Rahasia Menguasai I’rob Lafdzi Taqdiri

Penguasaan i’rob memang menjadi keharusan dalam belajar Nahwu. Selain menjadi tolak ukur kemahiran membaca kitab gundhul, juga sebagai langkah pertama nan penting untuk membedah posisi tiap kalimah dari rangkaian Kalam menggunakan bahasa Arab.

Dalam proses identifikasi tersebut kamu akan bertemu dengan istilah i’rob lafdzi taqdiri. Kedua sebutan ini menjadi hal paling mendasar dalam kajian I’rob. Lalu apa sih i’rob lafdzi dan apa yang dinamakan i’rob taqdiri itu? Yuk simak penjelasan berikut.

Pengertian i’rob Lafdzi

Terdapat dua bentuk i’rob pada akhir Kalimah yang Mu’rob yaitu i’rob lafdzi dan taqdiri. Masing-masing dari i’rob lafdzi taqdiri ini memiliki ciri khas tersendiri. Dinamakan i’rob lafdzi adalah jika wujud perubahannya tampak atau terlihat jelas. Dan dikatakan taqdiri jika wujud perubahannya tidak tampak.

Maksud dari ‘tampak’ itu jika wujud perubahannya dapat dilihat dengan mata dan bisa dirasakan (perubahannya) ketika diucapkan atau diperdengarkan. Seperti جَاءَ زَيْدٌ , رَأَيْتُ زَيْدًا, مَرَرْتُ بِزَيْدٍ . Dal pada Lafadz Zaid itu berakhira un, an dan in.

Sebaliknya jika perubahannya tidak bisa dilihat, tetap ketika diucapkan dan tidak bisa terdengar maka itu tanda i’rob taqdiri. Meskipun kalimah itu mu’rob dan menerima pengaruh ‘amil.

Pengertian I’rob Taqdiri

Selanjutnya dari i’rob lafdzi taqdiri adalah pembahasa definisi dari i’rob taqdiri. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa definisi i’rob Taqdiri adalah Kalimah yang Mu’rob tetapi tanda i’rob-nya tidak tampak dengan jelas. Artinya , suatu kalimah itu dikatakan Mu’rob Taqdiri jika bentuk perubahan tersebut tidak nyata terdengar (jika dibaca) dan tidak terlihat dalam tulisan.

Meskipun ‘amil itu bersifat mempengaruhi Kalimah untuk berubah (ber-i’rob), namun pengaruh amil itu tidak serta merta dapat menampakan dampak (atsar)-nya. Meskipun masuk pada Kalimah Mu’rob. Karena ada beberapa Kalimah Isim dan Fi’il  yang bentuk ke-2 nya itu khusus. Sehingga meskipun sebenarnya ia dapat menerima pengaruh akan tetapi karena kekhusussannya tersebut menyebabkan pengaruhnya tidak mampu tampak jelas. Inilah yang disebut dampak Taqdiri (I’rob Taqdiri).

Macam ‘Irob Taqdiri

i'rob lafdzi taqdiri
i’rob taqdiri

Bentuk-bentuk kalimah yang mampu ‘meredam’ atsar dari amil adalah sebagai berikut :

  1. Ism Maqshur المقصور

Contoh :

جَاءَ الْفَتَى , رَأَيْتُ الْفَتَى, مَرَرْتُ بِالْفَتَى

Lafazh الْفَتَى pada tiga contoh di atas tidak berubah sama sekali dalam bentuk dan harakatnya meskipun bersanding adanya ‘amil yang berbeda-beda. ‘Amil tersebut adalah جَاءَ, رَأَيْتُ dan Huruf Jer بِ

الْفَتَى pada contoh di atas adalah bagian dari Ism Maqshur.

2. Ism Manqush المنقوص

Contoh :

جَاءَ الْقَاضِى, رَأَيْتُ الْقَاضِىَ, مَرَرْتُ بِالْقَاضِى

Lafazh الْقَاضِى pada dua contoh di atas tidak berubah sama sekali dalam bentuk dan harakatnya meskipun bersanding dengan ‘amil yang berbeda-beda. ‘Amil tersebut adalah جَاءَ dan Huruf Jer بِ . Hanya pada ‘amil Nashab berbentuk رَأَيْتُ lafazh الْقَاضِى diharaki fathah sehingga dibaca الْقَاضِىَ. Hal ini dikarena orang Arab menganggap ringannya Fathah.

الْقَاضِى pada contoh di atas adalah bagian dari Ism Maqshur.

3. Ism Yang Mudlof Kepada Ya’ Mutakallim المضاف إلى ياء المتكلم

Contoh : جَاءَ غُلَامِيْ, رَأَيْتُ غُلَامِيْ, مَرَرْتُ بِغُلَامِيْ

Lafazh غُلَامِيْ pada tiga contoh di atas tidak berubah sama sekali dari bentuk dan harakatnya meskipun bersanding dengan ‘amil yang berbeda-beda. ‘Amil tersebut adalah جَاءَ, رَأَيْتُ dan Huruf Jer بِ

غُلَامِيْ pada contoh di atas adalah bagian dari Ism Murob yang Mudlof kepada Ya’ Mutakallim ( Huruf Ya sebgai kata ganti aku/orang pertama)

4. Fiil Mudhori’ Mu’tal Akhir الفعل المضارع معتل الاخر

Pada bagian ini ‘Irob Taqdir-nya terdapat pada :

  • Fi’il Mudlori’ Mu’tal Alif yang dibaca Rofa’ dan Nashob, contoh : يَخْشَى, لَنْ يَخْشَى
  • Fi’il Mudlori’ Mu’tal Wawu ketika dibaca Rofa’. Contoh : يَدْعُو
  • Fi’il Mudlori’ Mu’tal Ya ketika dibaca Rofa’. Contoh : يَرْمِى

Empat bentuk kalimah inilah yang mampu meredam pengaruh ‘amil. Meskipun sebenarnya mereka berpotensi terpengaruhi tetapi potensi itu tidak mampu terealisasi sehingga menjadi terlihat ke permukaan kalimah tersebut.

Setelah membaca pemamaparan i’rob lafdzi taqdiri di atas, maka timbul pertanyaan mengapa empat bentuk kalimah tersebut dapat ter-‘i’rob-i secara taqdiron? Lalu apa sih alasannya sehingga Isim Maqshur, Isim Manqush, Isim yang Mudhof Ila Ya’ Mutakallim dan Fiil Mudhori’ Mu’tal Akhir punya kemampuan meredam pengaruh ‘amil? Untuk menjawab pertanyaan itu maka kita perlu mengkaji masalah Ta’adzur dan Tsaql التعذر والثقل .

Oke, bagaimana? Masih bingung tentang i’rob lafdzi taqdiri ini?. Coba baca pelan-pelan dan klik pada istilah yang kamu anggap musykil. Karena dalam blog ini masing-masing pembahsan saling berkaitan antara istilah satu dengan istilah yang lainnya.

Jadi, ikuti terus blog Nahwu.id ini, karena situs ini berusaha menyajikan Kajian ilmu Nahwu shorof lengkap.