Macam Huruf Mustaqbal dan Artinya

Istiqbal dan mustaqbal adalah sinonim. Artinya dua istilah ini memiliki makna yang sama, terutama dalam konteks Nahwu. Keduanya juga isytiqaq dari fi’il madhi tsulasi mazid sudasi berupa اِسْتَقْبَلَ istaqbala.

Mustaqbal artinya yang akan dihadapkan. Dalam konteks waktu, zaman mustaqbal adalah waktu yang akan dihadapi/akan datang.

Untuk menunjukkan zaman akan datang ini, setidaknya bisa menggunakan 3 cara:

  1. Menggunakan isim yang bermakna waktu mendatang, seperti غَدًا, مُقْبِلْ atau sejenisnya
  2. Menggunakan sighot amr atau nahi
  3. Menambahkan huruf mustabal

Cara pertama dihasilkan hanya dengan menambah isim yang memiliki makna zharaf, seperti contoh:

رُبَّ غَنيٍّ اليومَ فقيرٌ ‌غداً

artinya Banyak yang kaya hari ini (menjadi) fakir esok hari.

Makna mustaqbal otomatis ada/bil wadh’i dengan cara yang kedua yaitu mendatangkan sighot amr. Karena fi’il amr artinya kata kerja perintah yang tentu menuntut untuk terpenuhi(setelah adanya perintah).

Cara ketiga ini adalah menggunakan adat yang berupa huruf mustaqbal(أَحرُفُ الاستِقْبال). Huruf istiqbal adalah kalimat huruf yang digunakan untuk menunjukkan zaman/waktu yang akan datang. Zaman ini dihasilkan dari rangkaian huruf istiqbal bersama kalimat fi’il setelahnya.

Huruf Istiqbal dan Mustaqbal

Sin dan Saufa السينُ ,سوفَ khusus masuk pada fi’il mudhari’ dan sekaligus menjadi ciri-cirinya. Fiil mudhori adalah kata kerja yang bersamaan zaman hal dan istiqbal. Dengan masuknya sin dan saufa ini menjadikan fi’il mudhori’ murni mengandung zaman istiqbal.

Huruf sin disebut juga harf istiqbal(حرفَ استقبال) dan tanfis(حرفَ تنفيسٍ). Alasan penamaan ini karena huruf sin mampu memindah mudhori’ dari zaman yang sempit(hal) menjadi berzaman lebih luas, yaitu istiqbal.

Saufa disebut harf taswif(حرفَ تسويفٍ) alasannya sama dengan huruf sin, hanya saja zaman yang dikandung saufa lebih panjang daripada harf sin.

Contoh fiil mudhari dengan sin dan saufa dalam al Qur’an:

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا

Artinya: Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” (Qs. al Baqarah ayat 142)

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

Qs. at Takatsur ayat 4 artinya: dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.

Ketentuan penggunaan sin dan saufa:

  1. Wajib bersambung dengan kalimat fi’il.
  2. Ketika hendak menafikan istiqbal-nya, maka gunakan huruf laa(لا) sebagai counter dari sin. Dan menggunakan huruf lan(لن) untuk menafikan saufa.
  3. Tidak diperkenankan mendatangkan saufa dan laa (سوفَ لا أفعلُ ) atau saufa dengan lan (سوف لن أفعلَ ) secara bersamaan.

Catatan: laa yang dimaksud di sini adalah laa nafi, bukan huruf lam(ل) seperti وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ. Untuk lam fungsinya untuk taukid. Dan ini sah-sah saja bertemu saufa.