Munada istighosah terdiri dari dua kalimat; munada dan istighosah. Munada adalah pihak yang dipanggil, sementara istighosah menurut bahasa adalah permintaan atau pertolongan. Istilah ini kerap kali diartikan sebagai sebuah ritual ibadah yang berisikan gabungan dzikir dan doa tertentu.
Dalam aktivas, istighosah dapat dilakukan sendiri ataupun berjamaah. Bentuk kegiatan yang terakhir ini paling lazim kita jumpai, bahkan tidak sedikit mereka berafiliasi dan membuat semacam perkumpulan istighosah dengan istilah lain jamaah istighosah.
” Baca juga asal penjelasan allahumma ya allah ya robbi artinya”
Namun bukan hal itu yang kita bahas, tetapi juga tidak lepas dari makna umum istighosah. Pemabahasan ini terkait bentuk lafadz istighosah dalam Bahasa Arab.
Dalam kacamata tata bahasa, istighosah ini menjadi sub kajian dari bab nida’. Maksud nida’ adalah panggilan atau seruan kepada munada(yang dipanggil).
Menjadi bagian nida’ karena hakikat dari permintaan itu ada unsur memanggil atau menyeru. Hal yang sama juga berlaku untuk munada ta’ajub.
Pengertian Munada Istighosah
Pada awal tulisan telah disebutkan arti istighosah dan munada. Istilah selanjutnya adalah mustaghos(مُسْتَغَاث). Mustaghos merupakan bentuk isim maful dari istighosah(الاستغاثةُ). jadi makna mustaghos adalah yang diharapkan pertolongan atau dimintai bantuan.
Dalam istilah nahwu kajian antara munada mustaghos dan munada istighosah itu sama saja, hanya beda pengistilahan saja.
Jadi maksud dari munada mustaghos/munada istighosah adalah kalimat isim yang terletak setelah huruf nida’ yang memiliki tujuan permohonan bantuan/pertolongan. Unsur/tujuan ini yang membedakan penamaan antar munada dalam bab nida’.
Dengan inti yang sama, tapi menggunakan redaksi yang berbeda, munada mustaghos diartikan sebagai seruan/panggilan kepada orang/pihak yang dapat menolong dari bahaya atau kesulitan. Seperti contoh: يَا لَلْأَقْوِيَاءِ لِلضُّعَفَاءِ artinya wahai orang-orang kuat, tolonglah para dhuafa.
Dalam contoh ini jika dipisah per kalimat sebagai berikut:
- يَا huruf nida
- لَ huruf jar lam, wajib dibaca fathah
- اَلْ huruf ta’rif
- أَقْوِيَاءُ kalimat isim, jamak taksir sebagai munada (mustaghos)
- لِ lam huruf jar, tapi dibaca kasrah
- اَلْ harfu ta’rif
- ضُعَفَاءُ jamak, sebagai mustaghos lah
Pihak yang dimintai pertolongan disebut mustaghos(مُسْتَغَاثاً) atau mustaghosh bih(المستغاث به). Mustaghos adalah أَقْوِيَاء pada contoh di atas.
Jadi mustaghos, mustaghos bih dan munada itu hakikatnya sama(jatuh setelah huruf nida’) hanya beda penamaan. Istilah itu menjadi berubah, manakala konteksnya berbeda. Ini juga berlaku pada munada mandub dan ta’ajub.
Sementara pihak yang yang dimintakan pertolongan dinamakan mustaghos lah(مُستغاثاً لهُ) ada juga yang menamai mustaghos liajlih(الْمُسْتَغَاثُ لأَجْلِهِ). Mustaghas lah adalah lafadz ضُعَفَاءُ (dhuafaa’) jika mengikuti contoh di atas. Jadi secara prinsi, tujuan utama dari istighosah adalah meminta pertolongan atau bantuan.
Kaidah-Kaidah Munada Istighosah
Aturan penerapan Untuk menggunakan tarkib munada istighosah ini sbb:
- Wajib menggunakan huruf nida’ ya(يَا) tidak diperkenankan memakai huruf-huruf nida’ selainnya.
- Huruf jar lam pada mustaghos harus dibaca fathah, kecuali menjadi ma’thuf tanpa pengulangan يَا maka dibaca kasrah
- Mustaghos harus berupa isim makrifat (Isim Alam, makrifat dengan al, idhofah dlsb)
- Tidak diperkenankan membuang huruf nida’ dan mustaghos. Tapi mustaghos lah boleh dibuang.
- Mustaghos lah (jika disebutkan dalam kalam) diberi lam jer berharakat kasrah (li) atau huruf jer مِنْ (min).
Kaidah yang terdapat pada munada istighosah ini juga berlaku untuk munada ta’ajub. Untuk penjelasan dan contohnya akan kita bahas di artikel lain. Demikian, semoga ada manfaat.