Materi 2 Nun Taukid: Khafifah dan Tsaqilah

Untuk menetapkan sebuah pernyataan dibutuhkan penekanan. Penekanan ini disebut juga dengan taukid. Penambahan nun taukid adalah salah satu caranya. Selain itu bisa menggunakan huruf taukid, pengulangan kalimah dlsb.

Nun taukid merupakan salah satu ciri-ciri fi’il, khususnya fi’il mudhari’ dan fi’il amr. Karena alasan ini juga, fiil mudhari’ yang berhukum mu’rob kembali menjadi mabni manakala ia bersambung dengan nun ini.

Lalu, apa arti nun taukid? Seperti apa contoh, pembagian dan hukumnya? Materi nun taukid ini akan membantu menemukan jawabannya.

Pengertian Nun Taukid

Nun taukid نُوْن التَّوْكِيْدِ adalah huruf nun yang ditambahkan pada akhir fi’il mudhari, amr atau nahi dengan tujuan menguatkan hukum. Penguatan hukum maksudnya menetapkan hukum sekaligus menghilangkan segala bentuk potensi munculnya keraguan. Contoh:

وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ

Surat Anbiya ayat 57 artinya Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan muslihat terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Nun taukid terdapat pada fi’il mudhari dan contohnya adalah لَأَكِيدَنَّ, artinya sungguh Aku akan tipu daya…

Pembagian Nun Taukid

Nun taukid ini terbagi menjadi dua:

  1. Khafifah(خفيفةٌ)
  2. Tsaqilah(ثقيلةٌ)

Penamaan kedua nun ini نُوْنَا التَّوْكِيْدِ dengan taukid khafifah dan tsaqilah karena Khafifah artinya ringan, dengan bentuknya disukun. Contoh nun taukid khafifah يَضْرِبَنْ

Sementara tsaqilah bermakna berat, dengan bentuknya yang ditasydid dan dibaca fathah.

Contoh nun taukid tsaqilah يَضْرِبَنَّ artinya dia benar-benar memukul.

Faidah taukid yang terdapat dalam kedua nun ini berbeda levelnya. Nun taukid tsaqilah lebih ‘taukid’ dari khafifah. Artinya daya penguat hukum yang terdapat dalam tsaqilah lebih kuat dari khififah.

Penulisan Nun Taukid

Seperti yang diterangkan dalam definisi nun taukid, bahwa jenis tsaqilah tertulis dengan nun bertasydid dan dibaca fathah نَّ yang berada di ujung akhir fiil. Seperti لَيُسْجَنَنَّ.

Sementara penulisan nun taukid khafifah lebih bervariasi. Selain dalam bentuk tulisan asalnya nun disukun نْ, diperbolehkan juga ditulis dengan alif bertanwin, sebagaimana ayat وَلَيَكُونًا.

Dan apabila nun khafifah ini diwaqf-kan boleh juga ditulis dengan alif وَلَيَكُونَا. Penulisan alif sebagai ganti nun taukid khafifah ini banyak dijumpai di nazham atau bait yang biasa dikaji di pesantren.

Penulisan 2 nun taukid ini; khafifah dan tsaqilah terangkum dalam firman Allah:

وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ

Surat Yusuf ayat 32 artinya: … Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina”.

I’rob Nun Taukid

Maksud i’rob di sini bukan pada nun taukidnya, tapi kepada fiil yang bertemu dengannya.

Nun taukid bisa mengembalikan fi’il mudhari ke hukum asal kalimah fiil yaitu mabni. Fiil mudhari’ yang bertemu nun taukid secara langsung/mubasyarah dihukumi mabni fathah.

Hukum ini juga berlaku untuk fiil hasil turunan dari mudhori’ yaitu fiil amar dan fiil nahi.

  • Contoh fiil mudhari dengan nun taukid يَنْصُرَنَّ
  • Contoh fi’il amr dengan nun taukid  اُنْصُرَنْ
  • Contoh fiil nahi dengan nun taukid  لاَ تَنْصُرَنْ

Perhatikah harakat huruf ra. Dia mabni fathah karena akhir fiil tersebut bertemu langsung dengan nun taukid.

Hukum Fi’il dengan Nun Taukid

Nun berfaidah taukid ini hanya untuk kalimah fiil yang mudhari dan turunannya( amar dan nahi). Sementara untuk fiil madhi, tidak bisa bersamaan dengan nun taukid. Untuk makna taukid tapi menggunakan semisal qad قدْ.

Jika didapati nun tauikid pada fiil madhi lafdzan tapi mustaqbal ma’nan, sebagian ulama memperbolehkannya. Seperti contoh fiil madhi dalam al Hadits bersanding nun taukid tsaqilah:

فإما أدركنَّ أَحدٌ منك الدَّجالَ

Fiil madhi أدركنَّ ini dima’nai mustaqbal, menjadi فإما يُدرِ كنَّ.

Sementara hukum fiil mudhari’ dan turunannya ini memiliki beberapa hukum terkait pemasangan nun taukid setelahnya.

Untuk fiil mudhari memiliki 6 hukum, yaitu wajib, mendekati wajib, banyak terlaku, sedikit terlaku, sangat jarang dan tidak boleh bersamaan nun taukid.

Untuk fiil amr dan nahi hukumnya diperbolehkan mengtaukidi dengan menggunakan nun taukid. Artinya tidak wajib juga tidak dicegah. jika dikehendaki penguatan hukum makan bisa menggunakan nun taukid ini.