu dalam hukum. Am muttashil ini jatuh setelah hamzah istifham atau hamzah taswiyah. Contoh:

أَعليٌّ في الدار أم خالدٌ؟

Artinya Apakah yang di dalam rumah itu Ali atau Khalid?

Contoh am setelah alif taswiyah seperti dalam bacaan Surat Yasin ayat 10

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Artinya Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.

Am munqathiah artinya huruf am yang berfungsi memutus Kalam awal dan memulai kalam baru sehingga faidahnya idhrab sama dengan ‘bal’. contoh athaf am munqathiah dalam al Quran, surah ar Ra’du ayat 16:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ

Artinya: Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?”

Selain itu kadang am dijumpai dengan makana idhrab istifham ingkari, contoh:

أَمْ لَهُ الْبَنَاتُ وَلَكُمُ الْبَنُونَ

Surah at Thur ayat 39 artinya: Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki?

7. Bal

Bal berlaku sebagai huruf athaf, jika setelah bal(ma’thuf) berupa mufrad, bukan jumlah. Makna bal بَلْ dengan ma’thuf mufrod itu tergantung kalam sebelumnya,

  1. Idhrab(berpindah) apabila sebelumnya berupa kalam mutsbat (kalimat positif), baik berbentuk khabar atau amr. Contoh: قَامَ سَلِيْمٌ، بَلْ خَالِدٌ
  2. Istidrak(nusuli gunem-jawa), jika sebelumnya berupa nafi atau nahi. Contoh مَاقَامَ سَلِيْمٌ، بَلْ خَالِدٌ

Namun jika setelah bal berupa jumlah, maka bal bukan athaf tetapi sebagai huruf ibtida’ yang berfaidah idhrab ibthalyالإضراب الإبطالي  atau idhrab intiqali الإضراب الانتقالي. Contoh idhrab ibtholi dalam Alquran

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۚ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ

Surah al Anbiya’ ayat 26 artinya: Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan. أي بل هُم عبادٌ

Contoh huruf athaf bal dengan faidah idhrab intiqaly dalam al Quran

وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

Surah al A’la ayat 15-16 artinya: dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.

8. Laa

Huruf laa لاَ berlaku athaf jika ma’thufnya berupa mufrad, dan jatuh setelah kalam mutsbat. Faidah laa adalah menetapkan hukum lafazh sebelumnya dan menafikan lafazh setelahnya(ma’thuf).

Contoh لا adalah جاءَ سعيدٌ لا خالدٌ Said datang, bukan Khalid. Laa menetapkan kedatang pada Said dan menafikan kedatangan pada Khalid.

9. Lakin

Huruf lakin لَكِنْ berlaku sebagai athaf jika tidak bersama wawu, mathufnya mufrad dan didahului nafi atau nahi. Makna lakin adalah istidrak, contoh

ما مررتُ برجلٍ طالحٍ، لكنْ صالحٍ

Artinya Aku tidak berjalan bertemu orang jahat, tetapi orang shalih.

Jika lakin bersama wawu atau lafazh setelahnya berupa jumlah maka lakin difungsikan sebagai huruf ibtida’, bukan athaf, baik kalam sebelum lakin manfi atau mutsbat. Contoh dalam Al Quran

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

Surah al Ahzab ayat 40 artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.

10. Imma

Imma إِمَّا adalah huruf yang diperdebatkan keberadaanya sebagai huruf athaf. Menurut pendapat yang unggul, imma bukanlah harf athaf, akan tetapi yang meng-athaf-kan adalah wawu yang biasa bersamanya.

Dalam konteks ini, imma artinya memperinci. Umumnya mengartikannya dengan: ada yang. Faidah imma sama dengan huruf wawu athaf, yaitu takhyir, ibahah, taqsim, syak, ibham. Contoh imma dalam al Quran

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا

Surah al Insan ayat 3 artinya Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

Penutup

Penguasaan bab athaf nasaq berarti harus menghafal dan memahami berbagai macam huruf athaf, baik dalam jumlahnya, arti, maupun fungsi masing-masing huruf athaf tersebut. Dengan pemahaman ini, dapat dikembangkan kemampuan dalam mengaplikasikan penggunaan huruf athaf dalam bahasa Arab dan al Quran.

Dengan demikian, pemahaman yang mendalam mengenai athaf nasaq dan athaf bayan serta penggunaan huruf athaf dalam bahasa Arab akan memberikan landasan yang kokoh dalam mempelajari dan menguasai bahasa resmi umat Islam secara lebih baik dan benar.