‌Kandungan Surat An Nisa Ayat 59 dan I’robnya

Kandungan surat an Nisa ayat 59 memiliki arti penting dalam kehidupan. Ayat 59 ini memberikan petunjuk tentang ketaatan manusia yang bisa menghantarkannya selamat dan bahagia di dunia dan akhirat.

Sepeti diketahui, surat an-Nisa merupakan salah satu surat Madaniyah. Ia terdiri dari 176 ayat. Surat ini diturunkan setelah QS. al-Mumtahanah. Nama “an-Nisa” sendiri berarti “perempuan,” yang merujuk pada fakta bahwa surat ini memuat hukum-hukum yang banyak berkenaan dengan perempuan.

Pada an Nisa ayat 59 terdapat perintah kepada orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah, Rasul-Nya, dan para pemimpin di antara mereka. Ketaatan ini merupakan aspek fundamental dalam Islam. Seperti apa maksud dari isi kandungan surat an Nisa ayat 59 ini? Simak tulisan nahwu.id yuk. Bismillahirrahmanirrahim mari kita mulai kajiannya.

Tulisan Surat an-Nisa Ayat 59 Beserta Artinya

Sebelum membahas ‌‌kandungan surat an Nisa ayat 59 ada baiknya simak tulisan Arab, Latin serta artinya terlebih dahulu. Berikut bunyi bacaan an Nisa ayat 59:

an nisa ayat 59 latin www.nahwu.id
Qs an Nisa ayat 59

Arti surat an Nisa ayat 5 adalah “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, Rasul dan ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya”.

‌‌Kandungan Surat An Nisa Ayat 59

b Kandungan Surat An Nisa Ayat 59
‌‌Kandungan surat an Nisa ayat 59

Masih ada kaitan dengan ayat sebelumnya, ‌‌kandungan surat an Nisa ayat 59 adalah perintah untuk kaum mukminin untuk menaati Allah, Rasul dan ulil amri serta merujuk kepada hukum Allah dan Rasul jika terdapat perselisihan.

Menurut ahli tafsir, Ulil amri memiliki beberapa penafsiran diantaranya adalah pemerintah, penguasa, ulama dan atau pemimpin. Intinya mereka yang berwenang mengurusi urusan manusia agar maslahat.

Menariknya dari ‌‌kandungan surat an Nisa ayat 59 ini adalah antara ketaatan dan pengembalian perselisihan memiliki objek (maf’ul) yang berbeda. Jika taat diarahkan kepada Allah, Rasul dan Ulil amri. Sementara dalam hal perselisihan, ulil amri tidak disebutkan.

Pengertian Ulil Amri Menurut Para Ulama

Ulil amri artinya pemegang, pemilik urusan atau kekuasan. Begitu arti harfiyahnya. Ulil amri dalam al Qur an merupakan salah satu pihak yang mesti dipatuhi dan ditaati oleh kita, kaum muslimin.

Namun demikian ada beberpa tafsri terkait pengertian dari Ulil Amri. Para Ulama memiliki perbedaan pandangan terhadap pihak yang dimaksud dengan ulil amri dalam Qs an Nisa ayat 59.

Perbedaan pandangan di antara Mufassir mengenai pihak yang sah disebut sebagai ulil amri  sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 59 ini secara ringkas dibagi menjadi empat. Beberapa pendapat yang diberikan adalah:

  1. Ulil amri yaitu pemeritah yang sah (umara)
  2. Ulil amri adalah Faqih, atau otoritas yang menguasi secara mendalam tentang Fiqih.
  3. Ulil amri yaitu merujuk kepada para sahabat Nabi Saw
  4. Ulil amri adalah Sayyidina Abu Bakar dan Umar RA.

Namun, perlu diingat bahwa meskipun terdapat perbedaan pandangan, umat Islam sepakat bahwa ulil amri merupakan pihak yang diwajibkan untuk ditaati. Ketaatan kepada Ulil amri ini sebatas mereka tidak memerintahkan hal-hal atau membuat kebijakan yang bertentangan dengan syariat Islam.

Oleh karena itu, walaupun ada silang pendapat para ulama tentand siapa yang dianggap sebagai ulil amri, umat Islam diwajibkan untuk taat kepada pihak yang memegang urusan kemaslahatan mereka, ini biasanya dipegang oleh  pemerintah dan para pemimpin yang sah. Selain itu, Muslimin juga semestina mengambil fatwa dari ulama yang diakui keilmuannya dalam agama Islam. Semua ini dalam rangka mencapai kemaslahatan yang lebih luas dan seluas-luasnya terhadap masyarakat atau umat.

I’rob Surat An Nisa Ayat 59

surah annisa ayat 59
Surah Annisa ayat 59

Setelah mengetahui ‌‌Kandungan Surat An Nisa Ayat 59, ada baiknya untuk mengetahui ayat ini dari segi ilmu nahwunya.

‌‌يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

يا أَيُّهَا lafazh يا Yaa adalah adawat nida’(perangkat untuk memanggil). أي munada, mabni dhommah. ها untuk tanbih.

الَّذِينَ isim maushul, mabni mahal nashab menjadi naat atau badal atau athaf bayan lafazh أي.

آمَنُوا fiil madhi. الواو failnya. Jumlah آمنوا menjadi shilah dari isim maushul. Sedangkan jumlah nida’ يا أيها merupakan isti’nafiyah.

أَطِيعُوا اللهَ

أَطِيعُوا Athii’uu adalah contoh fiil amar, mabni hadzfinnun. الواو fai’ilnya. اللهَ lafdzul jalalah, maf’ul bih dibaca nashab. Jumlah أطيعوا menjadi jawab nida’, la mahalla laha artinya tidak memiliki kedudukan dalam I’rob.

وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ

الواو huruf Athaf. أطيعوا الرسول i’rob-nya sama dengan أطيعوا الله. Jumlah وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ma’thuf kepada أطيعوا الله, la mahala laha.

وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

الواو huruf athaf. أولى isim, dibaca nashab karena mathu’f kepada lafazh الله. Tanda nashab dengan ya’ karena mulhaq jama’ mudzakar salim, nun-nya dibuang karena idhofah. الْأَمْرِ mudhof ilaih. Dibaca jar. Tanda jar dengan kasrah pada akhir kalimah karena isim mufrad.

مِنْكُمْ jar majrur. من harf jar. كُمْ majrurnya. Jar majrur ber-ta’aluq dengan hal (حال) yang dibuang dari أولى الأمر.

فَإِنْ تَنازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ

الفاء huruf athaf. إن syarath yang meng-jazm-kan. تَنازَعْتُمْ fiil madhi, mahal jazm karena fiil syarath. التاء fai’ilnya.

فِي شَيْءٍ jar majrur; فِي harf jazr, شَيْءٍ majrur. Jar majrur berta’aluq dengan تنازع.

فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ

الفاء rabith bagi jawabnya syarath. ردوه fi’il amar, mabni hadzfi nun. الواو fa’ilnya. الهاء maf’ul bih.

Jumlah ردوه mahal jazm sebagai jawab syarath. Jumlah إن تنازعتم ma’thuf jawab nida’.

إِلَى اللهِ jar majrur; إِلَى harf jar, اللهِ majrur. Berta’aluq dengan ردوه. وَالرَّسُولِ. Huruf الواو athaf. رسول isim, dibaca jar karena ma’thuh kepada اللهِ.

إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

إِنْ syarthiyah jazimah. كُنْتُمْ fiil madhi nasikh (naqis) bermahal jazm karena fiil syarath. التاء isimnya كان. تُؤْمِنُونَ fi’il mudhari, dibaca rafa’ dengan tsubutunnun karena af’alul khamsah. الواو fai’ilnya.

Jumlah تؤمنون mahal nashab sebagai khabar كان. Jumlah jawab dari syarath dibuang yang ditunjukkan oleh kalam sebelumnya (فردوه إلى الله).

بِاللهِ jar majrur berta’aluq dengan lafazh تؤمنون. وَالْيَوْمِ huruf الواو athaf. اليوم majrur karena athaf kepada lafdzul jalalah. الْآخِرِ na’at, dibaca jar. Jumlah إن كنتم disebut jumlah mu’taridhah.

ذلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ ‌تَأْوِيلاً

ذلِكَ isim isyarah, sebagai mubtada’. خَيْرٌ khabar mubtada’ dibaca rafa’.

وَأَحْسَنُ huruf الواو athaf. أحسن isim, dibaca rafa’ karena athaf kepada خَيْرٌ. تَأْوِيلاً tamyiz, dibaca nashab. Jumlah ذلِكَ خَيْرٌ ta’liliyah (alasan).

Kesimpulan

Demikian kandungan surat an-Nisa ayat 59 yang berbicara tentang ketaatan dan an Nisa ayat 58 yang membahas tentang amanah, kita harus berhati-hati dan tidak boleh ceroboh dalam memilih pihak yang akan kita taati atau yang akan kita amanahkan. Dari pelajaran yang dapat dipetik dari ayat 59 surat an-Nisa, kita seharusnya berfokus pada kepentingan jangka panjang dan bukan hanya mencari keuntungan sesaat, seperti yang sering terjadi dalam konteks pemilihan umum, sebagai contoh.

Marilah kita berusaha untuk tetap teguh pada nilai-nilai kejujuran dan keadilan dalam setiap tindakan kita. Wallahu a’lam bisshawab.b.