Contoh Kana dan Penerapannya dalam Al Qur’an

Kāna, Kana atau Kaana (كَانَ) merupakan bagian dari ‘Awamil Nawasikh yang penting untuk dipahami. Amil-amil ini berfungsi tarfa’u al-ism wa tanshibu al-khabar, yaitu me-rafa’-kan Mubtada’ dengan menyerupakannya sebagai Fa’il, yang disebut Ism Kāna, dan menashab Khabar dengan menyerupakannya sebagai Maf’ul, yang disebut Khabar Kāna.

Praktik Penerapan Kana

Untuk memahami konsep ini, mari kita lihat contoh dalam Al-Qur’an:

Jumlah Ismiyyah (Mubtada-Khabar)

اللهُ غَفُورٌ

“Allāhu Ghafūrun” adalah jumlah ismiyah yang terdiri dari “Allāh” sebagai Mubtada’ dan “Ghafūrun” sebagai Khabar. Lafadz “Allāh” dibaca rafa’ karena posisinya sebagai Mubtada’, dan “Ghafūrun” juga dibaca rafa’ karena berposisi sebagai Khabar Mubtada’.

Setelah Masuknya Kāna

كَانَ اللهُ غَفُورًا

Ketika ‘Amil Kāna masuk, struktur kalimat berubah menjadi “Kāna Allāhu Ghafūran”. Lafadz “Allāh” tetap dibaca rafa’, namun kedudukannya berubah dari Mubtada’ menjadi Ism Kāna. Sementara itu, kata “Ghafūrun” berubah i’rab dan kedudukannya; yang awalnya dibaca rafa’ sebagai Khabar Mubtada’, kini dibaca nashab sebagai Khabar Kāna.

Jenis-jenis Pengamalan Kāna dan Saudara-saudaranya

Dalam konteks pembahasan bab Kāna, perlu diperhatikan bahwa Kāna secara bentuk kalimah adalah Fi’il. Oleh karena itu, seringkali disebut juga sebagai Fi’il yang beramal ketika merujuk pada fungsi pengamalannya dalam kalimat. Ini berarti, ketika kita menyebut Fi’il dalam konteks ini, yang dimaksud adalah Kāna dan saudara-saudaranya, yang bekerja mengubah status i’rab dari Mubtada’ dan Khabar.

Artikel Terkait:  Contoh Fiil Amr dalam Al Quran Surat Al Baqarah Bag. 1

1. Amil yang Beramal Tanpa Syarat

Fi’il yang dapat berfungsi/beramal tanpa syarat adalah: Kāna, Amsā, Ashbaha, Zhalla, Bāta, Shāra, dan Laysa. Contoh penggunaannya dalam Al-Qur’an:

  • {وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا} (QS. An-Nisā’ [4]: 96)
  • {فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا} (QS. Āli ‘Imrān [3]: 103)
  • {لَيْسُواْ سَوَاء} (QS. Āli ‘Imrān [3]: 113)
  • {ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا} (QS. An-Nahl [16]: 58)

2. Amil yang Beramal dengan Syarat
Fi’il yang bekerja dengan syarat didahului oleh Nafi (penafian), Nahy (larangan), atau Do’a adalah: Zāla, Fatī’a, Bariha, dan Infakka. Contoh penggunaannya:

  • {وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ} (QS. Hūd [11]: 118)
  • {لَن نَّبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ} (QS. Thāhā [20]: 91)

3. Amil yang Beramal dengan Syarat “Mā Mashdariyyah Zharfiyyah”:
Fi’il yang bekerja dengan syarat didahului oleh “Mā Mashdariyyah Zharfiyyah” adalah Dāma. Contohnya:

  • “Mā Dumta Hayyan” (Selama kamu hidup). “Mā” disebut “Mashdariyyah” karena dapat dianggap sebagai mashdar (sumber), dan disebut “Zharfiyyah” karena berfungsi menggantikan zharf (keterangan waktu).

Penempatan Khabar: Khabar dari fi’il-fi’il ini dapat berada di tengah antara fi’il dan ismnya, seperti dalam ayat:

  • {وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ} (QS. Ar-Rūm [30]: 47)
Artikel Terkait:  Contoh Kalimat Fi’il Beserta Artinya Surat al-A’la

Khabar juga dapat didahulukan atas fi’ilnya, kecuali dalam kasus Laysa dan Dāma. Contohnya: “Āliman Kāna Zayd.”

Bentuk Lain dari Fi’il-Fa’il Ini: Fi’il-fi’il ini juga berfungsi dalam bentuk mudhari’, amr, mashdar, dan ism fa’il, seperti dalam ayat:

  • {حَتَّى يَكُونُواْ مُؤْمِنِينَ} (QS. Yūnus [10]: 99)
  • “Qul Kūnū Hijāratan” (Katakanlah: Jadilah kalian batu).

Kāna Sebagai Fi’il Tāmm (Lengkap):
Fi’il-fi’il ini dapat digunakan sebagai fi’il tāmm (lengkap) yang tidak memerlukan khabar, seperti dalam ayat:

  • {وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ} (QS. Al-Baqarah [2]: 280) — “Dan jika (orang itu) dalam kesulitan (membayar).”
  • “Subḥānallāh ḥīna tumsūna wa ḥīna tuṣbiḥūn” (Mahasuci Allah ketika kalian memasuki waktu petang dan pagi).

Namun, Zāla, Fatī’a, dan Laysa selalu digunakan sebagai fi’il nāqish (tidak lengkap).

Khusus untuk Kāna:

  • Kāna memiliki keistimewaan bisa digunakan secara tambahan (zā’idah), asalkan berbentuk fi’il māḍī dan berada di tengah kalimat. Contohnya: “Mā Kāna Aḥsana Zaydā!”
  • Kāna juga bisa dihapus bersama dengan ismnya, sementara khabarnya tetap ada, terutama setelah “Law” dan “In” yang bersifat syarat, seperti dalam hadis: “Iltamis walaw Khātaman min Ḥadīd” (Carilah walaupun hanya cincin dari besi).
  • Nūn dari fi’il mudhari’ Kāna yang dalam keadaan majzūm (dijazmkan) juga dapat dihapus jika tidak bertemu dengan huruf yang berharakat atau dhamir nasab, seperti dalam ayat:
    • {وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا} (QS. Maryam [19]: 20)
    • {وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ} (QS. An-Naḥl [16]: 127)
    • {وَإِن تَكُ حَسَنَةً} (QS. An-Nisā’ [4]: 40).
Artikel Terkait:  Contoh Fiil Madhi dalam al Quran dan Artinya

Kaidah-kaidah Kana

  • Kāna masuk pada Mubtada’ dan Khabar, sehingga membuat yang pertama (Mubtada’) di-rafā’-kan dan disebut Ism-nya, dan yang kedua (Khabar) di-nashab-kan dan disebut Khabar-nya.
  • Fi’il-fi’il yang serupa dengan Kāna dalam pengamalannya adalah Ṣāra, Laysa, Aṣbaḥa, Amsā, Aḍḥā, Zhalla, dan Bāta. Fi’il-fi’il ini dikenal sebagai saudara-saudara Kāna (Akhwātu Kāna).
  • Setiap fi’il dari kelompok ini memiliki bentuk Mudhāri’ (kata kerja sedang/akan datang) dan Amr (kata kerja perintah) yang bekerja seperti bentuk Māḍī (kata kerja lampau), kecuali “Laysa”, yang tidak memiliki bentuk Mudhāri’ atau Amr.

(bersambung)