Pengertian Isim Maushul, Pembagian, I’rob dan Contohnya

Isim Maushul merupakan bagaian dari kajian Maushul. Masuhul sendiri terbagi menjadi masuhulul ismi dan maushulul harfi.

Maushul ismi الموصول الاسمي ini disebut juga isim maushul. Sementara Maushulul harfi dikenal dengan huruf maushul الموصول الحرفي.

Umumnya para santri atau pelajar lebih intens membahas materi isim maushul daripada huruf maushul. Penyebabnya adalah huruf maushul di beberapa kondisi masuk pada pembahasan lainnya, seperti isim mu’awwal dan huruf mashdariyyah.

Kesempatan ngaji Nahwu kali ini mengkaji seputar apa itu isim maushul, shilah, a’id, pembagian dan contoh ism maushul.

Pengertian Isim Maushul

Lafadz Mushul مَوْصُوْلٌ adalah bentuk isim maf’ul dari fiil madhi adalah وَصَلَ washala artinya sampai, menyambung, menguhubungkan. Jadi maushul artinya yang disambung/dihubungkan.

Secara istilah nahwu, Isim maushul memiliki beberapa definisi. Diantarnya sbb:

 الإسمُ الموصولُ ما يَدلُّ على مُعَيَّنٍ بِوَاسِطَةِ جُمْلَةٍ تُذْكَرُ بَعْدَهُ

Menurut jamiuddurus, Isim maushul adalah sesuatu yang menunjukkan perkara tertentu dengan perantara jumlah yang dituturkan setelahnya. Dalam Nahwu wadhih didefinisikan sebagai

اِسْمُ مَعْرِفَةٍ يُتَعَيَّنُ المَقْصُوْدُ مِنْهُ بِجُمْلَةٍ بَعْدَهُ تُسَمَّى صِلَّةً

Isim maushul yaitu isim ma’rifat yang tujuannya ditentukan(menjadi jelas) oleh jumlah setelahnya yang disebut sebagai shilah. Mu’jam al Wasith dan Mutammimah al Jurumiyah mendifinisakan dengan

الاسم الموصول مَا يَحْتَاج/ افْتَقَرَ إِلَى صِلَةٍ وَعَائِدٍ

Isim yang membutuhkan shilah dan ‘aid. Menurut syarah alfiyah didefinisikan sebagai

ما افْتَقَرَ إلى الوَصْلِ بِجُمْلَةٍ مَعْهُوْدَةٍ، مُشْتَمِلَةٍ عَلَى ضَمِيْرٍ، لَائِقٍ بِالمَعْنَى

Isim yang membutuhkan hubungan dengan jumlah yang memuat dhomir yang cocok dalam maknanya.

Dan banyak lagi redaksi dari pengertian isim maushul ini di beberapa referensi lainnya. Namun secara hakikat memiliki maksud yang sama.

Dapat disimpulkan bahwa Isim maushul adalah kalimah isim yang selalu membutuhkan shilah yang mengandung ‘aid atau penggantinya untuk kesempuraan maknanya.

Pembagian Isim Maushul

Isim maushul dipandang dari aspek gender (mudzakar-muannats) dan kuantitas/kammiyah(mufrod, tasniah dan jamak) terbagi menjadi 2:

  1. Isim maushul khas (الأسماءُ الموصولةُ الخاصةُ)
  2. Isim maushul musytarak (الأسماء الموصولةُ المُشتركةُ)

Jadi, kedua macam isim maushul ini(khas dan musytarok) memiliki perbedaan utama dalam aspek gender dan kuantitas. Berikut penjelasannya.

Isim Maushul Khas

Maushul khas atau khos ini memiliki definisi sebagai

الأسماءُ الموصولةُ الخاصةُ هي التي تُفرَدُ وتُثنَّى وتُجمَعُ وتُذكِّرُ وتُؤنَّثُ، حَسْبَ مُقْتَضى الكَلَام

Isim maushul yang bentuknya (mufrod, tasniyah, jamak, mudzakkar muanntasnya) mengikuti tuntutan Kalam. Maushul jenis ini yang sering dan umum diperbincangkan dalam ilmu Nahwu.

Karena bentuk Maushul khas ini mengikuti pada konteks Kalam, maka macam-macam isim maushulnya terbagi sesuai dengan unsur/aspek pembaginya. Berikut macam dan contoh isim maushul khos:

  1. Alladzi الَّذِي untuk mufrod mudzakkar. Contoh يُفْلِحُ الَّذِي يَجْتَهِدُ artinya orang yang rajin itu beruntung
  2. Alladzaani dan Alladzaini اللّذَانِ واللّذَينِ untuk mutsanna mudzakkar. Contoh يُفْلِحُ اللذانِ يَجْتَهِدانِ  Dua orang yang giat itu beruntung
  3. Alladziina الّذِيْنَ utnuk jamak Aqil (berakal). Seperti يُفْلِحُ الّذِيْنَ يَجْتَهِدُوْن artinya Orang-orang yang bersungguh-sungguh itu beruntung.
  4. Allati الّتِي untuk mufrod muannats. Contoh تُفْلِحُ الّتِي تَجْتَهِدُ artinya sama dengan di atas, beda gendernya
  5. Allataani dan Allataini اللّتانِ واللّتَينِ untuk mutsanna muannats. Seperti تُفْلِحُ اللّتانِ تَجْتَهِدَانِ
  6. Allaati, Allawaati dan Allaa’i اللاَّتِي واللّواتي والّلائي (dengan ya’ atau tanpanya) untuk jamak muanntas. Contohتُفْلِحُ اللاَّتِ يَجْتهدْنَ
  7. Ulaa الأُلى untuk jamak mutlaq, baik mudazakkar/muannats, atau aqil/ghairu aqil. Contoh يُفلِحُ/تُفْلِحُ الألى يَجْتَهِدُوْن/ يَجْتهدْنَ

Isim Maushul Musyatarak

Mausul musytarak atau musytarok pengertiannya adalah

 الأسماء الموصولةُ المُشتركةُ هي التي تكونُ بلفظٍ واحدٍ للجميع. فيشترك فيها المفردُ والمثنى والجمعُ والمذكرُ والمؤنثُ

Isim Maushul musytarak adalah isim yang hanya menggunkan 1 bentuk lafadz saja. Artinya satu bentuk itu bisa digunakan untuk mufrad, mutsanna, jama’, mudzakar dan muannats. Lafadz-lafadz dari maushul jenis ini bisa berlaku sebagai isim maushul dengan syarat-syarat tertentu.

Sebagian dari isim maushul mustarok ini adalah مَنْ ,مَا ,ذَا ,أَيُّ ,ذُوْ dengan perincian مَنْ untuk merujuk orang/berakal, sementara مَا untuk ghairu aqil/benda. Sedangkan 3 terakhir(ذَا ,أَيُّ ,ذُوْ) berlaku mutlaq.

Contoh Isim Maushul Musytarok:

  • Man مَنْ contoh نَجَحَ مَنْ اجتهدَ/ اجتهدتْ/اجتهدا/اجتهدتا/اجتهدوا/اجتهِدْنَ artinya orang(1/2/banyak) yang rajin itu selamat
  • Maa مَا contoh اِرْكَبْ مَاشِئْتَ مِنَ الخَيْلِ artinya Naiklah kuda yang kau kehendaki
  • Dzaa ذَا contoh ماذا فتحَ ابو عُبَيدةَ؟
  • Ayyun أَيُّ contoh أكرِمْ أيَّهم أكثرُ اجتهاداً
  • Dzu ذُو contoh جاء ذُو اجتهدَ

Sekali lagi, maushul jenis ini memiliki beberapa syarat dan versi khusus. Jadi diperlukan kajian lebih mendalam lagi.

Hukum Isim Maushul

Isim ini memiliki hukum ma’rifat dan mabni. Dihukumi ma’rifat karena ia bersama shilahnya menjadi tertentu menunjukkan sesuatu yang khusus atau spesifik.

Kemakrifatan isim maushul dihasilkan dari satu paket (maushul dan shilah). Jika berdiri sendiri-sendiri, misal hanya isim maushul saja, maka tidak memberi makna ma’rifat. Atau jika shilah saja, maka tidak dapat disebut shilah melainkan hanya berstatus jumlah biasa.

Hukum Isim maushul adalah mabni. Meskipun hukum dasar/asal kalimat isim adalah mu’rob, pada isim maushul hukumnya keluar dari asalnya.

Kemabnian isim maushul karena ia serupa dengan kalimat huruf yang memiliki hukum mabni. Aspek keserupaannya disebut syibhul iftiqori(butuh). Artinya isim maushul selalu butuh terhadap shilah. Sifat butuh inilah dinamakan iftiqori.

I’rob Isim Maushul

Jika hukum isim maushul adalah mabni, mengapa ada i’robnya? memang betul ia berhukum mabni. Tetapi bukan berarti ia tidak bisa di-i’robi.

I’robnya kalimat mabni (termasuk isim-isim yang mabni) menggunakan i’rob mahali. Artinya yang diirobi adalah kedudukan dari keberadaan isim maushul tersebut dalam kalam مقتضى الكلام, apakah berposisi sebagai mubtada’, khobar, fa’il, maf’ul bih dlsb.

I’rob isim maushul sesuai dengan kedudukannya. Jika rofa’ maka disebut mahal rofa’, jika nashob dinamai mahal nashab dst.

Contoh isim maushul mahal rofa’

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ

Man مَنْ sebagai isim maushul, berkedudukan sebagai fa’il sehingga irobnya mahal rofa’

أَحْبِبْ مَنْ يُحبُّ الخيرَ

Man berkedudukan sebagai maf’ul bih. Sehingga diirobi mahal nashob.

جُدْ بمَا تَجِدُ

Maa مَا dijarkan dengan huruf khofad ba’. Sehingga mahal jar/makhfudz.

Namun demikian, mahal i’rob ini hanya berlaku pada isim maushul. Sementara shilah-nya maushul yang berupa jumlah, tidak memiliki kedudukan dalam i’rob (لا مَحَلَّ لَها مِنَ الإعراب).

Rukun Isim Maushul

Dari definisi di atas, ada 2 unsur/rukun dari isim maushul, yaitu: shilah dan ‘a’id.

Shilah صِلَة adalah jumlah atau serupanya yang jatuh setelah isim maushul. Contoh shilah adalah أكرمتُهُ dari kalam جاء الذي أكرمتُهُ

‘Aid عائداً adalah isim dhomir yang kembali/rujuk-nya kepada isim maushul. Disebut a’id artinya kembali, karena ia rujuk kepada maushul. Contoh a’id adalah dhomir muttasil ha’ yang terdapat pada shilah أكرمتُهُ

Shilah Maushul

Syarat dari shilah adalah harus berupa jumlah khobariyyah yang mengandung a’id, baik berupa dhomir bariz atau mustatir yang kembali kepada maushul. Umumnya yang memenuhi kriteria ini adalah jumlah fi’liyah dari fi’il madhi dan mudhori’, bukan fiil amr.

Namun demikian ada juga shilah yang berbentuk jumlah isimiyah, dhorof dan jar majrur. Jika shilah berupa dzaraf dan jar-majru ini terjadi, maka shilahnya berupa jumlah(fi’il) yang terbuang. Bukankah dhorof dan jar-majrur memiliki ta’alluq berupa fi’il? Contoh أكرِمْ مَنْ عِنْدَهُ أدبٌ

Dalam shilah yang berupa jumlah ismiyah ini dikenal juga istilah shodar shilah صدْر صلة. Shadar shilah adalah permulaan dari shilah. Contoh shodar shilah adalah هو dari

أَكرِمْ أَيَّهُمْ هُوَ مُجْتَهِدٌ

Pembahasan shodar shilah biasanya terkait dengan hukum penetapan atau pembuangannya. Dan berkaitan secara khusus dengan status اَيُّ.

A’id

Dari pengertian a’id di atas, maka ada 2 pembahasan terkait aid:

  1. Bentuk aid
  2. Rujuk/Kembalinya aid

A’id  عائدitu berbentuk isim dhomir yang termuat dalam shilah. Bentuk dhomirnya bisa dhomir bariz atau dhomir mustatir.

Contoh isim maushul dengan aid dhomir bariz: تَعَلَّمْ مَا تَنْتَفِعُ بِهِ artinya pelajarilah apa yang bisa kau ambil manfaatnya. Aidnya dhomir bariz ha’ yang muttasil dengan huruf jar.

Contoh isim maushul dengan aid dhomir mustatir تَعَلَّمْ مَا يَنْفَعُكَ artinya sama. Namun aidnya berbeda, berupa dhomir mustatir (jawaz) هو  yang tersimpan dalam shilah berbentuk fiil mudhori adalah يَنْفَعُ

Mengingat a’id adalah dhomir, maka ia butuh merujuk kepada lafadz maushul sebelumnya. Rujuk dhomir di sini ada 2 pembahasan sesuai jumlah pembagian isim masuhul.

  1. A’id dari maushul khos, dhomirnya disyaratkan bersesuaian dengan isim maushul dari segala aspeknya. Contoh أَكرِمِ الذي كتبَ/التي كتبتْ/الذينَ كتبوا
  2. A’id dari maushul musytarok, boleh 2 bentuk: sesuai lafadzi maushulnya(مراعاةُ لفظِ الموصول) dan sesuai maknanya(مراعاةُ معنى الموصول)

Penjelasan yang tepat untuk nomor 2 bisa melalui contoh isim maushul dalam al Quran surat al Baqorah ayat 8 berbunyi:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Isim mushul musytarok pada contoh adalah مَنْ. A’id dalam contoh tersebut ada dua dengan bentuk yang berbeda(dan semua kembali kepada مَنْ).

  1. A’id berupa berupa dhomir mufrad mustatir هو yang terdapat dalam fi’il mudhori يَقُولُ. Ini karena memeperhitungkan lafadznya اعتبارُ اللفظِ
  2. A’id kedua berbentuk jamak, berupa dhomir bariz munfashil هُمْ dalam jumlah ismiyah وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

Contoh Isim Maushul

Selain contoh dan artiynya yang telah disebutkan di atas pada masing-masing sub pembahasan. Ada juga 5 contoh isim maushul dalam al qur’an.

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ

كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Untuk contoh lebih lengkap dan detil tentang contoh isim maushul dalam al Qur’an berikut artinya akan dibuatkan materi tersendiri supaya lebih leluasa dan mendalam.

Demikian materi dasar pengertian dari isim maushul, pembagian, i’rob dan contohnya. Semoga bisa menambah ketrampilan dalam berbahasa arab dengan Ilmu Nahwu. Wallahu a’lam bisshawab.