Penjelasan إذا Idza Lengkap

Lafazh Idza (اِذَا) terlihat di banyak tempat dalam redaksi kitab turats. Bahkan di dalam al Quran, lafazh ini pun tidak bisa dibilang sedikit. Sebut saja surah al Furqan dan di surah-surah dalam juz amma, seperti surat at Takwir, ad Dhuha, al Lail, asy-Syams dan banyak lagi.

Penggunaan اذا yang begitu masif tentu meninggalkan sebuah tantangan besar bagi para pengkaji ilmu Nahwu, ushuh fiqh dan tentunya bagi calon ahli tafsir al Quran. Sebuah tantangan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja untuk mengetahui seluk beluk tentang اِذَا ini.

Mengapa demikian? Tentu dengan pengetahuan yang benar tentang اذا ini akan sangat membantu para pengkaji dalam menganalisa tulisan Bahasa Arab, dari segi susunan dan tentu berimbas pada sebuah pemahaman yang benar. Bagaimana? Jika tidak, maka sempatkan membaca bagian kesimpulan. Jika tertarik, kami jabarkan tentang lafazh اِذَا ini untuk kamu.

Namun sebelum masuk pada materi ini, perlu disepakati bahwa اِذَا ini memiliki dua bentuk penulisan dalam alfabet (transliterasi), seperti idza atau iżā. Untuk mempermudahnya akan kami gunakan idza sebagai ganti dari اِذَا.

Kesepakatan selanjutnya yang berkaitan penulisan ظرف ada beberapa bentuk tulisan yang beredar, seperti dzorof, zhorof dan zharaf. Untuk transliterasi dari ظرف ini, kami gunakan bentuk tulisan ‘zharaf’ sebagai ganti dari teks arabnya.

Berikut kami sertakan beberapa pertanyaan menyangkut idza اذا yang banyak sekali dipertanyakan.

Lafazh Idza اذا , Isim atau Huruf?

Ada perbedaan pendapat tentang kategori kalimah ini, apakah اِذَا tergolong kalimah isim atau ikut kalimah huruf. Kebanyakan idza berlaku sebagai kalimah isim. Hal yang sama juga berlaku pada idz اِذْ dengan dzal sukun.

Ada juga اِذَا yang berupa kalimah huruf sebagaimana ketika ia berfaidah fujaiyyah. Seperti contoh idza dalam al Qur’an

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ‌فَإِذا هُمْ مِنَ الْأَجْداثِ إِلى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ

Surat Yasin ayat 51 artinya: Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.

Lafazh اذا, Syarthiyah atau Bukan?

Kalimah اِذَا bisa berlaku syarthiyah juga bisa berlaku bukan syarthiyah. Umumnya berlaku syarthiyah.

Dalam konteks ini, اِذَا baru digolongkan kepada kalimah isim. Tepatnya اِذَا isim syarath. Akan tetapi syarath yang tidak me-jazm-kan; ghairu jazimah.

Sementara اِذَا yang berfaidah Fujaiyyah dapat dikategorikan sebagai kalimah huruf. Seperti dalam contoh: خَرَجْتُ فَإِذًا الْأسَدُ ‌فِي بِالْبَابِ

Artinya: Saya keluar, tiba-tiba ada singa di pintu.

Lafazh إذا, Zharaf atau Bukan?

Secara garis besar, اِذَا berlaku sebagai zharfiyyah ظرفية. Hanya idza yang berfaidah Fujaiyah yang tidak memuat zharaf. Untuk lebih jelas dan lengkapnya, kami landscape-kan idza dalam penjabaran di bawah:

Makna اِذَا. Dalam bahasa Indonesia, idza اذا memiliki beberapa arti atau penerjemahan. Perbedaan makna ini tentu dipengaruhi faktor fungsi idza.

Arti terjemahan idza diantaranya adalah: ketika, kala, apabila, manakala, pada saat, tiba-tiba, sekonyong-konyong.

Faidah إذا

Dalam fungsinya, idza memiliki 2 fungsi utama, yaitu zharfiyah (ظرفية) dan fuja’iyah (فجائية). Maksud dari idza zharfiyah adalah idza mengandung unsur waktu, baik waktu akan datang (المستقبل), sekarang ( atau zaman lampau (ماض) atau. Penentuan zaman; apakah lampau atau akan datang ditentukan oleh susunan kalam.

Sementara maksud fujaiyah adalah makna mendadak. Makna ini tidak mengandung unsur zharaf di dalamnya.

Zharfiyah (ظرفية)

Idza اذا zharfiyah ini memiliki zaman mustaqbal. Jenis idza ini yang banyak digunakan. Pada fungsi ini idza bisa diartikan dengan: ketika, kala, apabila, manakala, pada saat. Contoh:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

فَإِذا جاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ ٱلْمُبْطِلُونَ

Fa iżā jā`a amrullāhi quḍiya bil-ḥaqqi wa khasira hunālikal-mubṭilụn

Artinya: “.. maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil”. Surah al Mu’min atau Ghafir ayat 78 (Qs.40/78)

Idza zharfiyah dengan zaman akan datang (المستقبل) ini berlaku:

  1. Mengandung arti syarat sehingga butuh kepada Jawab. Selain itu اذا mengejerkan lafadz yang menjadi syarat dan menashobkan jawab-nya.
  2. Masuk pada jumlah Fi’liyyah.

Namun demikian, idza zharfiyah ini kadang menunjukkan makna zaman madhi, seperti contoh:

وَإِذَا رَأَوْا ‌تِجَارَة أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إلَيْهَا وَتَرَكُوك قَائِمًا

wa iżā ra`au tijāratan au lahwaninfaḍḍū ilaihā wa tarakụka qā`imā,

Surah al Jumu’ah ayat 11 Artinya: “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).” (Qs. 62:11)

Bermakna zaman lampau atau madhi karena ayat ini menceritakan tentang Nabi Muhammad saw. pada saat khutbah. Dimana ketika Beliau khutbah, datang sekelompok pedagang ke kota Madinah sehingga para jamaah bubar dan hanya menyisakan beberapa orang yang masih mengikuti khutbah Nabi. Kemudian turun lah ayat ini.

Fujaiyyah

Idza اِذَا Fujaiyah إذا الفجائيَّة berarti kejadian dengan mendadak. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia memiliki arti tiba-tiba atau sekonyong-konyong.

Idza fujaiyyah adalah idza yang memiliki makna mufaja’ah/tiba-tiba dan khusus masuk pada jumlah ismiyah. Dimana isim setelah idza dibaca rafa’ berkedudukan sebagai mubtada’.

Fujaiyah ini memiliki zaman hal atau saat ini. Contoh:

خَرَجْتُ فَإِذًا الْأسَدُ ‌فِي بِالْبَابِ

Artinya: Saya keluar, tiba-tiba ada singa di pintu. Dalam contoh ini, idza dibaca idzan dengan tanwin. Sementara lafazh al asadu fil babi berupa jumlah ismiyah, dimana al asadu berkedudukan sebagai ibtida’, dibaca rofa’ dengan alamat dhommah.

Contoh dalam al Quran:

فَأَلْقَىٰهَا فَإِذَا هِىَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ

fa alqāhā fa iżā hiya ḥayyatun tas’ā. Artinya: “Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat”. Surah at Thaha ayat 20. Hiyya hassyatun adalah contoh jumlah ismiyah yang jatuh setelah اذا.

Selain dua di atas; zharfiyah dan fujaiyah, ada jenis idza yang (umumnya) jatuh setelah qassam. Dan ini banyak terdapat pada juzamma. Idza اذا ini tidak masuk kategori isim syarath. Contoh:

وَالضُّحى * وَاللَّيْلِ إِذا سَجى

Artinya: “Demi waktu dhuha (1). dan demi malam apabila telah sunyi/gelap (2). Surah ad Dhuha ayat 1 dan 2 (Qs.93/2)

وَاللَّيْلِ إِذا يَغْشى وَالنَّهارِ إِذا تَجَلَّى

Artinya: “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). dan siang apabila terang benderang”. Surah al Lail ayat 1 dan 2 (Qs. 92:1-2)

Pembagian إِذا

Pembahasan اذا Lengkap
Pembagian اذا

Dari segi fungsi dapat disimpulkan terkait pembagian idza ini. Ada beberapa pendapat terkait jumlah idza. Tentu perbedaan ini bisa dimaklumi karena sudut pandang masing-masing ulama.

Bagi ulama yang membagi idza berdasarkan kategori fungsi, maka idza ada 2; dzarfiyah dan fujaiyah.

Sementara bagi ulama yang memilih sudut pandang zaman, maka idza ada 3 sesuai macam zaman tersebut; madhi, hal dan istiqbal.

Dan yang membagi idza dari aspek syarthiyyahnya, idza dibagi menjadi 2; idza syartiyyah dan ghairu syartiyah. Jadi, berapa jumlah pembagian idza itu tergantung sudut pandangnya. Tidak perlu diperdebatkan.

Contoh Irob Idza إِذا

Berikut kami contohkan idza yang berada dalam al Quran, surah al Anfal ayat 31 (Qs. 8/31):

وَإِذا تُتْلى عَلَيْهِمْ آياتُنا قالُوا سَمِعْنا

wa iżā tutlā ‘alaihim āyātunā qālụ qad sami’nā. Arti: “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata:…”.

وَإِذا تُتْلى عَلَيْهِمْ

الواو huruf athaf, إذا isim syarat ghairu jazim memiliki zaman istiqbal, sebagai mudhof.

تُتْلى fiil mudhori’ mabni majhul, sebagai fiil syarath. Naibul fai’ilnya adalah آيات dari lafazh آياتنا yang dituturkan kemudian.

عَلَيْهِمْ Jar majrur. عَلَي Harf jar. هِمْ Majrur. Jar majrur ber-ta’aluq dengan تُتْلى.

آياتُنا قالُوا سَمِعْنا

آياتنا murakkab idhofi. آيات naibul fail, dibaca rafa آياتنا alamatnya dhommah pada akhir kalimah. نا dhomir, mudhof ilaih. Mabni sukun mahal jar.

Jumlah fi’liyyah تتلى عليهم آياتنا mahal jar karena menjadi mudhof ilaih dari mudhof berupa idza. Contoh إذا lainnya banyak sekali ditemukan dalam juz amma khususnya surat at Takwir, al Infitaar dan al Insyiqaq. Silahkan dicek.

Kesimpulan

Betapa berliku-likunya memahami al Quran. Dari satu lafazh seperti اِذَا saja begitu kompleks dan ada beberapa perbedaan. Maka sungguh ironis jika ada pihak-pihak yang begitu mudah mempergunakan terjamahan menghakimi salah kepada pihak yang berbeda. Sementara itu, dalam al Quran tidak hanya lafazh اِذَا saja. Ada ribuan, bahkan lebih lafazh yang lainnya.

Tidak ada kata lain lagi yang mesti disampaikan selain belajar dan terus belajar. Sampai kapan? Sampai hembusan nafas terakhir. Bukankah indah, jika ujung hayat masih dalam status tholabul ilmi? Semua bisa berawal dari اِذَا.