Penjelasan Lengkap Surah Al Bayyinah Ayat 5

Quran Surah Al Bayyinah ayat 5 menjelaskan tentang perintah beribah dengan keikhlasan. Penjelasan ini tidak lepas dari kandungan ayat-ayat sebumnya, yaitu Al Bayyinah ayat 1 sampai 4.

Seperti diketahui, bahwa Surah ini selain disebut dengan nama Al Bayyinah juga dinamakan dengan surah Lam Yakun. Surah urutan kesembilanpuluh delapan (98) ini memiliki jumlah ayat sebanyak delapan (8), menurut mayoritas ulama.

Tulisan kali ini akan mengupas lebih dalam dan lengkap tentang Surah Al Bayyinah ayat 5 dengan tema kajian meliputi bacaan, tulisan latin dan arti dari Surat Lam Yakun. Selain itu, ada ulasan kebahasaan dan kandungan dari Qs. Al Bayyinah Ayat 5 yang akan melengkapi tulisan yang kami beri judul Penjelasan secara lengkap dari Surah Al Bayyinah ayat ke-5.

Surah Al Bayyinah Ayat 5 Beserta Artinya

Pertama dan utama sebelum melakukan kajian, tentu kita hadirkan objek kajiannya. Dalam hal ini adalah teks lengkap Surah Al Bayyinah Ayat 5. Berikut tulisan Arab, Latin beserta artinya yang kami nukil dari laman Nu Quran:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ [٩٨:٥]

Dalam aksara Latin, Surah Al Bayyinah Ayat 5 tertulis: Wa ma umiru illa liya’budu Allaha mukhlisina lahud-dina hunafaa’a wa yuqimu as-Sholata wa yu’tunaz-Zakata wa dzalika dinul-qayyimah

Terjemahan dan arti Surah Al Bayyinah ayat 5: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Qs. 98: 5).

Analisis Surah Al Bayyinah Ayat 5

SURAH AL BAYYINAH AYAT 5
SURAH AL BAYYINAH AYAT 5 BESERTA ARTINYA

Analisa Surat Al Bayyinah ayat ke-5 ini kami pisah-pisahkan agar lebih mudah dipahami. Pendekatan Nahwu kami gunakan untuk membedahnya.

وَمَا أُمِرُوا

“Wa Maa Umiruu” artinya dan mereka tidak diperintah. Huruf Wawu adalah huruf athaf, ada juga yang berpendapat Wawu Haliyah. Huruf مَا (Maa) adalah huruf nafi atau negasi. Umiruu adalah fiil madhi mabni majhul dengan naibul failnya. Na’ibul Fa’il berupa dhomir wawau jamak.

إِلَاّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ

“Illa liya’budullaha”, Illa harfu hashr artinya meringkas. Lam (li) adalah huruf ta”lil (alasan), beramal menashabkan fiil mudhori “يَعْبُدُوان”. “Ya’buduna” adalah contoh afalul khomsah, dia dibaca nashab sebab dimasuki amil nasib Lam (Lamu Kay). Yang menashabkannya adalah huruf An (أنْ) yang tersimpan. Alamat nashabnya dengan membuang huruf nun menjadi يَعْبُدُوا. Lafadzul jalalah “Allah” sebagai maf”ul bih.

مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفاءَ

“Mukhlishiina lahuddina hunafa’a” artinya mereka (seraya) ikhlas dan taat (menjalankan) agamanya. “Mukhilsiina” sebagai Hal yang pertama dengan shohibul hal berupa isi dari Na’bul fail. “Lahu” jar-majrur. “Addina” maf’ul bih dari isim fa’il “mukhlisin”. Lafadz “Hunafa’a” Hal yang kedua.

وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ

“Wayuqimussholata” artinya dan mereka mendirikan sholat. “Wawu” huruf athaf, “Yuqiimu” ma’thuf-nya. Irobnya “Yuqimu” mengikuti  ma’thuf alaih yaitu nasab sebagaimana “ya’budu”. Yuqimu adalah contoh fi’il mudhori jenis Af’alul Khomsah. Fa’ilnya dhomir yang tersimpan (هم). Lafadz “Assholata” maf’ul bih dibaca Nashob.

وَيُؤْتُوا الزَّكاةَ

“Wa yu’tuz zakata” artinya dan (mereka) menunaikan Zakat. I’robnya sama dengan وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ.

وَذلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Wa dzalika diinul qayyimah” artinya (demikian) itu lah agama yang lurus. “Wawu” isti’nafiyah. “Dzalika” Isim isyaroh lil bu’di (jauh), sebagai mubtada’. “Dinu” khobarnya, sekaligus mudhaf. Mubtada’ dan Khobar dibaca Rofa’ keduanya. “Alqayyimah” mudhaf ilaih dari “Dinu” dibaca majrur.

Tafsir Surah Al Bayyinah Ayat 5

Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani yang bertikai tentang keberadaan Muhammad) diperintahkan -sebagaimana dalam kitab Taurat dan Injil- untuk menyembah Allah, mengesakan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan siapapun dalam ibadah, serta taat sepenuhnya kepada-Nya.

Ibadah memerlukan keikhlasan. Karena tujuan ibadah adalah puncak merendahkan diri (ghayatuttadallul wal khudhu’) kepada Dzat yang Maha Tinggi, oleh karena itu sujud hanya boleh dilakukan kepada Allah Ta’ala.

Allah memerintahkan mereka (dan kita) untuk memiliki keikhlasan dan ketaatan (hanif/kecondongan) dalam ibadah. Ikhlas adalah inti dari ibadah dalam tauhid dan taqwa. Ikhlas berarti murni dan bersih dari sesuatu yang syirik, riya’ dan atau nifaq.

Selain ikhlas, mereka dalam beribadah juga diperintah untuk Hanif (bentuk mufrad dari hunafa’). Hanif diartikan dengan ketaatan dengan condong kepada kebaikan (agama Islam), Sehingga hanif juga memiliki arti lurus. Artinya dalam beribadah, mereka melepaskan diri dan terbebas dari asal usul kepercayaan dan agama sebelumnya dan segala perbuatan yang dianggap buruk.

Lebih spesifik lagi, mereka diperintahkan untuk menunaikan sholat dan zakat. Keduanya mesti mereka tunaikan dengan aturan-aturan yang semestinya sehingga sempurna. Sholat dan zakat adalah dua ibadah yang memiliki nilai hablum minallah dan hablum minannas.

Keikhlasan, penunaian sholat dan zakat merupakan inti atau bagian dari Dinul Qoyyimah. Beberapa menafsirkan Wadzalika Dinul Qoyyimah sebagai: “hal yang demikian (Keikhlasan, penunaian sholat dan zakat) itu merupakan agama yang sangat lurus (mubalaghah)”. di lain sisi ditafsirkan dengan: “ hal itu adalah agamanya para pemilik kitab yang Qoyyim/lurus”. Bisa jadi, keduanya memiliki titik kesamaan, yaitu sebagai ajaran agama Tauhid. Wallahu a’alam.

Kandungan Surat Al Bayyinah Ayat 5

Dari beberpa penjelasan di atas, kandungan Surat Al Bayyinah ayat 5 dapat dijelaskan, setidaknya sebagai berikut:

  • Perintah Ibadah
  • Pelaksanaan ibadah dengan ikhlas dan hanif
  • Perintah Sholat dan Zakat
  • Hablum minallah dan hablum minannas
  • Dinul Qayyimah

Kandungan Surat Al Bayyinah ayat 5 merupakan cercaan Allah dan sekaligus penegasan bahwa hanya kepada Allah-lah manusia diperintahkan untuk menyembah-Nya. Perintah ini semata-mata supaya manusia dapat mencapai kebaikan dunia dan agama mereka, serta meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dalam pelaksanaanya, manusia juga diperintahkan untuk mengikhlaskan diri lahir dan batin dalam beribadah kepada Allah, serta membersihkan amal perbuatan dari syirik.

Surat Al Bayyinah Ayat 5 mengandung pesan yang sangat penting dalam mengingatkan manusia untuk senantiasa mengikuti perintah Allah dan menghindari perbuatan yang menyimpang dari ajaran tauhid yang telah ditetapkan.

Terakhir,kandungan Surah Al Bayyinah ayat 5 merupakan dalil ikhlas dalam melaksanakan ibadah secara keseluruhan. Meskipun dalam ayat tersebut hanya menyebutkan sholat dan zakat saja.

Penyebutan ini bisa jadi sifatnya penekanan pada kedua ibadah tersebut (sholat dan zakat), karena di dalam ibadah sholat dan zakat terdapat dimensi hablum minallah dan hablum minannas.

Hablum minallah artinya jalinan atau hubungan baik dengan Allah, ini dimanifestasikan dalam sholat. Semnetara hablum minannas yaitu hubungan atau jalinan sosial dengan manusia, dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk ibadah zakat.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Surah Al Bayyinah Ayat 5 menegaskan bahwa Allah SWT hanya memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya. Ibadah kepada Allah mesti ditunaikan dengan rasa ikhlas dan tunduk kepada-Nya. Artinya beribadah dan amal tanpa mencampuradukkan dengan perbuatan syirik.

Selain itu, Surah Al Bayyinah Ayat 5 menekankan pentingnya mengikuti sunnah Rasulullah SAW, sebagaimana Beliau meneruskan ajaran pendahulunya, Nabi Ibrahim As. Dimana Beliau mengajarakan tauhid dengan dan beribadah dengan keikhlasan.

Dalam ayat ini, secara lebih spesifik, Allah memerintahkan kita untuk mendirikan salat dan mengeluarkan zakat. Kedua ibadah ini akan memiliki manfaat dan dampak yang besar bagi pengamalnya, baik dalam hal duniawi maupun ukhrawi.

Demikian penjelasan Surah Al Bayyinah Ayat 5 tentang keikhlasan dalam melaksanakan peribadahan kepada Allah. Semoga ikhlas ini hadir dan selalu menjadi nafas dari amal-amal kita, sehingga kita mencapai tujuan hidup secara hakiki, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.