Hikmah & Isi Kandungan Surat ar Rahman Ayat 33

Isi kandungan Surat Ar Rahman ayat 33 menjelaskan tentang kekuasaan Allah dan pentingnya bersyukur kepada Allah. Dari kandungan tersebut, kita bisa memetik hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dalam hidup.

Surah Ar-Rahman dikenal sebagai surah yang mengulang-ulang pengingat untuk manusia. Salah satu ayat yang sarat makna adalah ayat ke-33, di mana Allah berbicara langsung kepada manusia dan jin, menyadarkan kita akan keterbatasan, tanggung jawab, dan kebesaran kekuasaan-Nya.

Mari kita selami lebih dalam tentang kandungan dan hikmah dari Ar Rahman ayat 33 selengkapnya.

Isi Kandungan Surat Ar Rahman Ayat 33

Dalam Surat Ar Rahman ayat 33 ini, Allah berfirman:

“Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak akan sanggup menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”

Ayat ini memiliki pesan penting yang mencakup beberapa poin diantaranya:

1. Keterbatasan Manusia dan Jin: Tidak Bisa Menghindari Pertanggungjawaban

Pesan pertama yang disampaikan ayat ini adalah pengingat bahwa manusia dan jin, meskipun diberikan kebebasan berkehendak, tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawab atas amal perbuatan mereka. Pada hari kiamat, setiap makhluk akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia. Hal ini menegaskan prinsip keadilan Allah yang mencatat setiap amal, baik besar maupun kecil.

2. Kekuatan Hanya Milik Allah

Ayat ini mengajarkan bahwa segala kekuatan dan kemampuan berasal dari Allah semata. Manusia, meski dengan segala inovasi dan teknologi canggih, tetap terikat pada izin Allah. Bahkan jin, yang dikenal memiliki kemampuan luar biasa, tidak bisa melakukan apapun tanpa otoritas dari-Nya. Ini menanamkan kesadaran akan kelemahan makhluk di hadapan Sang Khalik.

3. Pengingat Akan Ketidakberdayaan Makhluk Tanpa Kehendak Allah

Kalimat, “Kamu tidak akan sanggup menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)”, menjadi penegasan bahwa manusia dan jin tidak memiliki kemampuan independen. Kemampuan mereka hanya sejauh yang diizinkan oleh Allah. Hal ini menggambarkan ketidakmampuan makhluk untuk melampaui batas alam kecuali dengan izin dari-Nya.

Makna “Menembus Langit dan Bumi”

Ada interpretasi menarik mengenai kata “an tanfudzu” dalam ayat ini. Sebagian ulama memahami bahwa ini bisa saja merujuk pada kemampuan manusia menjelajahi angkasa luar atau melintasi penjuru bumi dengan teknologi. Namun, dalam tafsiran yang lebih mendalam, ayat ini sebenarnya menitikberatkan tema kekuasaan Allah. Ayat ini mengajarkan bahwa seberapa pun jauh manusia dan jin mencoba menjangkau, mereka tetap berada di bawah kendali-Nya.

Sebagai ilustrasi, kalimat perintah dalam kata “fanfudzu” dapat dimaknai serupa dengan perintah kepada seseorang yang tidak memiliki kemampuan. Misalnya, “Belilah rumah mewah itu!” bagi seseorang yang miskin. Artinya, meski perintah itu diberikan, ia hanya untuk menunjukkan ketidakmampuan, bukan menyuruh untuk benar-benar melakukannya.

Peringatan Bagi yang Mengingkari Nikmat

Ayat ini juga memberikan pengingat penting terhadap orang-orang yang mengingkari nikmat Allah. Dalam surah Ar-Rahman, Allah menguraikan berbagai nikmat yang dianugerahkan kepada manusia dan jin—dari penciptaan langit dan bumi hingga pemberian rezeki. Ayat 33 menjadi salah satu bentuk peringatan bahwa setiap nikmat yang kita miliki harus disyukuri, bukan dilupakan.

Bagi yang enggan bersyukur, Allah mengingatkan bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi besar. Ketidakmampuan untuk “menembus langit dan bumi” hanyalah satu dari sekian banyak tanda bahwa makhluk tidak berdaya tanpa kehendak Allah.

Hikmah Surat Ar Rahman Ayat 33

Surat Ar-Rahman ayat 33 mengandung pesan yang penuh hikmah, menuntun kita untuk memahami keterbatasan sebagai makhluk Allah, pentingnya bersyukur, dan tanggung jawab terhadap nikmat-Nya. Ayat ini mengajarkan kita untuk lebih sadar akan hubungan kita dengan Allah, nikmat yang diberikan-Nya, dan bagaimana mengelola kehidupan dengan kebijaksanaan.

Berikut adalah hikmah-hikmah yang dapat kita ambil dari ayat ini:

1. Kesadaran Akan Pertanggungjawaban

Ayat ini mengingatkan bahwa semua makhluk yang mukallaf—manusia dan jin yang dibebani tanggung jawab syariat—akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan mereka. Tidak ada satu amal pun yang luput dari pengawasan Allah.

Dalam Al-Quran disebutkan:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al-Ankabut: 57)

Semua yang ada di dunia ini akan musnah, seperti firman Allah: “Kullu man alaiha faan” (Segala sesuatu yang ada di bumi akan binasa). Kita harus mempersiapkan diri untuk mempertanggungjawabkan setiap amal perbuatan di akhirat nanti. Ini adalah pengingat untuk selalu bertindak hati-hati dan mengisi kehidupan dengan hal-hal yang bermanfaat.

2. Kebergantungan Sepenuhnya kepada Allah

Ayat ini juga menekankan bahwa manusia dan jin tidak memiliki kemampuan independen. Setiap kekuatan yang mereka miliki hanyalah titipan dari Allah. Dalam hal ini, kebergantungan kepada Allah menjadi prinsip utama yang harus dipahami.

Coba renungkan: meski manusia telah membuat pencapaian besar, seperti menjelajahi luar angkasa atau menciptakan teknologi canggih, semuanya tidak mungkin terjadi tanpa kehendak dan izin dari Allah. Bahkan, di saat paling kuat sekalipun, manusia tetap rapuh tanpa pertolongan-Nya.

Kesadaran akan kebergantungan ini akan menguatkan tawakal dan mengingatkan kita untuk tidak sombong terhadap kekuatan yang dimiliki.

3. Mensyukuri Kebaikan dan Nikmat Allah

Surah Ar-Rahman secara keseluruhan berfokus pada nikmat-nikmat Allah yang melimpah kepada manusia dan jin. Ayat ini, khususnya, menggarisbawahi pentingnya mensyukuri nikmat Allah yang berupa kekuatan, kecerdasan, dan segala potensi yang kita miliki.

Jika kita memahami bahwa segala sesuatu datang dari Allah, maka kita akan lebih mudah untuk bersyukur, bahkan dalam kondisi yang sulit sekalipun. Sebaliknya, lupa bersyukur akan membawa kita pada sikap sombong yang menjauhkan kita dari rahmat-Nya.

4. Konsekuensi dari Kufur Nikmat

Ayat ini juga menjadi peringatan keras bagi mereka yang mendustakan nikmat Allah. Mendustakan nikmat bisa berarti tidak menyadari bahwa semua yang kita miliki berasal dari Allah atau menggunakan nikmat itu untuk hal-hal yang tidak diridhai-Nya.

Dalam Surah Ar-Rahman, Allah terus mengulang“Fabiayyi ala’i rabbikuma tukadziban” artinya Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?

Pengulangan ini adalah bentuk pengingat agar manusia tidak lalai dalam mensyukuri nikmat, karena kufur nikmat hanya akan membawa kepada kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat.

5. Menghindari Kesombongan dan Menumbuhkan Kerendahan Hati

Surah Ar-Rahman ayat 33 mengajarkan bahwa makhluk tidak memiliki kemampuan untuk melampaui batas kecuali dengan izin Allah. Pesan ini sekaligus menjadi pengingat untuk menghindari sikap sombong. Segala kemampuan kita—baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, maupun kekayaan—tidak ada artinya tanpa kehendak Allah.

Kerendahan hati adalah akhlak mulia yang membuat kita selalu sadar bahwa semua pencapaian adalah bagian dari karunia Allah. Ini mendorong kita untuk lebih berterima kasih kepada-Nya dan menggunakannya untuk kebaikan.

Refleksi Surat Ar Rahman ayat 33

Hikmah dari ayat ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari:

  • Selalu mengingat tanggung jawab atas setiap tindakan. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, pastikan ia membawa kebaikan dan menghindarkan dari dosa.
  • Meningkatkan tawakal kepada Allah. Ketika menghadapi kesulitan atau menikmati kesuksesan, jangan lupa bahwa semuanya berasal dari-Nya.
  • Mensyukuri nikmat kecil maupun besar. Nikmat sehat, waktu luang, dan rezeki adalah anugerah yang harus dihargai.
  • Menjauhi sikap sombong. Ingat bahwa manusia tidak bisa melampaui batas kemampuan tanpa izin dari Sang Pencipta.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa isi kandungan surat ar Rahman ayat 33 adalah untuk menguatkan pemahaman akan nikmat-nikmat Allah yang berlimpah dan untuk mengingatkan konsekuensi bagi mereka yang kufur nikmat. Ayat 33 ini mengingatkan kita tentang sulthan; kekuatan dan keagungan Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu di alam semesta.

Sementara hikmah dari Surat ar-Rahman ayat 33 adalah mengingatkan kita tentang pertanggungjawaban kita kepada Allah, ketergantungan pada-Nya, dan pentingnya bersyukur atas nikmat-Nya. Ayat ini juga mengingatkan agar kita tidak kufur nikmat.